![]() |
Nilai-nilai spiritual menjadi penting dalam praktik politik untuk menjaga etika dan moral penguasa yang sedang berkuasa, sehingga tanggung jawab, empati dan nilai-nilai kemanusiaan tetap terjaga karena sangat diperlukan dalam praktik politik agar tidak menyimpang dan menyalahgunakan kekuasaan, seperti korupsi, menindas rakyat dan menguras kekayaan negara. Karena pemimpin yang memiliki kesadaran dan mengedepankan nilai-nilai spiritual akan selalu sadar bahwa kekuasaan itu adalah amanah yang wajib dan harus dipertanggung jawabkan, tidak hanya kepada rakyat, tetapi juga harus dan wajib mempertanggung jawabkan apa yang sudah dilakukannya juga kepada Tuhan.
Kesadaran dan pemahaman seorang pemimpin terhadap nilai-nilai spiritual akan mendorong seorang pemimpin melakukan pelayanan yang sebaik-baiknya untuk rakyat, bukan sekedar memerintah. Sebab amanah yang diemban sebagai pemimpin tidak untuk mencari keuntungan dan kesenangan pribadi. Itulah sebabnya, amanah sebagai seorang pemimpin itu esensinya adalah pengabdian. Dan dalam terminologi agama adakah ibadah.
Nilai-nilai spiritual yang dimiliki seorang pemimpin mampu memperkuat solidaritas dan ikatan kemanusiaan -- yang selalu mengingatkan betapa pentingnya jalinan persaudaraan -- tidak dalam ikatan pemimpin dan anak buah yang tidak bisa diperlukan sekehendak hati untuk dan demi kepentingan diri sendiri.
Kecuali itu, nilai-nilai spiritual dapat menjadi fondasi dari visi dan missi jangka panjang yang dapat terus berkelanjutan kepada siapa pun yang kelak akan melanjutkan kekuasaan yang mampu dipahami sebagai amanah. Sebab politik yang berlandaskan pada spiritualitas tidak bersifat pragmatis, karena mempunyai nilai arah yang kokoh tentang perdamaian, keadilan sosial, kemanusiaan serta kesejahteraan untuk semua, tanpa kecuali. Sehingga, nilai-nilai spiritual mampu menjaga praktik politik bukan sebagai alat kekuasaan semata, tetapi juga mengusung nilai-nilai keluhuran, pengabdian serta tujuan untuk kebaikan bersama.
Demikian juga nilai-nilai spiritual dalam praktik ekonomi, dapat dihargai menjadi penjaga sikap jujur dalam berbagai bentuk transaksi, tidak curang dan culas, tidak menipu dan tidak berbohong serta senantiasa dapat bersikap adil dalam menentukan cara maupun nilai transaksi yang hendak dilakukan. Termasuk upah bagi pekerja yang telah membantu dalam usaha ekonomi tersebut dengan penuh rasa ikhlas, bukan atas dasar bekas kasihan.
Nilai-nilai spiritual diperlukan dalam aktivitas dan kegiatan ekonomi dapat mencegah sikap tamak dan serakah. Apalagi kemudian hendak melakukan eksploitasi terhadap kelemahan maupun kekurangan orang lain dalam transaksi ekonomi yang dilakukan. Tak hanya sebatas transaksi jual beli, tapi juga transaksi dalam bentuk yang lebih luas sifatnya.
Yang tak kalah penting dari pengaruh nilai-nilai spiritual dalam aktivitas dan kegiatan ekonomi adalah dapat memahami bahwa ekonomi itu tidak hanya diorientasikan pada keuntungan finansial belaka, tetapi juga memiliki nilai-nilai sosial dan kemanusiaan yang tidak bisa diabaikan. Dalam konteks inilah peran spiritual bisa memberi sekaligus menjaga nilai tambah dari aktivitas dan kegiatan ekonomi yang tidak cuma sebatas bernilai finansial semata.
Demikian juga perlunya nilai-nilai spiritual dalam membangun dan menjaga tanggung jawab sosial. Sebab hanya melalui kesadaran dan pemahaman spiritual para pelaku politik, ekonomi maupun aktivitas kebudayaan akan memiliki rasa tanggung jawab sosial, moral dan etika yang perlu dijaga bersama siapapun dalam berbagai bidang aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan orang banyak.
Hingga pada akhirnya, dalam semua bidang kegiatan, nilai-nilai spiritual menjadi sangat penting dan diperlukan untuk meraih kesuksesan yang mampu memberi berkah -- kenangan batin yang mengesankan -- tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain yang terlibat atau bersinggungan dengan kegiatan dan aktivitas yang kita lakukan. Sehingga semua dapat berjalan dengan etis yang baik, moral yang terpuji serta akhlak kemuliaan yang mampu memberi pengajaran bagi orang lain. Karena takaran sukses tidak hanya bisa diukur oleh besarnya materi, tetapi juga harus memiliki juga nilai-nilai spiritual yang dapat menjadi panutan bagi orang lain. Jadi peran Spiritualitas dalam ekonomi misalnya, tidak hanya bertujuan melakukan akumulasi kekayaan dalam pengertian material, tapi juga Kejaksaan yang bersifat spiritual -- sehingga keadilan, kesejahteraan serta kemaslahatan bagi manusia dapat ditingkatkan juga kualitas atau bobotnya.
Nilai-nilai spiritual dalam praktik sosial kemasyarakatan jelas dapat menjaga dan menumbuhkan rasa kemanusiaan yang lebih lembut dan peka. Sehingga ajaran tentang kasih sayang, empati dan kepedulian terhadap sesama dapat lebih harmonis dan indah dalam penghormatan yang saling menghargai satu sama lain. Sehingga norma sosial dan budaya dapat lebih bermakna dengan landasan nilai moral dan etika yang terjaga oleh spiritualitas. Sikap bersahaja, ugahari, sederhana serta rasa tanggung jawab yang tidak mungkin dihindarkan. Biasanya dengan cara itu pun sikap solidaritas -- kebersamaan dan persatuan -- dapat dibangun dan dijaga soliditasnya untuk menghindari konflik dalam kebersamaan dan persatuan yang harmoni dan langgeng. Sebab manusia hidup tidak mungkin berbahagia bila cuma sendiri.
Jadi keseimbangan dalam perubahan jaman pun memerlukan sumber daya spiritualitas yang tangguh dan kuat. Tidak terjebak dalam hedonisme, konsumerisme dan dekadensi moral yang tengah menghujani jagat modern -- yang selalu terkesan hanya milik bangsa Barat. Begitulah, spiritualitas sebagai fondasi dalam upaya membangun bentuk konstruksi peradaban manusia yang lebih beradab, bermutu dan berkualitas yang tercermin dalam kepribadian manusia yang mulia, sebagai khalifatullah di muka bumi.
Pecenongan, 23 Juni 2025