Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Revolusi Usaha Agraris Sesuai SDA, Membuat Daerah Maju dan Berwibawa Oleh: AS Edi

AS Edi 

Keanekaragaman tumbuh-tumbuhan pada umumnya bisa tumbuh di bumi Piaman Laweh. Usaha agraris bidang pertanian dan perkebunan ini berpeluang sekali menjadikan Piaman sebagai daerah produsen kebutuhan pokok untuk konsumen dalam dan luar daerah. 

Untuk melanjutkan tulisan sebelumnya tentang "Antara Ajakan dan Harapan" bagi pemangku jabatan pemerintahan dan masyarakat Padang Pariaman dan Kota Pariaman, dalam mengelola potensi alam dan sumber daya warga masyarakat Piaman Laweh tentang kekayaan daerah bidang usaha agraris. Tersebutlah diantaranya : 3. Padi.

Adapun "Padi dari bangsa tanaman" jewawut, tanaman ini setelah di proses mengalami berapa perobahan nama dengan sebutan : beras, nasi, ketupat, lontong, bubur dan sebagainya sehingga menyulitkan bangsa Anglosaxon untuk menyesuaikan. 

“Padi setampang benih, makanan orang tiga luhak.” Dalam pengertian Penomenalogis, seikat tampang benih bangsa “Jewawut” dikembangkan dengan cara bercocok tanam, termasuk juga sistem peladangan berpindah. 

Ditanam pada tanah kering (Kerofit) dan tanah berair (Hidrofit). Akibat evolusi adaptasi, menjadilah “Jewawut” berupa padi (Oryza Sativa) yang dapat tumbuh di kedua lingkungan tersebut. 

Tanaman ini hidup berkembang di daerah Luhak Tanah Datar, Luhak Limapuluh Kota dan Luhak Agam, Padang, Padang Panjang serta Padang Pariaman. 

Pertanda bukti sejarah sebagai kenangan Penomenalogi yang mana tahun lima puluhan masih banyak dijumpai tergantung seikat padi setampang benih digantung di dinding /loteng rumah para petani. 

Padi setelah kulitnya di kupas, disebutlah dengan "beras". Beras merupakan bahan pokok dari sembilan bahan pokok (sembako) yang perlu dipenuhi. Beda dengan sembako yang diberikan kepada masyarakat untuk memenuhi janji, mencari simpatisan  dan sebagainya. Sembako hanya berisi 3 macam dengan beras, minyak goreng dan gula 

Selanjutnya, kita posisikan pada angka 400.000 orang warga Piaman Laweh (Padang Pariaman dan Kota Pariaman) memakan " nasi dengan estimasi 3 ons = 300 gram per hari, orang lainnya makan ubi, roti, jagung dan atau karena masih bayi, sedang sakit mungkin juga berpuasa.

Maka warga Piaman Laweh yang butuh beras 400.000 x 300 grams = 120.000.000 gram = 120.000 kg atau seberat 120 ton setiap hari.  

Dari hitungan stabilitas harga beras pada angka Rp10.000 /kg, maka Piaman Laweh butuh belanja sebanyak 120.000 kg x Rp 10.000 = Rp 1.200.000.000 per hari, sebulannya Rp 36.000.000.000.

Apabila petani lokal berkemampuan memenuhi kebutuhan beras ini dengan menyisihkan Rp 100 saja per kg untuk sedekah, zakat mal atau retribusi, maka pendapatan hasil penjualan beras setiap hari Rp 120.000 kg x Rp 100 = Rp 12.000.000.

Jawabannya mari kita bertanya pada irigasi air yang bergoyang atau sawah terlantar, sawah berubah fungsi dan atau pencetakan sawah baru yang tidak dianggarkan. (***)

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies