Type Here to Get Search Results !

Tamiang, Kami Menangis Bersamamu

Di Tamiang,

pagi tak selalu membawa terang.

Kadang ia datang

dengan dada yang berat,

dengan langkah yang ragu,

seolah harapan pun berjalan tertatih.


Saudaraku,

aku tahu lelahmu tak lagi pandai bicara.

Ia bersembunyi di balik senyum

yang kau paksa tetap hidup,

di balik doa

yang hanya mampu kau ucapkan

dalam diam.


Malam-malam di sana

terasa lebih panjang.

Tangis jatuh perlahan,

tak ingin didengar siapa-siapa,

karena kau terlalu kuat

untuk mengeluh,

terlalu beriman

untuk menyalahkan.


Jika hari ini

kau kehilangan banyak hal,

ingatlah—

Tuhan tidak pernah mengambil

tanpa sedang menyiapkan

pengganti yang lebih lembut,

meski belum kau mengerti.


Kesabaranmu,

yang tampak biasa,

sedang dicatat langit

sebagai kemuliaan.

Air matamu

yang jatuh tanpa saksi,

sedang dibalas

dengan pelukan tak terlihat.


Tamiang,

jika kau merasa sendirian,

percayalah—

doa-doa sedang berjalan

menuju rumah-rumahmu.

Pelan,

namun pasti.


Bertahanlah,

walau hanya satu hari lagi.

Bernapaslah,

walau dengan dada yang sesak.

Itu bukan kelemahan—

itu iman

yang sedang diuji kedalamannya.


Kelak,

ketika luka ini reda,

kau akan tahu:

tidak ada satu pun air mata

yang sia-sia.

Ia telah berubah

menjadi cahaya

yang menuntun langkahmu

lebih kuat dari sebelumnya.


Saudaraku di Tamiang,

kami tidak mampu

menghapus dukamu.

Namun kami ingin kau tahu—

kau dicintai,

kau didoakan,

dan kau akan bangkit

dengan cara yang indah,

meski hari ini

kau masih menangis.


Walloohu A'lamu Bisshowaab.

_(by-hendymattaro@damanik)_


Lahore, desember 2025

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.