Type Here to Get Search Results !

Mao, Legasi Sang Putra

oleh ReO Fiksiwan

„Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu. 

Mereka adalah putra-putri dari kerinduan 

Kehidupan akan dirinya sendiri. 

Mereka datang melalui dirimu, 

tetapi bukan dari dirimu, 

dan meskipun mereka bersamamu, 

mereka bukan milikmu.“ — Khalil Gibran(1883-1931), The Prophet(1923; Pustaka Jaya, 1973).

Hari ini, 30 November 2025, genap tiga puluh tahun usia Sang Putra, Muhamad Aldin Ointoe(MAO). 

Ia lahir pada 1995 silam di ruang Irene E RSUP Prof. Kandouw, Manado, sebuah kelahiran yang disambut dengan penuh syukur oleh kedua orang tuanya, Reiner Emyot Ointoe dan Terry Heesye Sigar. 

Sejak awal, perjalanan hidup Aldin berjalan dengan tenang, tanpa pernah menyulitkan orang tuanya, bahkan hubungannya dengan sang adik, Almitra Putri, selalu harmonis. 

Almitra kini berkarier di Jakarta setelah menyelesaikan pendidikan S1 di Binus Jakarta pada 2020 dengan dua gelar sekaligus, SE dan S.Kom, sebuah pencapaian yang turut memperlihatkan tradisi keluarga yang menekankan pendidikan dan kerja keras.

Aldin menapaki masa kecilnya dengan penuh kesederhanaan. Ia masuk TK BNI Wanea, lalu melanjutkan ke SDN 11 di Jalan Sarapung. 

Masa remajanya ditempa di Binsus SMAN IX Kampus Unsrat, sebuah fase yang memperkuat karakter dan disiplin. 

Setelah tamat SMA, ia memilih jalur ilmu komputer di Universitas Klabat, Minahasa Utara dan tamat 2010 di bidang desain animasi dengan skripsi: Animasi Binatang-Binatang Langka: Anoa(Bubalus depressicornis), Babi Hutan(Sus scrofa), Badak(Rhinoceros) dan Orangutan(Pongo).

Pilihan ini sejalan dengan minatnya sejak kecil: oret-oret sketsa, membaca majalah cynematic, teenlit, manga, dan novel populer bergambar yang membentuk daya imajinasi serta kepekaan artistiknya. 

Bahkan beberapa desain cover buku terbitan Serat Manado hasil dari kreativitasnya. Di antaranya cover buku: Tuhan dan Senjakala Kebudayaan(2025), Kebaya Noni: Sejarah, Budaya dan Desain(2024), Epistemologi Sastra(2024) dan 30 Esai Hari Pernikahan & 66 Puisi Eulogia Usia(2024).

Refleksi atas perjalanan Aldin dapat dibaca melalui lensa psikologi anak. 

Alice Miller, dalam The Drama of the Gifted Child: The Search for the True Self (edisi Jerman Das Drama des begabten Kindes, 1997), menekankan bahwa anak berbakat sering kali menanggung beban ekspektasi orang dewasa, sehingga pencarian diri sejati menjadi penting. 

Aldin, dalam konteks ini, menunjukkan bahwa bakat dan minatnya tumbuh tanpa tekanan, justru berkembang dalam ruang aman yang diberikan orang tuanya. 

Ia tidak pernah menjadi “korban” ekspektasi, melainkan tumbuh sebagai pribadi yang menemukan jalannya sendiri. 

Alice Miller sendiri lahir tahun 1923 dan wafat 2010, sehingga pada 1997 saat edisi Jerman itu terbit ia berusia 74 tahun.

Sementara itu, Erik Erikson dalam Childhood and Society(1950) menekankan pentingnya tahapan psikososial dalam perkembangan anak. 

Dalam refleksi psikologi pertumbuhan, Erik Erikson menekankan bahwa masa remaja adalah tahap krusial dalam pencarian identitas. Dalam Childhood and Society(1950), ia menulis: 

„The adolescent’s task is to achieve a sense of identity rather than to become lost in role confusion.”   

Alihbasa: „Tugas remaja adalah mencapai rasa identitas daripada tersesat dalam kebingungan peran.“

Kutipan ini menegaskan bahwa remaja harus menemukan keutuhan dirinya, bukan sekadar larut dalam peran yang ditentukan lingkungan.

Jika dikaitkan dengan perjalanan Aldin, ia berhasil melewati fase ini dengan baik. 

Dari masa TK hingga SMA, ia membangun identitas melalui minatnya pada sketsa, bacaan manga, dan dunia komputer. 

Pilihan kuliah di Ilmu Komputer di Unklab menunjukkan bahwa ia tidak mengalami kebingungan peran, melainkan menemukan jalannya sendiri. 

Erikson melihat keberhasilan tahap ini sebagai fondasi bagi kemampuan dewasa untuk berkomitmen dan bekerja produktif

Aldin tampak berhasil melewati fase-fase itu dengan baik: dari rasa percaya di masa kanak-kanak, identitas di masa remaja, hingga komitmen di masa dewasa. 

Ia tidak pernah menimbulkan konflik besar dalam keluarga, sebuah tanda bahwa ia mampu mengintegrasikan nilai kepercayaan, kemandirian, dan identitas dengan harmonis. 

Kehidupan Aldin menjadi contoh bagaimana dukungan keluarga yang sehat memungkinkan seorang anak tumbuh tanpa drama, menemukan dirinya, dan berkontribusi bagi masyarakat.

Tiga puluh tahun perjalanan Sang Putra adalah kisah tentang kelahiran yang penuh syukur, masa kecil yang sederhana, remaja yang berdisiplin, dan dewasa yang berkomitmen. 

Refleksi ini bukan sekadar catatan ulang tahun, melainkan pengingat bahwa setiap anak, seperti yang diingatkan Miller dan Erikson, membutuhkan ruang aman untuk menemukan diri sejati. 

Aldin telah menapaki jalannya dengan tenang, dan hari ini, ulang tahunnya menjadi perayaan atas sebuah kehidupan yang tumbuh dalam harmoni, cinta, dan kerja keras.

Erikson melihat keberhasilan tahap ini sebagai fondasi bagi kemampuan dewasa untuk berkomitmen dan bekerja produktif. 

Aldin kini, sebagai staf IT di RSUD ODSK, memperlihatkan bagaimana identitas yang terbentuk di masa remaja berkembang menjadi peran sosial yang matang dan bermakna.

Barakallahu fii umuriq❤️🤲🏼 Mahabah ilallahu: Reiner Emyot Ointoe, Terry Heesye Sigar, Almitra Putri. 

#credit foto: MAO kecil dipotret oleh mendiang Anwar Mokodompit dalam pembuatan buku Pesona Nyiur Melambai: 50 Tahun Kemerdekaan RI Provinsi Sulawesi Utara(1996), di era Gubernur Letjen(Purn.) E.E. Mangindaan SIP(86) dengan dukungan editor mendiang Drs. P.P. Kepel dan Sekprov, Hi. Arsyad Daud SH.

#coverlagu: Album Thank You Allah karya Maher Zain(44) — penyanyi Muslim asal Swedia keturunan Lebanon — dirilis pada 1 November 2009 oleh Awakening Records.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.