Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Hagarisme: Awal Sejarah Islam? oleh ReO Fiksiwan*

“Sejarah dunia selalu merupakan kisah tentang bagaimana “kita” sampai ke masa kini, sehingga bentuk narasinya secara inheren bergantung pada siapa yang kita maksud dengan “kita” dan apa yang kita maksud dengan “masa kini”. — Tamim Ansary(76), Destiny Disrupted: A History of the World Through Islamic Eyes(2009).

Studi Islam dari era klasik hingga modern kontemporer makin mengukuhkan, apapun versi studi dan sumber-sumbernya, bahwa sejarah Islam dalam seluas-luasnya mustahil mengenyahkan begitu saja apa yang diulas Graham E. Fuller(87) sebagai bisakah A World Without Islam(2010)?

Salah studi ihwal sejarah awal Islam, Hagarism: The Making of the Islamic World(1977) dari sejarawan Patricia Crone(1945-2012) dan Michael Cook(84), berusaha mengacu pada bukti arkeologi dan dokumen kontemporer dalam bahasa Arab, Armenia, Koptik, Yunani, Ibrani, Aram, Latin dan Suryani. Crone dan Cook menggambarkan Islam awal yang sangat berbeda dari versi yang diterima secara tradisional yang bersumber dari catatan sejarah Muslim, khusus salafiyah.

Hagarisme berawal dari premis bahwa kajian sejarah Barat tentang asal usul Islam harus didasarkan pada data sejarah, arkeologi, dan filologi kontemporer dan harus persis yang telah dilakukan untuk studi tentang Yudaisme dan Kristen. Tentu, tidak harus bertolak pada tradisi Islam klasik dan tulisan-tulisan historiografi Arab di kemudian hari. 

Tradisi tersebut mengekspresikan dogma dan memberikan catatan sejarah yang tidak dapat didamaikan disertai pertentangan dengan zaman tentang masa lalu komunitas tersebut. Dengan mengandalkan bukti sejarah, arkeologi dan filologi kontemporer atau dengan menekankan sumber-sumber non-Muslim, para penulis berupaya merekonstruksi dan menyajikan apa yang mereka anggap sebagai catatan sejarah yang lebih akurat tentang asal usul sejarah awal Islam.

Menurut para penulis, "Hagarenes" adalah istilah yang digunakan oleh sumber-sumber yang hampir sezaman untuk menyebut gerakan Arab pada abad ke-7 M yang penaklukannya dan kekhalifahan yang dihasilkannya diilhami oleh mesianisme Yahudi. 

Crone dan Cook berpendapat bahwa aliansi orang Arab dan Yahudi berusaha merebut kembali Tanah Perjanjian dari Kekaisaran Bizantium menjadikan Al-Qur'an merupakan suntingan abad ke-8 dari berbagai sumber Yahudi-Kristen dan Timur Tengah lainnya dan Rasul Muhammad adalah utusan Umar "sang penebus", seorang mesias Yahudi.

Hipotesis yang diajukan dalam Hagarisme telah banyak dikritik, dan pada tahun 2002, para penulis sendiri telah mengakui bahwa banyak hipotesis mereka salah. Meskipun demikian, buku ini telah dipuji sebagai karya penting dalam cabang historiografi asal-usul awal Islam.

Sebagai studi asal-usul Islam sebagai determinan historis, Yahudi dan Nasrani, buku ini mempertanyakan asumsi yang berlaku tentang sumber-sumber tradisional dan mengusulkan interpretasi baru yang membuka jalan bagi penelitian dan diskusi. 

Dengan kata lain, menghubungkan sejarah Islam awal dengan bidang-bidang lain —dari zaman kuno akhir Mediterania hingga teori-teori akulturasi — dengan merujuk karya kritis sebelumnya oleh dua orientalis asal Jerman, Ignaz Goldziher(1850-1921), Joseph Schacht(1902-1969), John Wansbrough(1928-2002) asal Amerika, studi buku ini menantang para sarjana untuk menggunakan metodologi yang jauh lebih luas, termasuk teknik-teknik yang sudah digunakan dalam studi Alkitab.

Dengan demikian, buku ini dianggap telah memicu perkembangan besar dalam bidang ini, meskipun mungkin lebih dipandang sebagai eksperimen "bagaimana jika" m dibanding sekasar sebagai monograf periset.

Menurut Cook dan Crone, "Hagarisme" dimulai sebagai "gerakan mesianis Yahudi" untuk "menegakkan kembali Yudaisme" di Tanah Suci Yahudi (Palestina). Para penganutnya pertama kali dikenal sebagai mu haji run (migran) dan bukan Muslim atau hijrah (migrasi) mereka adalah ke Yerusalem dan bukan Madinah. 

Para anggotanya awalnya adalah orang Yahudi dan Arab. Namun, keberhasilan orang Arab yang semakin meningkat mendorong mereka untuk memisahkan diri dari orang Yahudi pada masa Abd al-Malik ibn Marwan(646-705) di akhir abad ketujuh era Ummayah di Siria.

