![]() |
Di tengah derasnya arus perubahan kebijakan pendidikan, satu hal yang tak boleh terlewatkan adalah kesejahteraan guru. Salah satu bentuk nyata dari penghargaan negara terhadap dedikasi guru adalah Tunjangan Profesi Guru (TPG). Namun kini, tunjangan yang dulu dijanjikan sebagai penguat profesionalisme guru itu, kembali menjadi titik krusial dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (RUU Sisdiknas).
Ketua Umum PB PGRI, Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd, dalam berbagai forum dan pesan pribadi yang beredar di kalangan pengurus dan anggota PGRI menyampaikan bahwa perjuangan mempertahankan TPG sangatlah berat.
> “Saya harus punya argumentasi yang kuat, baik secara akademik, hasil riset maupun kinerja. Mohon doa, sedang saya siapkan.”
“Semalam sampai malam sekali. Bukan hanya membahas guru, tapi semuanya. Sehingga kami tetap kontributif, bukan hanya memikirkan diri sendiri.”
---
Perjuangan mempertahankan TPG minimal setara 1x gaji pokok bukan sekadar retorika. Ini adalah upaya menjaga martabat guru di seluruh Indonesia. Seorang anggota PGRI dengan jelas mengungkapkan:
> “Dari sisi kesejahteraan, TPG 1x sudah menjadi standar minimal. Karena tidak semua daerah memberi tunjangan tambahan. TPG adalah bentuk keadilan kesejahteraan bagi guru di seluruh tanah air.”
Dan memang benar, guru di daerah terpencil hingga kota besar bergantung pada TPG sebagai penyangga kehidupan. Ketika negara tak mampu menyamaratakan insentif daerah, maka kehadiran TPG menjadi tali penyelamat yang adil bagi semua guru di nusantara.
---
Sebagai seorang guru dan saksi sejarah panjang perjuangan TPG, saya, Omjay, ingin menyampaikan bahwa:
> “TPG adalah hasil perjuangan panjang dan berdarah-darah. Jangan sampai dilemahkan oleh perubahan kebijakan yang tidak berpihak pada guru. Kalau negara serius ingin memajukan pendidikan, jangan ganggu hak guru. Justru perkuatlah. Berikan penghargaan yang layak, karena di tangan gurulah masa depan bangsa ini digenggam.”
Saya sendiri merasakan betapa TPG membantu kehidupan keluarga para guru. Dengan TPG, banyak guru yang bisa membiayai pendidikan anak, memperbaiki rumah, bahkan menunaikan ibadah umrah dan haji. Tidak sedikit yang memanfaatkannya untuk membeli buku, laptop, atau alat penunjang belajar. TPG bukan kemewahan, tapi nafas tambahan bagi para pejuang pendidikan.
---
Tantangan eksternal juga mengintai. Ada kekhawatiran bahwa jika PGRI tidak bersuara secara kolektif dan lantang, pihak lain bisa saja mengklaim keberhasilan yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata. Sebaliknya, jika gagal, PGRI dijadikan kambing hitam.
> “Perjuangan PGRI di RUU Sisdiknas ini harus diviralkan,” tegas Syam Zaini.
“Agar tidak ada klaim dari pihak lain. Minimal harus viral di kalangan guru.”
---
Ketua Umum PB PGRI, Bu Unifah pun menuturkan getir perjuangannya:
> “Kalau sudah bicara negosiasi, ada kekuasaan lain lagi. Karena itu, doakan yang terbaik. Aman dulu TPG-nya, baru pikirkan yang lain.”
> “Saya dulu rela dikerjai mati-matian, bahkan dibawa ke ranah hukum hanya karena mempertahankan TPG. Sampai hari ini luka itu belum sembuh.”
Sebagai sesama pejuang pendidikan, saya sangat paham luka yang dimaksud. Kami pernah dicibir, dituduh hanya mengejar uang. Tapi mereka lupa, kami bukan guru karena uang. Kami hanya ingin hak kami tidak diganggu.
---
Kesimpulan:
Perjuangan mempertahankan TPG bukanlah perjuangan biasa. Ini adalah pertaruhan antara masa depan pendidikan dan martabat profesi guru. Jangan biarkan guru kembali terluka karena kebijakan yang abai pada suara dan keringat mereka.
Mari viralkan perjuangan ini!
Bukan untuk pamer, tapi agar publik tahu bahwa guru tidak tinggal diam. Bahwa di balik selembar sertifikat pendidik, ada janji yang harus ditepati. Bukan untuk diminta kembali, apalagi dinegosiasi turun.
---
📢 TPG bukan sekadar tunjangan. Ia adalah bukti cinta negara kepada gurunya. Maka jangan sekadar diperjuangkan, tapi harus dijaga dan dimenangkan — bersama.
🙏 Aamiin. Tetap semangat, Ibu Ketua Umum. Kami semua mendukungmu.
Untuk guru, demi Indonesia.
---
🖊️ Omjay – Guru Blogger Indonesia
"Menulis dengan hati, berjuang dengan nurani."
Salam blogger persahabatan
Omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com