Type Here to Get Search Results !

AQIDAH SAHIHAH RELEVANSINYA DENGAN BUDAYA NUSANTARA OLeh: Duski Samad

Aqidah sahihah (عقيدة صحيحة) adalah keyakinan yang benar dan lurus terhadap prinsip-prinsip pokok ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah Nabi SAW, dan pemahaman generasi salafus shalih (para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in).

Secara bahasa, aqidah berasal dari kata ‘aqada– ya’qidu–‘aqdan yang berarti mengikat dengan kuat. Dalam istilah, aqidah berarti keyakinan hati yang mantap terhadap rukun iman dan seluruh ajaran dasar dalam Islam tanpa keraguan.

Pokok-Pokok Aqidah Sahihah (Rukun Iman)

1. Iman kepada Allah. Meyakini keesaan Allah, sifat-sifat-Nya yang sempurna, dan bahwa hanya Dia yang berhak disembah.

2. Iman kepada Malaikat. Meyakini keberadaan malaikat sebagai makhluk Allah yang taat dan melaksanakan tugas tertentu.

3. Iman kepada Kitab-Kitab.

Meyakini kitab-kitab suci yang diturunkan Allah, khususnya Al-Qur’an sebagai kitab terakhir.

4. Iman kepada Rasul-Rasul.

Meyakini para nabi dan rasul adalah utusan Allah yang menyampaikan wahyu.

5. Iman kepada Hari Akhir. Meyakini adanya hari kiamat, kebangkitan, hisab (perhitungan amal), surga dan neraka.

6. Iman kepada Qadha dan Qadar.

Meyakini bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak dan ketentuan Allah, baik yang baik maupun yang buruk.

Praktik Aqidah Sahihah. Ibadah yang Murni kepada Allah adalah tidak menyekutu kan-Nya (tauhid). Beribadah sesuai syariat, bukan bid’ah. Tidak bergantung pada jimat, dukun, ramalan, atau kekuatan gaib yang batil.

Ketenangan dan Keteguhan Hati.

Aqidah yang benar membuat hati tenang dalam ujian, tidak mudah goyah oleh musibah.

Menghadapi takdir dengan sabar dan tawakal. Akhlak Mulia dan Etika Sosial. Keyakinan terhadap hari akhir memotivasi untuk berbuat baik dan menjauhi kezaliman. Menjunjung tinggi amanah, kejujuran, dan tanggung jawab.

Menjaga Aqidah dari Penyimpangan. Menghindari aliran sesat, syirik, khurafat, dan tahayul. Meningkatkan pemahaman agama melalui belajar dan berguru kepada ulama ahlussunnah wal jama’ah.

Menyeru kepada Tauhid.

Menyampaikan dakwah tauhid kepada keluarga dan masyarakat.

Mendidik generasi muda dengan fondasi aqidah yang kuat.

Aqidah sahihah adalah fondasi keislaman yang tidak hanya membentuk pola pikir, tetapi juga menuntun sikap dan perilaku. 

Seorang Muslim yang memiliki aqidah yang benar akan. Beribadah dengan ikhlas. Berakhlak dengan mulia, Bertauhid secara murni, dan menjaga diri dari kesesatan zaman.

Aqidah Sahihah dan Relevansinya dengan Budaya Nusantara

Aqidah sahihah adalah keyakinan yang benar dan murni terhadap prinsip keimanan Islam yang bersumber dari wahyu (Al-Qur’an) dan sunnah Nabi Muhammad SAW, serta dipahami oleh generasi awal Islam (salafus shalih). Intinya adalah tauhid, yakni meyakini bahwa hanya Allah satu-satunya yang berhak disembah, tanpa sekutu, dan menolak segala bentuk syirik.

Ciri utama aqidah sahihah tauhid rububiyyah (meyakini Allah sebagai pencipta dan pengatur). Tauhid uluhiyyah (hanya Allah yang disembah). Tauhid asma’ wa shifat (meyakini nama dan sifat Allah sesuai syariat)

BUDAYA NUSANTARA

Budaya Nusantara (Indonesia) adalah mosaik besar peradaban yang kaya dengan nilai lokal, tradisi adat, dan spiritualitas yang berkembang jauh sebelum Islam masuk. Ketika Islam datang, ia tidak memusnahkan budaya lokal, tapi mengislamkan nilai-nilai lokal selama tidak bertentangan dengan aqidah sahihah.

Contoh Islamisasi Budaya: Tradisi maulid, barzanji, talqin, dan ratib → bentuk ekspresi kecintaan kepada Rasul dan nilai spiritual, selama tidak mengandung syirik atau bid’ah dhalalah.

Sistem kekerabatan Minangkabau: Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah → bentuk integrasi aqidah dengan adat.

Relevansi Aqidah Sahihah dengan Budaya Nusantara.

1. Meluruskan Akar Kepercayaan Lokal. Aqidah sahihah membersihkan unsur-unsur budaya yang bertentangan dengan tauhid, seperti:

Syirik halus (meminta pada roh nenek moyang, benda keramat)

Khurafat dan tahayul (percaya kemenyan, jimat, atau hari sial).

