Type Here to Get Search Results !

TAWAJUH BERDAMPAK: (Madrasah Ruhani PERTI untuk Ketangguhan Umat)

Oleh: Duski Samad

Tausiyah Pada Tawajuh Akbar Surau Batu Makam Syekh Ibrahim Kumpulan, Senen, 11 Agustus 2025.

Senen malam 11 Agustus 2025 diawali shalat Maghrib berjamaan sampai pukul 23.00 penulis diminta hadir memberi taushiyah pada tawajuh yang 55 dari  Tarekat Naqsabandiyah bersilsilah dengan Syekh Ibrahim Al Khalidi Kumpulan Pasaman.

Tawajuh akbar tahun an ini juga dihadiri dan ikut memberikan sambutan Drs. Afrizal Moetwa Ketua Pimpinan Daerah Perti Sumatera Barat yang mengajak jamaah untuk teguh dalam amalan ahlussunah wal jamaah, bermazhab Syafi' dan tentu bertarekat Naqsabandiyah yang memang sejak awal PERTI adalah ormas yang menjaga dan menumbuhkan kembangnya di nusantara. Syekh Ibrahim Kumpulan ini adalah satu di antara titik point pembinaan ulama, mursyid dan khalifah sejak abad 18 lalu. 

Pewaris silsilah  kelima atau mursyid Syekh Abu Bakar Al Ibrahimi Al Khalidi  memimpin tawajuh dengan dibantu oldh belasan khakifah begitu khidmat dan membawa sentuhan qalbu dan dilakukan dengan tenang dan kalaupun dzikir tidak sekeras dzikir tarekat Syathariyah, Saman dan tarekat lain. Dalam wirid dan kaifiat tawajuh mursyid dengan jelas menyebut silsilah  tarekat naqsabanfiyah khalidiyah yang bersambung dengan Syekh Ibrahim al Khalidiyah Kumpulaniyah.

Calon mursyid kini masih khalifah yang bergelar Khatib, saat ini memimpin Yayasan Syekh Ibrahim Al Khalidi menaungi Madrasah Tarbiyah Islamiyah Tingkat Tsanawiyah dan Aliyah juga menjadi pimpinan jaringan silsilah tarekat, surau dan makam Syekh Ibrahim menjelaskan bahwa peserta tawajuh ini khalifah dan jamaah tarekat naqsabandiyah dari Riau, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Utara dan yang ramai lagi tentu dari Sumbar. 

Siapa Syekh Ibrahim al-Khalidi Kumpulan?

Nama dan Julukan.

Ia lahir sekitar tahun 1764 dengan nama asli Abdul Wahab di Kampung Sawah Laweh, Kenagarian Koto Kaciak, Kecamatan Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat. Ia dikenal pula dengan gelar Inyiak Balinduang Kumpulan. 

Pendidikan dan Gelar.

Sejak remaja, ia menuntut ilmu di berbagai tempat—dimulai dari murid Syekh Burhanuddin Ulakan, kemudian belajar fiqh Syafi’i di Cangkiang Empat Angkat Canduang. Ia juga belajar tarekat Naqsyabandiyah dari pamannya, Syekh Muhammad Sa’id (Padang Bubus), lalu mendalami tarekat dengan syekh Khalid Kurdi di Mekkah selama 7 tahun, hingga mendapatkan gelar al‑Khalidi. 

Kegiatan Dakwah

Setelah kembali, ia mendirikan Surau Kaciak, tempat mengajar Islam dan tarekat. Dengan banyaknya murid yang datang, kemudian dibangun Surau Tinggi dan komplek perkampungan baru bernama Kampung Koto Tuo, lengkap dengan rumah gadang, Masjid Batu, dan surau suluk. 

Pengaruh dan Jaringan Murid

Syekh Ibrahim menjadi tokoh penting penyebaran Tarekat Naqsyabandiyah di Minangkabau dan wilayah lain seperti Mandailing. Ia melahirkan ratusan murid yang kemudian menjadi ulama besar, seperti Syekh Syahbuddin Tapanuli, Syekh Muhammad Nur Baruah (Limapuluh Kota), Syekh Yunus Tuanku Sasak, dan lainnya. 

Peran dalam Perang Padri.

Meskipun lebih fokus berdakwah, ia turut ambil bagian dalam Perang Padri. Saat usianya sekitar 50 tahun, beliau membantu Tuanku Imam Bonjol dengan memasang ranjau untuk melawan Belanda. 

Wafat

Syekh Ibrahim wafat pada tahun 1914 (21 Zulqa’dah 1335 H) dalam usia sekitar 150 tahun. Ia dimakamkan di sebelah surau-nya, dan makamnya hingga saat ini masih sering diziarahi. 

Maulana Syekh Ibrahim al-Khalidi Kumpulan merupakan ulama kharismatik asal Pasaman, tokoh penting dalam penyebaran Tarekat Naqsyabandiyah di Sumatera Barat. Ia belajar di berbagai pesantren dan Mekkah, mendirikan surau serta kompleks dakwah (Kampung Koto Tuo), membimbing banyak murid hingga menyebarkan pengaruhnya ke luar Minangkabau, sekaligus aktif dalam perlawanan terhadap penjajahan. Hingga kini, ia dihormati sebagai guru besar dan keramat di tengah masyarakat.

PESAN TAWAJUH

Tawajuh berasal dari kata wajaha.. dalam doa iftitah awal shalat dibaca  wajjahtu wajhiya — “aku hadapkan wajahku.”

Dalam tradisi tarekat dan pendidikan ruhani di Surau Batu peninggalan Syekh Ibrahim Al-Khalidi Kumpulan, tawajuh berarti mengarahkan hati sepenuhnya kepada Allah, membersihkan batin dari gangguan, dan menyatukan perhatian dalam dzikir.

