![]() |
Oleh: Duski Samad
Guru Besar UIN Imam Bonjol dan Pembina LP3N – Persatuan Tarbiyah Islamiyah Nasional
Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) yang berdiri sejak 1928, berakar dari tradisi surau dan MTI (Madrasah Tarbiyah Islamiyah), tengah menghadapi tantangan besar di era digital. Untuk membangkitkan batang tarandam (menghidupkan kembali kejayaan yang tertimbun), LP3N menyelenggarakan Lokakarya dan Rakernas hari Sabtu dan Ahad, 26 -27 Juli 2025 di Istana Bung Hatta Bukittinggi, fokus Branch Marking: menggali praktik terbaik (best practices), mengukur keberhasilan, dan merumuskan pola kepemimpinan pendidikan PERTI yang istiqamah (teguh pada prinsip) dan adaptif (mampu menyesuaikan diri dengan zaman).
1. Narasumber Buya Busro, Pimpinan Ponpes Al-Munawarah, Pekanbaru menyampaikan ia terus melaksanakan
kaderisasi ulama sejak 1988. Di tengah Kota Pekan Baru daerah urban dan perantau ia
Kini berhasil mendirikan 4 pesantren Al-Munawarah dan terus mengalami kemajuan sukses. Pesantren Almunawarah terbukti sukses dengan santri berprestasi di lomba baca kitab standar klasik (kitab kuning) di tingkat Provinsi dan beberapa santrinya menjurai tingkat nasional.
Faktor pentingnya karena Pesantren ini
fokus, istiqamah dalam penguasaan kitab turats.
Kepemimpinan dan manajemen yang teguh dan istiqamah pada basis pendidikan (kitab kuning) adalah faktor kunci terus majunya Almunawarah.
Konsep adaptif melalui pengembangan unit usaha produktif untuk mendukung kemandirian pesantren adalah cara lain untuk bisa berkembang di tengah kompetisi.
Tata Kelola Berbasis Merit System dan Transparansi melalui figur pemimpin (Buya Busro) menjadi teladan guru dan seluruh civitas pesantren.
Manajemen modern dan akuntabilitas serta profesionalitas adalah faktor lain untuk tetap eksis. Sistim kaderisasi melalui Guru Tuo (Guru Senior menjadi penting untuk diperhatikan.
Bersamaan kewajiban untuk penguatan tradisi, transmisi ilmu, dan keberlanjutan mutu pesantren adalah warisan kuat yang mesti dilanjutkan.
2. Inspirasi Buya Syamsul Bahri – Alumni MTI Candung
Alumni senior MTI Candung menyampaikan bahwa kekuatan pendidikan Perti sejak awal adalah ba kaji dan terus memperbaharui ilmunya. Tradisi membaca kitab atau berilmu sebelum berdakwah adalah pesan Buya Candung: “Baca kitab sebelum berdakwah.”
Menguatkan basis keilmuan sebelum menjadi mubaligh adalah prasyarat tercapainya penverahan umat. Kedalaman ilmu tafsir dan ilmu pendukung adalah bahagian yang membuat umat paham terhadap tablighnya.
Pengalaman penulis dalam memahami dan menafsirkan ayat: QS. Al-Maidah: 82 (tantangan dakwah lintas iman) yang dipertanyakan jamaah apa boleh menerima iman agama lain. Ayat di atas tidaklah berdiri sendiri, yang terjemahan leterlwjnya boleh dapat mengimani agama lain. Padahal ada ayat lain QS. Al-Baqarah 120 tentang kepastian iman itu bersifat absolut dan tidak ada toleransi.
Model MTI Lama.
Mangaji di asrama malam hari, memperdalam kitab.
Mematangkan pemahaman di sekolah pada siang hari. Sistem ini melahirkan ulama mumpuni yang matang secara intelektual dan spiritual.
3. Arah LP3N.
Duski Samad menyampaikan bahwa niat dan motivasi kehaduran
LP3N hadir adalah untuk membangkitkan kembali pendidikan PERTI agar kuat dan ba ruyung (berakar kuat, dan berdaya tahan tinggi).
Menghidupkan kembali surau dan MTI sebagai pusat tafaquh fiddin dan iqamatuddin adalah agenda penting LP3N.
Prototipe Pesantren Istiqamah dan Adaptif sudah dilakukan oleh
Ponpes Al-Munawarah Pekanbaru menjadi model best practice.
Untuk itu pimpinan MTI dan Pendidikan Perti perlu mereplikasi di seluruh Indonesia.
Revitalisasi MTI PERTI.
Pergerakan MTI ke depan adalah menggabungkan tradisi kitab kuning (istiqamah) dengan modernisasi manajemen, kewirausahaan, dan teknologi (adaptif).
Menyiapkan kader guru, ulama, dan pemimpin umat yang siap menghadapi tantangan global.
Lokakarya dan Rakernas LP3N ini menjadi momentum “branch marking”:
Menetapkan tolok ukur keberhasilan pendidikan PERTI,
menguatkan sanad keilmuan dan sistem kaderisasi.
Menyiapkan roadmap revitalisasi MTI dan pesantren PERTI 2025–2030 agar menjadi pusat keunggulan tafaquh fiddin dan dakwah moderat Ahlussunnah wal Jama’ah. “PERTI akan hidup selama surau tetap menyala dan guru tetap mengajar.”
Sebagai penutup disampaikan:
KESIMPULAN LOKAKARYA NASIONAL LP3N SABTU, 26 JULI 2025 DI ISTANA BUNG HATTA BUKITTINGGI
Setelah mendengar sambutan dari:
1. Direktur Eksekutif
2. Direktur LP3N UAS
3. Gubernur Riau
4. Gubernur Sumatera Barat
5. Ketum PP Perti
Narasumber
1. Buya Prof. Dr. Syamsul Bahri Khatib alumni senior MTI Canduang
2. Buya H. Busro Pimpinan Ponpes Al Munawarah Pekan Baru
3. Prof. Dr. Duski Samad, M.Ag Pembina LP3N
Menyimpulkan:
1. Pendidikan Kitab Kuning di MTI dan Madrasah Salafiyah sejak didirikan dan terus sampai hari ini tetap aktual, diminati, dan istiqamah yang sekaligus berhasil mengikuti perkembangan
2. Untuk mendorong kemajuan pembelajaran Kitab Kuning di MTI dan pendidikan berafiliasi maka diminta Pimpinan Pusat PP Perti mengajukan Musabaqah Membaca Kirab Kuning menjadi salah satu cabang dalam MTQ Nasional.
3. Semua pimpinan Pendidikan dan stakeholder di Perti diharapkan terus berkomitmen, berkordinasi dan memberi dukungan terhadap LP3N secara aktif sesuai tugas fungsinya.
4. Pendidikan Perti menetapkan 4 (empat) keunggulan yang dapat menjadi kekhasannya yakni penguatan pembelajaran kitab kuning, bahasa arab aktif, tahfid al Quran dan kecakapan hidup (life skill).
5. LP3N diharapkan segera menyiapkan data base Pendidikan Perti, melakukan kunjungan dan memberikan motivasi pada pendidikan perti.
6. LP3N diminta menyediakan capaian pembelajaran dari kurikulum kitab kuning dengan topik dan sebarannya yang akan diajarkan pada tiap kitab kuning.
7. LP3N diharapkan menyiapkan Daurah guru kitab kuning yang saat ini terbatasnya (menimal 6 bulan).
Bukittinggi, 26 Juli 2025. DS.