Mereka mulai mengenal agama Kristen dan mengapresiasi dengan rasa hormat kepada Yesus sebagai nabi dan Maria sebagai Perawan, sebelum munculnya penegasqn identitas monoteis Abrahamik yang independen.  

Dengan meminjam konsep-konsep kunci dari sekte sempalan Yahudi seperti Samaritanisme yang mengungkap gagasan tentang kitab suci yang terbatas pada Pentateukh. Atau, nabi seperti Musa maupun Muhammad dengan kitab suci yang diwahyukan Taurat dan Al-Quran dan mengukuhkan kota suci Mekkah dengan gunung di dekatnya Jabal an-Nur dan tempat suci Ka'bah yang mendaku sebagai patriark Abraham serta dibubuhi kekhalifahan ala imamat Harun.

Menurut para penulis, Hagarenes adalah istilah yang umum digunakan oleh berbagai sumber — Yunani Magaritai, Suryani Mahgre atau Mahgraye —untuk menggambarkan para penakluk Arab pada abad ke-7. Kata tersebut merupakan sebutan diri bagi komunitas Muslim awal dengan makna ganda. 

Pertama, kata tersebut merupakan kata serumpun dari muhājirūn, istilah Arab bagi mereka yang ikut serta dalam hijrah (eksodus). Kedua, kata tersebut merujuk kepada kaum Ismail, putra keturunan Abraham melalui Hagar(Siti Hajar), Ismail, diserupakan orang Yahudi dengan kleim garis keturunan dan kepercayaan leluhur mereka dari Abraham dari istrinya Sarah dan anak mereka Ishak. 

Kelak, melalui Quran, Muhammad mengklaim garis keturunan tersebut bagi orang Arab untuk memberi mereka hak kelahiran di Tanah Suci dan untuk menambahkan silsilah monoteis yang sesuai dengan Yudaisme pada praktik leluhur pagan mereka seperti tradisi pengorbanan dan sunat.

Dengan demikian, Hagarisme merujuk kepada gerakan kepercayaan awal ini. Sebutan sebagai Muslim dan Islam baru muncul kemudian, setelah keberhasilan penaklukan membuat kewajiban hijrah dituduh menjadi usang.

Dalam menafsirkan sumber-sumber berbahasa Siria, Armenia, dan Ibrani abad ke-7, dibuat hipotesis bahwa Muhammad masih hidup selama penaklukan Palestina sekitar dua tahun lebih lama dari yang diyakini secara tradisional.

Oleh karena itu, kekhalifahan Abu Bakar merupakan penemuan di kemudian hari. Ia memimpin orang-orang Yahudi dan Hagarene (Arab) yang bersatu di bawah suatu keyakinan yang secara longgar digambarkan sebagai Yudeo-Hagarisme.

Sebagai seorang nabi(Muhammad) yang mengabarkan kedatangan seorang mesias Yahudi yang akan menebus Tanah Perjanjian dari Bizantium Kristen, perspektif terus dikembang dengan tafsir lain di Injil, misalnya.

Sang penebus ini(mesias), kelak disematkan pada pribadi Umar bin Khatab, khalifah kedua dan dirujuk dari asal-usul bahasa Aram dengan julukannya Al-Faruq, yautu "pembeda antara yang benar dan yang salah.”

Hijrah, gagasan yang menentukan dan tugas keagamaan kaum Hagarin, dengan demikian merujuk pada emigrasi dari Arabia utara ke Palestina. Kemudian, secara lebih umum ke wilayah yang ditaklukkan dan bukan pada satu eksodus dari Mekkah ke Madinah, khususnya, "tidak ada sumber abad ketujuh yang mengidentifikasi era Arab sebagai era hijrah.” Mekkah hanyalah tempat perlindungan sekunder. Pertemuan awal kaum Hagarin dan Yahudi terjadi di suatu tempat di Arabia barat laut, di utara Madinah.

Setelah penaklukan Tanah Suci yang sukses, kaum Hagarenes khawatir bahwa pengaruh yang terlalu besar dari Yudaisme dapat mengakibatkan konversi dan asimilasi secara langsung. 

Untuk memutuskan hubungan dengan mesianisme Yahudi, mereka mengakui Yesus sebagai mesias —meskipun menolak sejarah penyalibannya — yang juga berfungsi untuk melunakkan sikap yang awalnya bermusuhan terhadap semakin banyaknya orang Kristen. 

Namun, untuk membentuk identitas yang berbeda — tidak menyamakan dengan Yudaisme dan Kristen — praktik leluhur dibingkai ulang sebagai agama Abraham monoteistik yang berbeda. Praktik ini mengambil posisi kitab suci Samaria dan didefinisikan sebagai menerima Pentateukh sambil menolak para nabi di luar keyakinan mereka(lihat Finkelstein dan Herzog,2004).