Pelaksanaannya dilakukan secara istiqamah dalam pertemuan khusus, sebagai bagian dari pembinaan ruhani murid.

Pendidikan Ruhani dalam Tawajuh

Para ulama masyaikh menetapkan adab (aturan rohani) dan adat (aturan sosial-spiritual) yang menjadi panduan dalam proses tawajuh. Empat pilar inti yang dilatih di Surau Batu adalah:

1. Taubat dan Istighfar — Penyadaran Diri

Tawajuh dimulai dengan taubat nasuha, mengakui kelemahan diri, dan memperbanyak istighfar.

Tujuannya menumbuhkan kesadaran batin bahwa segala kekurangan hanya dapat diperbaiki dengan kembali kepada Allah.

2. Tawarrudul Khathir melalui Rabithah.

Setiap orang diberi kesempatan menerima ilham, bisikan ruhaniyah. Imam Ghazali menyebut khatir.

Rabithah adalah menghubungkan hati dengan mursyid sebagai jalan penyucian lintasan hati (khathir).

Prinsipnya shabiru wa rabithu (bersabarlah dan tetaplah terikat pada bimbingan mursyid).

Dalam tawajuh, dibacakan Al-Fatihah, An-Nasr, dan Al-Ikhlas Syarif untuk menenangkan hati menuju maqam mutmainnah.

3. Dzikir — Sumber Ketenangan

Dzikir menjadi inti tawajuh, baik dzikir jahr maupun sirr.

Dampaknya: ketenangan batin, kejernihan pikiran, dan kekuatan hati untuk menghadapi ujian hidup.

Inilah yang membuat Surau Batu menjadi pusat tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) bagi masyarakat.

4. Doa — Tawadhuk dan Kesadaran Keterbatasan

Tawajuh diakhiri dengan doa sebagai ungkapan kerendahan hati di hadapan Allah.

Menumbuhkan kesadaran bahwa manusia terbatas, sementara Allah Maha Kuasa atas segala urusan.

Dampak Sosial dan Ruhani di Surau Batu

Menumbuhkan ukhuwah antarjamaah karena kebersamaan dalam dzikir.

Membentuk ketahanan moral dan kebersihan hati yang mempengaruhi perilaku sosial.

Memperkuat hubungan antara adat Minangkabau dan syarak melalui disiplin ruhani yang diwariskan Syekh Ibrahim Kumpulan.

Konklusi

1. Tawajuh sebagai Warisan Ruhani Syekh Ibrahim al-Khalidi Kumpulan.

Tradisi tawajuh di Surau Batu adalah kesinambungan ajaran Tarekat Naqsyabandiyah bersilsilah dari Syekh Ibrahim al-Khalidi, yang menekankan penyucian hati, fokus kepada Allah, dan bimbingan mursyid.

2. Empat Pilar Tawajuh sebagai Pendidikan Karakter Ruhani.

Pilar taubat, rabithah, dzikir, dan doa menjadi metode sistematis membentuk kesadaran diri, ketenangan batin, dan integritas moral jamaah.

3. Dampak Sosial dan Moral.

Tawajuh bukan sekadar ritual dzikir, tetapi juga membangun ukhuwah, memperkuat ketahanan moral, serta mengharmoniskan adat Minangkabau dengan syarak.

4. Peran Strategis Mursyid dan Khalifah.

Kepemimpinan mursyid menjadi kunci dalam menjaga kemurnian kaifiat tawajuh, membina jamaah lintas daerah, dan mengelola institusi pendidikan seperti Madrasah Tarbiyah Islamiyah di bawah Yayasan Syekh Ibrahim al-Khalidi.

5. Nilai Sejarah dan Keulamaan.

Syekh Ibrahim al-Khalidi adalah ulama kharismatik yang menggabungkan dakwah, pendidikan, dan perjuangan, sehingga tawajuh menjadi bukan hanya ibadah, tetapi juga sarana pewarisan nilai perjuangan umat.

Rekomendasi

Penguatan Pendidikan Ruhani Terstruktur.

Tawajuh perlu diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan tarekat dan madrasah, sehingga jamaah memahami aspek syariat, tarekat, dan hakikat secara seimbang.

2. Dokumentasi dan Digitalisasi Warisan.

Perlu dibuat dokumentasi tertulis, audio, dan video tentang kaifiat tawajuh, silsilah mursyid, serta sejarah Surau Batu untuk menjaga kesinambungan tradisi di era digital.

3. Pengembangan Jaringan Jamaah Lintas Daerah.

Memperkuat silaturahmi antarjamaah dari Sumbar, Riau, Jambi, Bengkulu, dan Sumut melalui pertemuan rutin, halaqah, dan pelatihan kepemimpinan ruhani.

4. Penyelarasan dengan Adat Basandi Syarak (ABS-SBK).

Memastikan ajaran tawajuh terus sejalan dengan nilai adat Minangkabau dan hukum Islam, sehingga menjadi perekat sosial dan moral masyarakat.

5. Penguatan Peran Sosial-Ekonomi Surau.

Surau Batu tidak hanya menjadi pusat dzikir, tetapi juga pusat pemberdayaan umat dalam bidang pendidikan, ekonomi umat, dan kepedulian sosial.

6. Regenerasi Kepemimpinan Mursyid.

Menyiapkan kader khalifah dengan pendidikan ruhani dan manajemen dakwah yang matang, agar kesinambungan ajaran Syekh Ibrahim al-Khalidi tetap terjaga lintas generasi.Suraubatu kumpulan@ds11082025.23.00to002.

*Guru Besar Ilmu Tasawuf UIN Imam Bonjol Padang dan Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat PERTI. 

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.