Type Here to Get Search Results !

Mitigasi Pemimpin Oleh: Duski Samad

Topik tulisan ini hadir sebagai wujud kecintaan penulis terhadap institusi yang tengah menjalani proses suksesi. Seringkali tiap ada pergantian kepemimpinan ada banyak suara, cara, trik dan kasak kusuk dari mereka atau tim sukses untuk merebut kepemimpinan yang ada.

Kesadaran semua pihak untuk melakukan mitigasi kepemimpinan agar tidak terjebak pada situasi yang ujungnya memunculkan pemimpin bermasalah.

Pemimpin bermasalah yang dimaksud adalah adalah individu yang berada dalam posisi kepemimpinan namun menunjukkan perilaku, keputusan, atau etika yang merugikan organisasi, masyarakat, umat atau negara.

Fenomena dari pemimpin bermasalah di antaranya otoriter dan antikritik. 

Gejala lainnya pemimpin bermasalah mereka yang memiliki catatan pernah korupsi dan terlibat pada penyalahgunaan wewenang. Tidak transparan dan manipulatif. Tidak berintegritas (bohong, ingkar janji, nepotisme).

Gagal merespon kebutuhan institusi, umat dan bangsa. 

Dampak negatif dari pemimpin bermasalah adalah membawa disintegrasi organisasi dan atau instktusi yang dapat menurunkan kepercayaan publik. Kerusakan moral dan budaya birokrasi.

Kemandekan program pembangunan. Konflik horizontal dan vertikal.

Mitigasi pemimpin bermasalah diawali dari pra-pemilihan (preventif) yang memperhatikan tidak sebatas regulasi formal, tetapi juga moral, dan kepatutan sosial. 

Penguatan pendidikan politik dan etika kepemimpinan adalah sisi lain yang harus diperhatikan. Seleksi berbasis rekam jejak dan integritas. Transparansi dalam proses rekrutmen pemimpin.

Sistem pengawasan berlapis (internal dan eksternal) dilakukan melalui penguatan peran masyarakat sipil dan media. Evaluasi kinerja berkala dan akuntabilitas publik. 

Proses hukum yang adil dan tegas terhadap mereka yang gagal dalam kepemimpinannya. 

Pemulihan institusi dan sistem tata kelola dan penggantian pemimpin melalui mekanisme demokratis.

Peran strategis lembaga agama dan pendidikan membentuk moral calon pemimpin adalah diperlukan untuk mencegah hadirnya pemimpin bermasalah.

Media dan LSM untuk mengawal transparansi dan kritik, masyarakat yang aktif dalam partisipasi dan kontrol sosial adalah mitigasi pemimpin bermasalah..

KOGNISI PEMIMPIN

Pemimpin yang bermasalah dalam berpikir (misalnya tidak kritis, irasional, atau lamban mengambil keputusan) menghambat proses inovasi dan adaptasi organisasi. Hal ini bertentangan dengan prinsip adaptive leadership (Heifetz, 1994) yang menuntut respons cerdas terhadap dinamika lingkungan.

Kepemimpinan lemah yang ditunjukkan rendahnya emotional intelligence (Goleman, 1998), tidak mampu menggerakkan tim, menginspirasi, atau mengelola konflik adalah penyebab demoralisasi anggota dan stagnasi kinerja kolektif.

Ketertutupan rekam jejak dapat mengindikasikan kurangnya akuntabilitas dan transparansi, bertentangan dengan prinsip good governance dalam organisasi modern (UNDP, 1997).

Dinamika kepercayaan sosial bahwa pemimpin bermasalah memicu krisis legitimasi (Weber, 1922), karena masyarakat atau anggota organisasi menilai kepemimpinan tidak dilandasi kapasitas maupun etika.

Lemahnya social capital yang disebabkan pemimpin bermasalah akan memperparah keterputusan antara pemimpin dan basis sosialnya.

Resistensi sosial dan fragmentasi akan terjadi ketika pemimpin kehilangan kepercayaan karena ketidakjelasan masa lalu atau inkonsistensi berpikir, muncul resistensi pasif maupun aktif, termasuk boikot, pengabaian, hingga perpecahan internal.

Dalam konteks organisasi berbasis nilai seperti lembaga keagamaan, hal ini sangat rawan memicu disintegrasi moral.

Mitigasi pemimpin bermasalah dilakukan dengan reformasi dan seleksi kepemimpinan. Diperlukan sistem rekrutmen berbasis meritokrasi dan transparansi. Mekanisme fit and proper test, keterbukaan publik atas jejak rekam, dan uji integritas wajib diterapkan.

Kepemimpinan kolektif (shared leadership) bisa menjadi solusi sementara untuk menutup kelemahan satu orang pemimpin.

Pendidikan Kepemimpinan dan Transformasi Budaya.

Pembinaan berkelanjutan melalui leadership development program untuk membangun kapasitas berpikir strategis, integritas, dan kemampuan manajerial.

Perlu penguatan budaya organisasi berbasis etika, akuntabilitas, dan kolaborasi.

Proyeksi Masa Depan Organisasi (Jika Tidak Dimitigasi).Aspek dari dampak negatif pemimpin bermasalah adalah kinerja. Turun drastis, lambat dalam merespons tantangan Moral Anggota. Frustrasi, resignasi massal, konflik internal. Reputasi hilangnya kepercayaan publik, sulit menarik mitra/dukungan. Keberlanjutan. Terancam bubar atau dikudeta oleh pihak eksternal/intern yang lebih kredibel. 

Kesimpulan

Tulisan ini lahir dari kecintaan penulis terhadap institusi yang sedang menjalani proses suksesi kepemimpinan. Dalam momen seperti ini, sering muncul manuver-manuver tak sehat yang berpotensi melahirkan pemimpin bermasalah. Oleh karena itu, mitigasi pemimpin bermasalah menjadi keniscayaan bersama, demi menjaga marwah, keberlanjutan, dan kepercayaan terhadap institusi.

Pemimpin bermasalah—otoriter, antikritik, korup, manipulatif, tak transparan, dan tidak responsif terhadap kebutuhan anggota—membawa dampak luas: dari disintegrasi organisasi, kemunduran kinerja, kerusakan moral, hingga krisis legitimasi sosial.

Upaya mitigasi harus dimulai sejak awal melalui seleksi berbasis integritas dan rekam jejak, dilanjutkan dengan pengawasan kinerja dan evaluasi publik, serta diakhiri dengan tindakan korektif dan reformasi kepemimpinan jika terjadi kegagalan. 

Mitigasi ini tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga kultural dan struktural: mengembangkan leadership development, memperkuat budaya organisasi, dan mendorong kepemimpinan kolektif.

Jika tidak dimitigasi, pemimpin bermasalah akan menyeret organisasi pada degradasi moral, kehancuran reputasi, dan ancaman disfungsi.

Peran seluruh elemen masyarakat kampus, LSM, media, dan lembaga keagamaan amat penting untuk membangun sistem kepemimpinan yang bermutu, bermoral, dan berkelanjutan.

Mitigasi pemimpin adalah bentuk cinta kepada masa depan. Tanpanya, institusi tinggal menunggu waktu untuk kehilangan arah dan kepercayaan. DS. 19052025.

*Guru Besar UIN Imam Bonjol 

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.