Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

PUASA SEKOLAH KEJUJURAN (II) Oleh: Duski Samad

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ÙŠٰۤـاَÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِÙŠْÙ†َ اٰÙ…َÙ†ُÙˆْا Ù„َا تَØ®ُÙˆْÙ†ُوا اللّٰÙ‡َ Ùˆَا لرَّسُÙˆْÙ„َ ÙˆَتَØ®ُÙˆْÙ†ُÙˆْۤا اَÙ…ٰÙ†ٰتِÙƒُÙ…ْ Ùˆَاَ Ù†ْـتُÙ…ْ تَعْÙ„َÙ…ُÙˆْÙ†َ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui."(QS. Al-Anfal 8: Ayat 27)

Konsep puasa sebagai sekolah kejujuran bisa dibuktikan dengan berbagai dalil nash, pendapat ulama, dan pandangan psikologis. Berikut beberapa referensi yang mendukung gagasan ini:

Dalil Nash: Puasa Melatih Kejujuran."Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."(QS. Al-Baqarah: 183). Tafsir da Kaitan dengan Kejujuran. Ibnu Katsir: Puasa adalah jalan menuju takwa, yang salah satu cirinya adalah kejujuran. Al-Sa'di: Puasa menanam kan keikhlasan karena hanya Allah yang tahu apakah seseorang benar-benar menahan diri atau tidak.

Kejujuran adalah bagian dari kesempurnaan puasa Rasulullah ï·º bersabda: "Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya."(HR. Bukhari No. 1903). Puasa bukan hanya soal menahan lapar, tapi juga melatih kejujuran dalam perkataan dan perbuatan.

Puasa sebagai perisai dari kebohongan dan maksiat, Rasulullah ï·º bersabda,

"Puasa adalah perisai (pelindung dari dosa dan neraka)."(HR. Bukhari No. 1894, Muslim No. 1151). Puasa mendidik manusia untuk jujur dengan dirinya sendiri agar tidak melanggar aturan Allah.

Imam Al-Ghazali (Ihya Ulumuddin). Puasa adalah ibadah yang tidak bisa dipamerkan, karena hanya Allah yang tahu apakah seseorang benar-benar berpuasa atau tidak. Kejujuran dalam puasa membentuk kesadaran batin bahwa Allah selalu mengawasi.

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (Zaad al-Ma’ad). Puasa adalah latihan bagi jiwa untuk menundukkan hawa nafsu dan menghindari dusta. Orang yang terbiasa jujur dalam puasanya akan lebih mudah jujur dalam aspek lain kehidupannya. Syekh Yusuf Al-Qaradawi. Kejujuran dalam puasa adalah bukti iman sejati, karena tidak ada manusia yang bisa mengawasi secara penuh.

Sigmund Freud (Teori Psikoanalisis).

Puasa mengajarkan pengendalian diri, yang merupakan dasar utama dari perilaku jujur. Orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya lebih kecil kemungkinan melakukan kebohongan. Jean Piaget (Teori Perkembangan Moral). Anak-anak belajar kejujuran melalui pengalaman nyata. Puasa memberikan pengalaman langsung tentang konsekuensi moral, di mana seseorang harus jujur dalam menahan lapar dan haus meskipun tidak ada yang melihat.

Lawrence Kohlberg (Teori Perkembangan Moral). Puasa membantu seseorang mencapai tahap moralitas otonom, yaitu berbuat baik bukan karena takut hukuman, tetapi karena sadar akan nilai kejujuran.

MENGUKUR KEJUJURAN 

Alat ukur kejujuran bergantung pada pendekatan yang digunakan, apakah dari aspek psikologi, pendidikan, atau sosial. 

Kejujuran dalam Psikologi

Dapat dilakukan tes Psikologi (Self-Report d Observasi). Integrity/Honesty Test. Tes kepribadian yang mengukur kecenderungan seseorang untuk berkata dan bertindak jujur. Contoh: Revised HEXACO Personality Inventory (Honesty-Humility Scale). 

Guilt and Shame Scale (Tanggapan terhadap Rasa Bersalah). Mengukur apakah seseorang merasa bersalah ketika berbohong atau curang. Jika seseorang memiliki rasa bersalah yang tinggi saat berbohong, itu indikasi dia jujur.

The Deception Detection Test. Menggunakan skenario di mana responden diminta menyatakan apakah mereka pernah berbohong dalam situasi tertentu. Jawaban dibandingkan dengan pola perilaku mereka.

Kejujuran dalam Pendidikan dan Sosial. Jurnal Refleksi Kejujuran. Siswa atau individu diminta mencatat setiap hari situasi di mana mereka memilih untuk jujur atau tergoda untuk berbohong. Bisa dikombinasikan dengan evaluasi guru/orang tua.

Warung Kejujuran. Model eksperimen sosial di mana seseorang diberikan kebebasan untuk mengambil barang dan membayar sendiri tanpa pengawasan. Jumlah uang yang terkumpul dibandingkan dengan jumlah barang yang diambil.

Ujian Tanpa Pengawas. Mengukur apakah siswa tetap jujur dalam kondisi tanpa pengawasan langsung. Dapat dikombinasikan dengan wawancara setelah ujian untuk mengevaluasi pengalaman mereka.

Studi Observasi. Mengamati perilaku seseorang dalam situasi nyata, seperti apakah mereka mengembalikan barang yang bukan miliknya atau membayar utang tepat waktu.

Kejujuran dalam Konteks Puasa. Jika kejujuran diukur dalam konteks puasa sebagai sekolah kejujuran, beberapa alat ukurnya bisa: Jurnal Kejujuran Ramadan. Siswa menuliskan pengalaman mereka dalam menjaga kejujuran saat berpuasa. Refleksi Harian. "Apakah saya pernah tergoda untuk makan diam-diam?" Eksperimen Kepercayaan. Memberi tugas amal atau donasi tanpa pengawasan. Wawancara & Diskusi. Menggali perasaan mereka tentang pentingnya jujur saat puasa. Jadi, kejujuran bisa diukur dengan berbagai cara, tergantung pada konteksnya

SIAPA DISEBUT JUJUR

Seseorang disebut jujur karena ia selalu berkata dan bertindak sesuai dengan fakta, realitas, dan nilai moral, tanpa manipulasi atau kebohongan. Ada beberapa alasan utama mengapa seseorang dianggap jujur:

Jujur dalam Perkataan. Selalu berkata sesuai fakta. Tidak menambah atau mengurangi informasi. Tidak berbohong, tidak menipu. Tidak menyembunyikan kebenaran untuk keuntungan pribadi. Mengakui kesalahan. Jika melakukan kesalahan, ia tidak berusaha menyalah kan orang lain. Rasulullah ï·º bersabda: "Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga." (HR. Muslim)

Jujur dalam Perbuatan. Konsisten antara ucapan dan tindakan. Tidak berkata satu hal tetapi melakukan hal lain. Tidak curang atau mengambil hak orang lain. Misalnya, tidak mencuri, tidak korupsi. Menepati janji. Jika berjanji, ia berusaha memenuhi janjinya.Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur." (QS. At-Taubah: 119)

Jujur dalam Niat dan Hati.

Tidak berpura-pura atau munafik .Tidak berbuat baik hanya untuk dipuji. Ikhlas dalam berbuat baik. Kejujuran sejati berasal dari hati, bukan hanya untuk pencitraan.Tidak manipulatif. Tidak menyembunyikan niat buruk di balik kata-kata manis.

Menurut Lawrence Kohlberg (teori moral), seseorang yang jujur pada tahap tinggi bertindak jujur bukan karena takut hukuman, tapi karena sadar bahwa kejujuran itu benar dan baik.

Kesimpulan.

Puasa bukan sekadar ibadah fisik, tetapi juga sarana pendidikan moral yang menanamkan kejujuran dan integritas. Dalam kondisi dunia yang semakin kehilangan nilai kejujuran, terutama di kalangan pejabat, pengusaha, ilmuwan, dan politisi, puasa menjadi latihan kesadaran diri untuk menjunjung nilai kejujuran dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa poin utama yang ditekankan:

• Kejujuran sebagai nilai yang semakin langka – Banyak pihak yang mengorbankan integritas demi kepentingan pribadi, tekanan ekonomi, atau kekuasaan.

• Puasa sebagai pendidikan moral – Melatih seseorang untuk jujur meskipun tidak ada pengawasan manusia, karena hanya Allah yang tahu apakah seseorang benar-benar berpuasa.

• Kurikulum kejujuran berbasis puasa – Konsep pendidikan yang mengintegrasikan nilai kejujuran dalam teori, praktik, dan evaluasi.

• Kejujuran dapat diukur dan dilatih – Melalui berbagai metode seperti refleksi diri, eksperimen sosial, dan evaluasi berbasis perilaku.

Kesimpulannya, puasa Ramadhan dapat menjadi solusi konkret dalam membangun kembali budaya kejujuran, terutama bagi mereka yang memiliki posisi kekuasaan dan pengaruh. Jika nilai kejujuran yang ditanamkan selama Ramadhan terus dijaga setelahnya, maka puasa benar-benar bisa menjadi "sekolah kejujuran" yang berdampak luas bagi individu dan masyarakat. ds.01ramadhan1446/01032025.

*Kajian Zohor Bank Nagari Sumatera Barat 



Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies