![]() |
| Bantuan untuk MTI Batang Kabung Padang. |
Oleh: Duski Samad
Anak Siak MTI Batang Kabung 1973-1982 dan Guru Besar (Professor) pada UIN Imam Bonjol Padang
Fakta Ikatan Ruhani Anak Siak MTI Batang Kabung
Hubungan murid-guru dalam tradisi MTI Batang Kabung bukan sekadar relasi akademik, tetapi ikatan ruhani (rabithah) yang melahirkan kesetiaan bakti, keberkahan ilmu, dan dorongan tanpa batas untuk membesarkan alma mater. Fakta berikut menjadi bukti nyata barokah kaji yang hidup dalam diri anak-anak siak MTI:
1. Membangun Madrasah di Empat Lokasi Berbeda
Alumni bertebaran menjadi pemimpin pendidikan; mereka mendirikan madrasah, surau, dan rumah tahfiz yang menjadi cahaya di daerah masing-masing.
2. Mengumpulkan Wakaf 900 Juta dalam 4 Bulan
Gerak kolektif ini menunjukkan ikatan ruhani yang tak putus dengan guru, madrasah, dan sanad keilmuan.
3. Memimpin Surau, Masjid, dan Pesantren di Berbagai Daerah
Anak siak MTI membawa “cahayo kaji” ke mana pun mereka pergi, menjadi imam, khatib, guru, dan penggerak dakwah.
MTI Batang Kabung tidak hanya mencetak lulusan, tetapi melahirkan pewaris cahaya Syekh Burhanuddin, penerus sanad ilmu Syekh Haji Salif Tuanku Sutan, dan penjaga marwah tarekat serta pendidikan Minangkabau.
MTI: Madrasah Pembentuk Karakter (Tahdzīb an-Nafs)
Dalam tradisi Surau–MTI, madrasah bukan sekadar tempat belajar, tetapi:
1. Tempat Pembentukan Karakter (Tarbiyah Khuluqiyyah)
Santri ditempa dengan disiplin, khidmah, dan adab sebelum ilmu (al-adab fauqal ‘ilm).
2. Hubungan Ruhani Guru–Murid Bersifat Sakral
Murid tidak hanya mengambil ilmu, tetapi juga hal, sir, dan barakah guru. Ibnul Mubarak berkata: “Sanad itu bagian dari agama; jika tidak, siapa pun dapat berbicara semaunya.”
3. Barokah Kaji dan Cahaya Guru (Nūr as-Syuyūkh)
Keberhasilan alumni membangun umat adalah bukti keberlanjutan barakah yang diwariskan guru-guru MTI.
MTI Memanggil Lagi: Luka Besar Pasca Banjir Bandang 28 Oktober 2025
Banjir bandang yang melanda MTI Batang Kabung bukan sekadar kerusakan fisik. Itu adalah panggilan ruhani bagi seluruh anak siak untuk kembali membangunkan “rumah kedua”.
Kerusakan yang terjadi:
1. Gedung Belajar Roboh
2. Gedung Guru dan Laboratorium Hancur
3. Mushalla dan MCK Rusak Berat takbisa digunakan lagi
4. Aula—yang dulu dibangun atas sumbangan alumni—ikut hancur. Taksiran kerugian di atas 10 milyar.
Ini bukan sekadar bencana alam, tetapi tanda ujian agar kekuatan ikatan ruhani makin kokoh.
D. Nash Ilahiah: Seruan untuk Bergerak
Ayat yang sangat sering dipesankan almarhum Syekh Haji Salif Tuanku Sutan kepada kita semua adalah:
إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolongmu dan meneguhkan langkah-langkahmu.”
(QS. Muhammad: 7)
Maknanya dalam konteks MTI:
Menolong MTI = menolong agama Allah, karena MTI adalah ladang pendidikan Islam.
Menegakkan kembali gedung MTI = menjaga cahaya dakwah Syattariyah dan Surau Minang.
Wakaf, infaq, dan donasi = bentuk nusrah (pertolongan) kepada jalan Allah.
Hadis Nabi:
“Siapa membangun rumah Allah walau sebesar sarang burung, Allah bangunkan baginya rumah di surga.”
(HR. Ahmad, dengan makna yang selaras)
Bagi lembaga ilmu seperti MTI, pahala ini lebih besar lagi karena ia melahirkan ilmu yang terus mengalir tanpa putus.
E. Kajian Sosiologis dan Sufistik Ikatan Murid–Guru
Dalam tradisi tarekat dan surau Minangkabau, hubungan murid-guru (mursyid–murid) memiliki tiga lapisan:
1. Ikatan Ilmu (Rabithah al-‘Ilm)
Murid merasa terhubung kepada guru melalui sanad kaji. Ini melahirkan:
loyalitas, penghormatan, tanggung jawab untuk melanjutkan cahaya guru.
2. Ikatan Adab dan Khidmah (Rabithah al-Adab)
Adab lebih dulu dari ilmu. Generasi terdahulu sanggup:
berjalan kaki jauh, berkhidmah pada guru, tinggal di surau bertahun-tahun.
Model ini membentuk jiwa tahan banting yang tampak dalam gerakan alumni membangun madrasah dan pesantren.
3. Ikatan Ruhani (Rabithah ar-Rūh)
Sufi besar seperti al-Qusyairi, Junaid, dan al-Ghazali menjelaskan bahwa:
murid meniru hal (keadaan batin) guru,
ruh murid terhubung melalui wirid, dzikir, dan tawajjuh,
keberkahan turun lewat rabithah ini.
Inilah sebab alumni MTI Batang Kabung langsung bergerak saat musibah terjadi:
ketika ruh guru memanggil, murid akan hadir.
F. MTI Harus Dibangun Kembali — Kita Dipanggil untuk Berkhidmah. MTI adalah rumah ruhani kita. Ia telah melahirkan ribuan pemimpin surau, masjid, madrasah, dan pesantren.
Kini ia roboh. Namun cahaya yang diwariskan guru kita tidak pernah padam. Kita dipanggil kembali oleh madrasah yang membesarkan kita.
Saatnya Anak Siak Berdiri Bersama.
G. Seruan Wakaf, Infaq, dan Donasi
Mari berikan wakaf terbaik, infaq terbaik, donasi terbaik.
Karena:
wakaf akan menjadi pahala jariyah tanpa putus,
membangun MTI berarti menegakkan pendidikan Islam,
menolong MTI adalah menolong agama Allah,
dan pertolongan Allah turun ketika kita menolong lembaga ilmu.
“Intanshurullāh yanshurkum…”
Doa dan pesan yang selalu diulang almarhum Syekh Haji Salif Tuanku Sutan agar anak siaknya tidak pernah berpaling dari jalan khidmah.
Penutup
MTI roboh, tapi semangat anak-anak siaknya bangkit.
Banjir meruntuhkan bangunan, tetapi tidak pernah meruntuhkan ikatan ruhani dengan guru.
Inilah momentum sejarah:
MTI memanggil lagi. Dan anak siaknya pasti menjawab.