2. Menguatkan Nilai Moral dan Sosial.

Islam memperkuat nilai-nilai luhur yang sudah ada, seperti:

Musyawarah dan gotong royong → diteguhkan oleh konsep syura dalam Islam. Sopan santun dan penghormatan pada orang tua → selaras dengan ajaran Qur’an dan hadis.

3. Menjadi Basis Etika Adat.

Aqidah sahihah menjadi asas untuk menyeleksi budaya:

Mana yang boleh diadopsi (muamalah, seni, bahasa)

Mana yang harus ditinggalkan (ritual sinkretis, pemujaan roh).

4. Membangun Identitas Keislaman Lokal

Islam hadir secara inklusif, ramah, dan berkebudayaan di Nusantara: Ulama-ulama seperti Wali Songo, Syekh Burhanuddin Ulakan, dan Tuanku nan Tuo adalah contoh tokoh yang memadukan aqidah sahihah dengan pendekatan budaya lokal.

Tantangan:

Komersialisasi budaya yang melanggar aqidah. Sinkretisme baru antara Islam dan mistik modern. Kurangnya pendidikan aqidah di level akar rumput

Tanggung Jawab Umat Islam:

Membina budaya lokal dengan tauhid. Memberi edukasi masyarakat soal syirik modern.

Melanjutkan dakwah budaya seperti yang dilakukan para ulama terdahulu.

Aqidah sahihah tidak bertentangan dengan budaya Nusantara, justru meluruskan dan menyucikan budaya lokal agar sesuai dengan tauhid. Islam datang bukan untuk menghapus budaya, tetapi menyaring dan mengislamkan nilai-nilai budaya menjadi sarana dakwah dan peradaban.

“Islam datang untuk memuliakan manusia dan memurnikan kepercayaannya, tanpa merusak budaya luhur yang selaras dengan syariat.”

Kesimpulan: 

Aqidah sahihah adalah fondasi keimanan yang murni, lurus, dan bersumber dari wahyu Allah SWT yang termaktub dalam Al-Qur’an, Sunnah Nabi Muhammad SAW, dan pemahaman para generasi salafus shalih. Aqidah ini menjadi penentu arah hidup seorang Muslim—baik dalam ibadah, sikap, maupun relasinya dengan sesama dan semesta. Di dalamnya termuat keyakinan terhadap enam rukun iman, yang jika tertanam dengan benar, akan menumbuhkan ketaatan, kejujuran, keteguhan, dan kemuliaan akhlak.

Di sisi lain, budaya Nusantara adalah realitas historis dan sosial yang hidup di tengah masyarakat Indonesia yang kaya dengan nilai lokal, adat istiadat, dan sistem kekerabatan yang berakar pada kearifan kolektif. Ketika Islam datang ke Nusantara, ia tidak memusuhi budaya, melainkan memurnikannya, menyaring nilai-nilai luhur, dan mengharmonikannya dengan aqidah tauhid. Di sinilah ajaran Islam tampil inklusif dan relevan: memadukan keimanan dengan kearifan lokal tanpa menodai kemurnian tauhid.

Ulama seperti Wali Songo di Jawa, Syekh Burhanuddin Ulakan di Minangkabau, dan Tuanku nan Tuo di Sumatera Barat adalah teladan nyata bagaimana aqidah sahihah dihadirkan dalam bingkai budaya lokal, tanpa kompromi pada prinsip-prinsip tauhid.

Dalam konteks ini, aqidah sahihah berperan:

• Meluruskan akar kepercayaan lokal dari unsur syirik, tahayul, dan khurafat.

• Menguatkan nilai-nilai moral sosial seperti gotong royong, musyawarah, dan sopan santun.

• Menjadi landasan etika adat, membedakan budaya yang boleh diadopsi dan yang harus ditinggalkan.

• Membangun identitas keislaman yang lokal namun tetap syar’i, yakni Islam yang membumi dan tidak tercerabut dari nilai-nilai wahyu.

Namun, tantangan kini adalah:

• Maraknya komersialisasi budaya yang menyimpang dari tauhid.

• Munculnya sinkretisme modern, campuran antara Islam dan mistik populer.

• Minimnya pendidikan aqidah di tingkat akar rumput, yang menyuburkan kepercayaan tak berdasar.

Maka, tanggung jawab kita bersama adalah:

• Menanamkan aqidah sahihah di tengah masyarakat, khususnya generasi muda.

• Mendampingi masyarakat dalam menyaring budaya, bukan menghapusnya.

• Meneruskan misi para ulama dahulu yang memadukan Islam dan budaya secara indah dan benar.

Sebagaimana pesan abadi Islam:

“Islam datang untuk memuliakan manusia dan memurnikan kepercayaannya, tanpa merusak budaya luhur yang selaras dengan syariat.”

Penutup

Aqidah sahihah bukan penghambat budaya, melainkan penyaring dan penjernih nilai-nilai hidup masyarakat. Ia menjadi penuntun spiritual dan moral, yang membingkai keberagaman budaya dalam keutuhan iman. Di tengah modernitas dan tantangan globalisasi, Islam yang berbasis aqidah sahihah dan berbudaya Nusantara adalah jalan moderasi, kedamaian, dan peradaban yang berkelanjutan. Ds. 04072025.

*Guru Besar Ilmu Tasawuf UIN Imam Bonjol. Bahan podcast Moetwa Official, Selasa, 15 Juli 2025.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.