Hal ini juga berfungsi untuk melemahkan legitimasi monarki Daud, yang ditolak oleh orang Samaria, serta kesucian Yerusalem. Sebaliknya, orang Samaria memiliki kota suci mereka di Shechem dan sebuah kuil di dekat Gunung Gerizim; Mekkah dengan gunung di dekatnya dirancang sebagai paralel dari keduanya.  

Untuk menggabungkan unsur-unsur Abrahamik, Kristen, dan Samaria, peran Muhammad diubah menjadi seorang nabi yang sejajar dengan Musa, yang membawa wahyu kitab suci baru. Al-Quran dikumpulkan dengan cepat dari tulisan-tulisan Hagarene yang berbeda sebelumnya.

Bahkan sebagian mungkin disunting secara menyeluruh menjadi bentuk lengkapnya oleh al-Hajjaj pada dekade terakhir abad ke-7 dan bukan pertengahan khalifah Utsman di bawah Ummayah. Kemudian, secara tradisional, asal-usul Islam awal ini, menurut para sejarawan akademis, memengaruhi kemaruk politik Islam awal dari dua sumber itu, Hagarism dan Sarahism.

Yang pertama, menyangkut imamat tinggi Samaria. Suatu upaya penggabbgan otoritas politik dan agama dan dilegitimasi atas dasar pengetahuan agama dan silsilah. Kedua, kebangkitan pengaruh Yahudi di Irak Babilonia yang menyebabkan penegasan kembali mesianisme dalam bentuk mahdisme, khususnya Islam Syiah. 

Identifikasi sebagai Hagarene digantikan dengan gagasan Samaria tentang Islam atau dipahami sebagai penyerahan diri atau sebagai perjanjian damai para penganutnya menjadi Muslim dan di luar pertumbuhan sejarah kompleks pra Islam seluruh jazirah Timur Tengah hingga hari ini.

Transisi ke identitas Islam yang percaya diri dan dapat dikenali, dengan berbagai pinjamannya yang diasimilasi, terjadi pada akhir abad ke-7, pada masa pemerintahan Abd al-Malik. Namun, evolusinya terus berlanjut. 

Ketika kekuasaan dipindahkan dari Suriah ke Irak, Islam menggabungkan budaya rabinik Yudaisme Babilonia. Dengan demikian hukum agama(Islamic Jurisprudence) yang dipraktikkan oleh kaum awam yang terpelajar dan berdasarkan tradisi lisan(lihat Schact,1965).

Pada paruh kedua abad ke-8, Mu'tazilah awal, bersamaan dengan Yudaisme Karaite, menolak semua tradisi lisan dan lebih mengarah pada upaya yang gagal untuk mendasarkan hukum pada rasionalisme Yunani. 

Sebagai tanggapan, para sarjana mengikuti Syafi'i dalam mengumpulkan rantai otoritas (isnad) untuk mendukung tradisi item demi item. Solusi asli ini menyelesaikan “pembebasan” Islam dari pengaruh Yudaisme seperti telah banyak dikaji para orientalis klasik dan mutakhir dewasa ini.

Akhirnya, dengan mempertimbangkan keadaan agak ganjil yang dialami kaum Hagarene — keberhasilan mereka sendiri mendorong mereka menjauh dari tempat-tempat suci Yerusalem dan Mekkah ke Babilonia, seperti yang diselesaikan oleh Revolusi Abbasiyah — era Umar telah hidup dan tidak ada tanah yang hilang atau kebebasan yang bisa diharapkan. Setidaknya, penguasaan Yerussalem tanpa merubuh simbol keduanya, Tembok Ratapan(Dome of the Rock) dan mesjid Al-Aqsa.

Selanjutnya, hal ini menyebabkan politik keagamaan Sunni menjadi sunyi di bawah negara yang sekuler dan profan yang cukup kontras dengan "pengunduran diri kaum Sufi", terutama pada era runtuhnya Abbasiyah pada abad-13 masehi. Namun, kritik Crone dan Cook ihwal hagarisme sebagai locus sejarah awal Islam, bisa dianggap satu versi sejarah agama(Islam) kontemporer.

#RUJUKAN:

Crone, Patrice & Cook Michael. 1977. Hagarism: The Making of the Islamic World. New York: Cambridge University Press.

Israel Finkelstein, Israel dan Ze'ev

Herzog, Ze’ev. 2004. Samaria: Excavation and Researches. Yerussalem: Israel Exploration Society.

Martin, Richard C. (Editor). 1985. Approaches to Islam in Religious Studies. US: The University of Arizona Press.

Schacht, Joseph. 1965. An Introduction to Islamic Law. London: Oxford University Press.

https://religion.fandom.com/wiki/Hagarism:_The_Making_of_the_Islamic_World

https://www.eramuslim.com/berita/bincang/dr-syamsuddin-arif-sarjana-kita-kurang-apresiatif-terhadap-ulama/

https://geostamps.blogspot.com/2023/11/kritik-mengenai-tulisan-hagarism-cook.html?m=1

*Diulas dari sejumlah referensi dan ilustrasi dibantu AI.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies