![]() |
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia saat ini menghadapi berbagai tantangan. Di tengah gempuran perubahan dan persaingan yang kian ketat, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syekh Burhanuddin memiliki visi besar untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan berkontribusi lebih luas bagi nagari. Visi ini adalah STIT menuju Institut.
Urgensi dan transformasi di tengah tantangan PTS.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak PTS sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja. Berbagai faktor seperti menurunnya angka pendaftar, keterbatasan sumber daya, hingga tuntutan kualitas yang semakin tinggi menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. STIT menyadari penuh urgensi ini dan memandang bahwa transformasi menjadi institut adalah langkah strategis untuk menjawab tantangan tersebut. Dengan status institut, STIT akan memiliki ruang lingkup program studi yang lebih luas, potensi pengembangan riset yang lebih besar, serta daya tarik yang lebih kuat bagi calon mahasiswa.
Antusiasme Pemerintah Daerah dan Dukungan Penuh
Gagasan untuk memajukan STIT menjadi institut mendapat sambutan positif dan antusiasme tinggi dari Bupati.
Dukungan penuh dari pemerintah daerah menjadi angin segar yang krusial bagi terwujudnya cita-cita ini. Sinergi antara perguruan tinggi dan pemerintah daerah adalah kunci dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan pembangunan daerah. Dukungan ini tidak hanya sebatas restu, tetapi juga terwujud dalam bentuk kebijakan dan fasilitas yang mendukung proses transformasi.
Reformasi Internal dan Pembentukan Soliditas Civitas Akademika
Perubahan status menjadi institut bukanlah sekadar perubahan nama, melainkan sebuah reformasi menyeluruh.
Reformasi ini menuntut adanya soliditas dan perubahan mindset civitas akademika.
Seluruh elemen, mulai dari dosen, staf, hingga mahasiswa, harus memiliki visi yang sama dan semangat untuk beradaptasi dengan tuntutan zaman.
Di era abad ke-21 ini, kecerdasan bukan hanya diukur dari penguasaan materi, melainkan juga dari kemampuan beradaptasi dan berinovasi. Oleh karena itu, STIT akan fokus pada pengembangan kompetensi yang relevan dengan kebutuhan saat ini dan masa depan. Ini mencakup lima pilar utama yang dikenal sebagai "5C":
Kompetensi (Competence): Peningkatan kualitas kurikulum dan metode pengajaran untuk menghasilkan lulusan yang kompeten di bidangnya.
Kreativitas (Creativity): Mendorong inovasi dan pemikiran orisinal dalam setiap aspek kegiatan akademik dan non-akademik.
Komunikasi (Communication): Membangun kemampuan komunikasi yang efektif, baik secara lisan maupun tulisan, agar lulusan mampu bersaing di dunia kerja.
Kolaborasi (Collaboration): Mengembangkan budaya kerja sama dan sinergi antarindividu maupun antar lembaga.
Karakter (Character): Membentuk pribadi yang berintegritas, bertanggung jawab, dan memiliki etika yang tinggi.
Dengan soliditas internal, dukungan pemerintah daerah, dan fokus pada pengembangan kecerdasan abad ke-21, STIT optimis dapat bertransformasi menjadi institut yang unggul.
Institut ini tidak hanya akan melahirkan lulusan berkualitas, tetapi juga menjadi motor penggerak kemajuan nagari, memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan sumber daya manusia dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. STIT menuju Institut adalah janji untuk masa depan nagari yang lebih cerah.
Kesimpulan
Transformasi STIT Syekh Burhanuddin menjadi institut bukan sekadar peningkatan status administratif, melainkan gerakan strategis membangun kembali marwah pendidikan Islam lokal yang berakar, berdaya, dan berpengaruh. Di tengah krisis kepercayaan terhadap banyak perguruan tinggi swasta, STIT justru hadir dengan arah dan visi yang kuat: menjadi perguruan tinggi anak nagari yang mampu membaca zaman, menjawab tantangan, dan memberi arah masa depan.
Dukungan pemerintah daerah, semangat kolektif civitas akademika, dan penguatan visi “Iqamatuddin wa Tafaqqquh Fiddin” menjadi modal sosial dan spiritual yang besar. Transformasi ini akan menjadi momentum revitalisasi pendidikan keislaman Minangkabau, menggabungkan warisan intelektual Tuanku Syekh Burhanuddin dengan semangat pembaruan dan kolaborasi abad ke-21.
STIT menuju Institut bukan hanya mimpi, tapi mandat sejarah. Ini adalah bentuk tanggung jawab moral terhadap warisan ulama, cita-cita kemerdekaan, dan harapan anak-anak nagari akan masa depan yang lebih cemerlang.
Dengan semangat basamo mangko manjadi, mari kita kawal transformasi ini bukan hanya dengan strategi, tetapi juga dengan hati dan keikhlasan. Sebab, masa depan pendidikan Islam Minangkabau sangat mungkin bermula dari sini—dari surau kecil yang membesar menjadi institut kebanggaan nagari dan ummah. 18062025
*Ketua YIC Syekh Burhanuddin Padang Pariaman