Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Sesudah Lebaran oleh ReO Fiksiwan

"Pada dasar pemikiran moral terletak keyakinan terhadap pernyataan-pernyataan yang kebenarannya tidak dapat dijelaskan lebih lanjut.“ — Alasdair C. MacIntyre(96), After Virtue (1981).

Antara kealpaan dan keinsyafan itu, terletak problem dasar ihwal eksistensi manusia „post-truth.“ Pasalnya, tiap ziarah kultural alpa-omega antara puasa ramadhan dan idul fitri syawal, misal saja, tersisa endapan hati: sesudah itu? 

Refleksi atas sesudah lebaran(?) bisa diteroka melalui kritik filsafat etika Alasdair C. MacIntyre, filsuf Inggris kontemporer keturunan Skotlandia, dalam „After Virtue“(1981) ihwal moralitas modern yang didasarkan pada konsep-konsep seperti hak asasi manusia, kebebasan, dan kesetaraan. 

Menurutnya, konsep-konsep di atas tidak memiliki dasar yang jelas dan tidak dapat menjelaskan bagaimana kita harus hidup.

Konsep "Virtue"(Yunani: αρετή, arete), filsafat etika

MacIntyre yang hendak memperkenalkan konsep "virtue" (kebajikan) sebagai alternatif untuk moralitas modern. 

Ia berpendapat bahwa kebajikan adalah sifat-sifat yang memungkinkan kita untuk hidup dengan baik dan mencapai tujuan kita.

Secara lebih umum, menurut MacIntyre, persoalan perbantahan moral senantiasa terjadi di dalam dan di antara tradisi-tradisi pemikiran yang saling bersaing. 

Juga, alternatif filsafat mutakhir yang hendak menciptakan suatu penampungan dari beragam gagasan, asumsi, jenis argumen, juga pendekatan dan pemahaman bersama yang diwarisi dari masa lampau. 

Dengan demikian, kendati tidak ada cara definitif bagi satu tradisi dalam filsafat moral untuk menundukkan dan mengecualikan kemungkinan lainnya.

Pandangan-pandangan yang bertentangan dapat saling mempertanyakan melalui beragam cara seperti isu-isu koherensi internal, rekonstruksi imajinatif atas dilema-dilema, krisis epistemik, dan kemanfaatan. 

Peran narasi (Narrative) dalam pembentukan Identitas, pun turut membahas pesan cerita-cerita yang kita ceritakan tentang diri kita sendiri membantu kita untuk memahami siapa kita dan apa yang kita ingin capai.

Demikian kritik atas liberalisme yang tidak dapat memberikan dasar yang jelas untuk moralitas dan kebajikan. 

Liberalisme sendiri hanya dapat memberikan kebebasan yang semu, karena tidak ada dasar yang jelas untuk memahami apa yang baik dan apa yang buruk.

Sebagai alternatif, MacIntyre menawarkan moralitas modern dan liberalisme via komunitas dan tradisi. Kembali ke komunitas dan tradisi yang telah terbentuk sebelumnya agar memahami kebajikan dan moralitas dalam konteks tersebut.

Kritik MacIntyre tentang moralitas modern, Barat khususnya, selalu didasarkan pada konsep-konsep seperti hak asasi manusia, kebebasan, dan kesetaraan. 

Meski demikian, konsep-konsep ini tidak memiliki dasar yang jelas dan tidak dapat menjelaskan bagaimana kita harus hidup.

Di lain hal, MacIntyre berpandangan bahwa kita harus kembali ke komunitas dan tradisi yang telah terbentuk sebelumnya, dan memahami kebajikan dan moralitas dalam konteks tersebut.

After Virtue, sebuah buku yang sangat berpengaruh dalam filsafat moral dan politik dari MacIntyre, tajam mengkritik moralitas modern dan liberalisme, dan menawarkan alternatif yang berdasarkan pada komunitas, tradisi, dan kebajikan.

Terkait perspektif filsafat etika(virtue) MacIntery — sesudah lebaran sebagai kelangsungan menjalani bulan Ramadan yang penuh dengan ibadah dan refleksi hingga tiba pada hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1446 H.(31/3/2025) — menjadi rujukan refleksi filosofi, Sesudah Lebaran(After Virtue)?

Setidaknya, ada tiga kategori yang bisa disuguhkan memaknai „After Virtue“ MacIntery pada renungan „Sesudah Lebaran“?, dengan simplifikasi telak mendasar dan dalam seturut fitrah:

#1 Istiqamah: Kunci Kebahagiaan Sejati:

Istiqamah konsep penting dalam Islam. Itu menyiratkan berdiri teguh di atas jalan yang benar. Setelah Lebaran, misalnya, harus(das Sollen) ada upaya untuk terus istiqamah sepanjang hidup.

Salah satu khutbah Idul Fitri mengingatkan Istiqamah itu penting. Perhatikanlah, karena istiqamah itu hidayah dari Allah(https://rumaysho.com/13863-khutbah-idul-fitri-istiqamah-selepas-ramadhan.html).

#2 Keikhlasan dalam Beramal:

Keikhlasan dalam beramal kunci untuk mempertahankan momentum kebaikan. Amalan yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah, terus mengaktifkan kesadaran lebih dekat dengan-Nya. 

Mengutip Al-Qur'an(Al-Bayyinah:5): "Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.“

#3 Pentingnya Muhasabah:

Muhasabah atau introspeksi diri adalah penting untuk mempertahankan momentum kebaikan. Kita harus selalu memeriksa diri kita sendiri dan memastikan bahwa kita tetap di jalur yang benar. 

Sebagaimana merujuk pada Al-Qur'an(Al-Hasyr:18): „Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).“

Walhasil, filsafat hidup setelah lebaran Idul Fitri — dari labirin waktu manapun — dengan menambahi refleksi „sesudah“(after), dapat dipandang dari konklusi tiga aspek utama: istiqamah, keikhlasan dan muhasabah. 

Dengan mempertahankan momentum kebaikan dari tiga aspek utama akidah di atas dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik(khairun-nas), kita dapat meraih kebahagiaan sejati dan mempertahankan hubungan yang baik dengan Allah, sang Mahasegala (minallah) dan sesama (minan-nas).

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies