![]() |
Persoalan kenakalan remaja dalam bentuk aksi tawuran di kalangan pelajar dan remaja di berbagai kota dan daerah, sudah mulai meresahkan masyarakat dan mengganggu ketertiban umum. Bila hal ini terus berlangsung lama dan menjadi kegiatan musiman, jelas bisa merugikan dunia pendidikan.
Dampak negatif akibat aksi tawuran yang dilakukan antar pelajar yang tergolong remaja belia itu jelas akan mengganggu jalannya pendidikan. Mereka yang melakukan aksi termasuk yang tidak melakukan aksi tawuran, tidak bisa datang ke sekolah untuk mengikuti pembelajaran karena aksi yang mereka lakukan tidak kenal yang ikut atau tidak ikut tawuran. Siapa yang ditemukan di depannya akan diserang secara brutal.
Daerah Sumbar seperti di kota Padang, kegiatan aksi tawuran antar pelajar dan remaja itu sudah menjadi kegiatan membahayakan dan sangat mengganggu ketertiban. Sehingga pihak Kepolisian Daerah Sumatera Barat sudah wanti-wanti menegakkan aturan.
Kapolda Sumbar Irjen Pol. DR. Drs. Gatot Tri Suryanta, M.Si, malah bertegas-tegas, masalah tawuran harus nol, tidak ada lagi seperti terpampang di baliho-baliho di beberapa perempatan jalan strategis di kota Padang, dengan kata-kata bertulis “Zero Tawuran, Zero Balap Liar”.
Pada Baliho dengan latar belakang gambar Kapolda Sumbar Irjen Pol. DR. Drs. Gatot Tri Suryanta , M.Si itu bertegas-tegas terhadap aksi tawuran dan menyatakan, bahwa kalau ada terlihat aksi tawuran dan balap liar di daerahnya, segera melaporkan ke pihak Kepolisian.
Pernyataan yang disampaikan Kapolda Sumbar tersebut tentunya cukup beralasan karena melihat bahwa masalah tawuran dan ditambah lagi balap liar, sudah meresahkan dan mengganggu ketertiban umum di tengah-tengah masyarakat. Dan mau tidak mau ini perlu mendapat dukungan sepenuhnya oleh seluruh lapisan masyarakat, karena untuk pemberantasan aksi tawuran ke tingkat “Zero”, harus seluruh lapisan anggota masyarakat ikut andil menumpas dan memberantasnya, sehingga bisa menjadi nol, alias tidak ada lagi masalah aksi tawuran antar pelajar dan remaja itu di setiap daerah.
Terjadinya aksi tawuran di kalangan pelajar, jelas sangat merugikan dunia pendidikan. Apalagi kalau sempat meliburkan jam pelajaran. Kalau bicara untung ruginya tawuran itu, masalah itu semuanya jelas mendatangkan kerugian dan malapetaka. Makanya persoalan tawuran di kalangan pelajar yang sudah merupakan sebuah kenakalan di kalangan oknum pelajar, perlu mendapat perhatian serius untuk diantisipasi agar tidak berulang lagi.
Berdasarkan laporan dan pemberitaan yang muncul akibat aksi tawuran pelajar dan remaja itu, sudah banyak memakan korban, seperti luka-luka karena hantaman benda tajam dan benda tumpul. Malah ada sampai merenggut nyawa, dan kalau hal tersebut tidak diberantas, jelas saja pihak keluarga yang jadi koban akan menderita kerugian dan malapetaka. Dan kalau kita berkaca dari aksi yang dilakukan para pelaku aksi tawuran tersebut, mereka itu tidak kenal kawan dan lawan, pelajar dan remaja yang di hadapannya bisa jadi sasaran amukan dan serangan dalam aksi tawuran itu.
Akibatnya, mereka yang tidak ikut jadi terpancing dan ikut melawan aksinya. Dan kalaupun tidak ikut serta, tapi mereka bisa kena serangan dan akhirnya bisa jadi korban dan dapat malapetaka.
Bicara tentang masalah dampak buruk akibat terjadinya tawuran di kalangan pelajar dan remaja itu, tentunya kalau diamati merugikan banyak pihak. Pertama terganggunya proses belajar mengajar di sekolah. Malah ada sekolah tutup beberapa hari. Yang rugi bukan hanya pelajar yang ikut tawuran, malah yang tidak ikut tawuran juga mendapat kerugian, karena mereka tidak bisa ikut proses belajar mengajar dengan baik, malah ada yang tidak terlibat tawuran, ikut cidera fisik.
Kedua akibat tawuran itu adalah pihak remaja atau pelajar yang ikut tawuran, termasuk keluarganya ikut menanggung akibat dari ulah tawuran yang dilakukannya. Peristiwa tawuran jelas sasarannya adalah fisik pribadi masing-masing yang ada di hadapan mereka yang melakukan aksi tawuran. Salah satunya tentunya akan mengalami cedera, bahkan ada yang berujung pada kematian. Akibat ini tentu saja menjadi beban dari pihak keluarga masing-masing pribadi pelajar yang terkena dampak tawuran. Jelas akan menimbulkan kerugian secara fisik dan materil. Bisa juga kita bayangkan bagaimana terhadap mereka yang berada dalam keluarga miskin, untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari saja susah, apalagi untuk biaya berobat akibat aksi tawuran yang mereka lakukan, dan ini perlu jadi pemikiran kita semua.
Karena disebabkan tawuran, yang tidak mengenal dengan salah benarnya, malah telah banyak merusak fasilitas umum, termasuk sekolah yang menjadi sasaran amukan bagi masing masing pihak menjadi amukan secara brutal, saling melempar, bangunan dilempar, dicoret-coret, kaca dipecah, halte dirusak dan lain sebagainya. Nah akibat ini tentunya pihak yang tidak ikut bisa jadi sasaran, dan inilah yang mengakibatkan PBM terhenti. Melihat akibat dan dampak dari aksi tawuran tersebut, tentunya perlu dikaji penyebabnya kenapa hal itu bisa terjadi, dan dari berbagai persoalan penyebab ada beberapa faktor penyebabnya, ada faktor internal dan ada karena faktor eksternal.
Untuk faktor internal, yakni berasal dari dalam dirinya, karena pengaruh control diri yang lemah. Ada diantara siswa yang ikut tawuran itu tidak bisa menanamkan nilai positif dalam dirinya, karena anak usia remaja itu masih labil, pola fikir masih lemah, emosi belum stabil, mudah dipengaruhi. Yang mengakibatkan pola fikir tidak matang, mudah terpengaruh dan dipengaruhi, untuk aksi tawuran misalnya bisa saja iku terpancing.
Sedangkan pada faktor eksternal adalah beberapa sebab bisa karena pengaruh dalam lingkungan keluarga yang broken home, sehingga orang tua tidak bisa mengawasi putra-putrinya, dan itu bisa diakibatkan orang tua sibuk bekerja dan mengurus usahanya, sehingga lupa mengawasi anak-anaknya, dan bisa juga akibat dari pengaruh ekonomi yang tidak mendukung, orang tua sibuk mencari nafkah melengkapi kehidupan sehari-hari. Kemudian pengaruh lingkungan dan pengaruh teman sebaya, bisa memancing emosi para pelajar dan remaja untuk mengerjakan hal-hal yang negatif, dan di dorong oleh lingkungan masyarakat dan sekolah yang mungkin kurang sehat dalam kehidupan dan pergaulan. Terakhir bisa juga karena pengaruh media sosial karena perkembangan IT yang semakin maju dan melalui jaringan internet yang tiada batas, semua orang bisa mengakses dunia dari genggaman tangannya.
Melihat dari berbagai persoalan yang mengakibatkan terjadinya aksi tawuran tersebut, perlu diantisipasi melalui beberapa cara, yakni dengan penanaman nilai-nilai karakter di kalangan anak didik yang dimulai sejak usia dini, dan kalau perlu sejak anak usia kanak-kanak, dan biasanya hal itu mudah ditanamkan kepada anak. Anak usia dini belum terkontaminasi dengan hal-hal yang negatif dan mereka masih bisa diberikan pengertian, mana yang baik dan mana yang buruk. Kalau mereka sudah beranjak dewasa mereka akan terbiasa untuk mengerjakan hal-hal yang positif yang tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di tengah-tengah masyarakat, dan hal ini termasuk menjadi peran orang tua, karena kehidupannya diawali dari rumah tangga.
Kemudian di samping nilai-nilai karakter ditanamkan, yang amat dan sangat perlu sekali penanaman nilai-nilai agama dan menunaikan perintah agama dengan baik, seperti melaksanakan ibadah sholat, dan itupun berlaku untuk semua kita. Apapun agama yang dianut, perintah menunaikan ajaran agama itu wajib dilaksanakan, dan khusus bagi umat beragama Islam, perintah sholat merupakan sebuah kewajiban, sesuai hadis Nabi Muhammad SAW, Sholat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar, makanya kalau sholah sudah dilaksanakan dengan benar dan penuh kekhusukan apapun persoalannya akan bisa diselesaikan, kebenaran akan tegak berdiri dengan baik.
Untuk itu apa yang diharapkan oleh Kapolda Sumbar Irjen. Pol. DR. Drs. Gatot Tri Suryanta, M.Si dalam berbagai selebaran dan baliho yang terpajang di setiap sudut jalan di kota Padang, masalah tawuran bisa di Zerokan atau diberantas habis. Dan dari sebuah hasil penelitian yang pernah penulis lakukan, masih banyak diantara siswa yang tidak disiplin dan istiqamah dalam menunaikan ibadah sholat yang 5 waktu setiap hari. Akibat dari pengamalan dan pelaksanaan ibadah yang tidak istiqamah, masalah kenakalan remaja dalam bentuk tawuran sulit diberantas.
Untuk setelah kita mengetahui sebab dan musabab terjadi tawuran itu, sebaiknya mulai sekarang dan tidak ada istilah terlambat dalam pembinaan anak, pendalaman nilai karakter harus dilakukan melalui pelaksanaan ibadah secara istiqamah. Mulai dari orang tua di rumah harus ikut mengontrol ibadah anak dan sejalan dengan program Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. DR. Abdul Mu’ti, anak harus bangun pagi, laksanakan ibadah dengan baik, dan guru di sekolah harus ikut memantau pelaksanaan ibadah siswa. Khusus yang beragama Islam pelaksanaan sholat 5 waktu harus dikontrol dengan baik. Kalau ibadah sudah diterapkan dan ditunaikan, anak remaja kita akan melatih dirinya dengan disiplin, dan kalau disiplin sudah tertanam baik, ada dua hal yang bisa diharapkan. Prestasi mutu di bidang pendidikan bisa meningkat dan karakter serta perilaku serta akhlak siswa bisa lebih baik dan kegiatan yang menjurus pada kemungkaran bisa dicegah.
Berdasarkan hasil sebuah penelitian yang pernah penulis laksanakan terhadap siswa, ternyata siswa yang shalat fardhunya lengkap 5 kali sehari semalam dan istiqamah melaksanakannya, cendrung prestasi akademiknya bernilai amat baik dan juara serta pemuncak di kelasnya. Memiliki akhlak dan budi pekerti baik. Untuk itu sebagai jawaban untuk stop tawuran dan menjadikan zero tawuran ditangkal dengan memantau pelaksanaan ibadah di kalangan siswa dan remaja setiap hari. Orang tua harus ikut sama memantau dan mengarahkan anaknya untuk menunaikan perintah ibadah sholat dengan baik. Secara otomatis karakter akan berubah lebih baik, insya Allah persoalan aksi tawuran bisa diminimalisir, karena yang ikut dalam tawuran itu cenderung tidak memiliki karakter baik.
Kedepannya untuk jawabannya, peran pendidikan agama di kalangan siswa dan remaja itu sangat perlu jadi perhatian semua pihak, mulai dari orang tua, di rumah, guru di sekolah dan segenap warga masyarakat harus ikut andil memantau dan membina karakter anak remaja di sekitarnya. Semoga tawuran menjadi Zero atau alias kosong, tidak ada lagi gangguan terhadap Kamtibmas. Semoga !!!.
*Asfar Tanjung adalah dosen, praktisi dan pemerhati pendidikan