Diskusi soal pemilu 2024 yang akhirnya terbuka. (ist) |
Padang Pariaman, Sigi24.com--Keputusan Mahkamah Konstitusi yang menetapkan pemilu 2024 dengan sistem proporsional terbuka, menjadi perbincangan hangat dan seru.
Media sosial sejak siang kemarin ramai dan antusias soal itu. Bagi para Bacaleg adalah sebuah langkah yang tepat dilakukan MK, dalam membangun masa depan demokrasi di Indonesia.
Lagi-lagi, ini keputusan yang berpihak pada rakyat. Pemilu dengan sistem proporsional terbuka yang dilakukan sejak 2004, adalah pesta demokrasi yang sangat dirasakan masyarakat, dalam meningkatkan sumberdaya manusia tentunya.
Sebelum putusan MK ini, hampir semua Bacaleg yang saya temui menyatakan, tak jadi mencaleg kalau pemilu dengan sistem proporsional tertutup.
"Untuk apa mencaleg, kalau yang akan duduk itu nomor urut satu atau yang akan ditentukan ketua partai," kata seorang Bacaleg, Amir Husin.
Amir Husin adalah Bacaleg Partai Demokrat untuk DPRD Padang Pariaman dari Dapil II. Dia sudah dapat kabar kalau ditempatkan di nomor urut empat, dari 11 Bacaleg di Dapil itu.
Pemilu 2019, Amir Husin juga mencaleg di Dapil II, tapi tak cukup suara untuk mengantarkannya ke dewan.
Kali ini dia ikut lagi. Potensi suaranya cukup signifikan, dan tentu ini jadi lompatan tersendiri dalam menyongsong pemilu tahun depan.
Lain cerita Bagindo Rosman Palito Rajo Endah. Anggota DPRD Padang Pariaman yang pemilu tahun depan mencaleg ke DPRD provinsi, sama sekali tak mempermasalahkan nomor urut berapa yang akan dia pakai untuk maju selangkah itu.
Rosman sudah teruji. Baginya nomor urut hanya sebagian kecil yang mempengaruhi dalam persaingan perebutan suara masyarakat.
Dan itu terbukti, dua kali dia duduk di DPRD Padang Pariaman dari PAN, tak pernah dia nomor satu, tetapi suara yang dia dapatkan selalu terbanyak dari 11 orang caleg PAN di Dapil itu.
Artinya, masyarakat banyak sudah tahu dan semakin cerdas dalam melihat dan mengamati, serta berinteraksi dengan caleg yang juga disebut sebagai tokoh di lingkungannya.
Lagi-lagi, kunci keberhasilan caleg sangat ditentukan oleh eksistensinya di tengah masyarakat. Banyak berbuat yang tentunya tidak saat musim pemilu saja.
Dan untuk diketahui, kecerdasan masyarakat semakin tinggi. Masyarakat tidak lagi terpengaruh oleh logistik yang banyak, tapi orangnya tidak pernah muncul dalam kehidupan masyarakat.
Rosman Palito Rajo Endah di sini unggulnya. Dia terkenal banyak berbuat, mengadvokasi masyarakat, tegak di depan ketika kepentingan masyarakat terganggu.
Selalu hadir dalam setiap momen, bahkan sering membuat momen itu sendiri buat kemaslahatan masyarakat.
Dan jangan lupa, ketika sudah duduk di dewan, buka suara keras, sekeras-kerasnya, terutama menyangkut kepentingan masyarakat di daerah yang kita wakili.
Menurut salah seorang pimpinan DPRD Padang Pariaman, hingga saat ini sudah hampir selesai periode anggota dewan hasil pemilu 2019, masih ada anggota dewan yang tidak pernah bersuara.
Anggota dewan dipilih masyarakat adalah untuk bersuara. Bukan menyimak apa yang disampaikan eksekutif saja. Menyimak iya, habis itu dikritisi, diperdebatkan sampai bersitegang urat leher. Ya, tentu dengan argumen yang masuk dalam aturan dan mekanisme yang jelas.
Nah, pemilu dengan sistem proporsional terbuka tentunya memilih dan menentukan kredibilitas lembaga wakil rakyat itu sendiri.
Partai harus menyikapi ini. Melihat ada anggotanya yang tidak bersuara, dengan mengambil tindakan tegas. Sebab, kader yang tak bersuara di dewan pada akhirnya merusak partai itu sendiri, merugikan masyarakat yang diwakilinya. (ad/red)