Kondisi jalan Pariaman - Padang Sago yang sudah banyak lobang besar. (titip elyas) |
PADANG PARIAMAN, Sigi24.com--Pada hari Jumat, tanggal 31 Mei 2024, pukul 11.52 WIB, sebuah pesan pribadi di WhatsApp masuk ke ponsel saya.
Pesan itu datang dari Windra Firdaus, dosen di IAI Sumbar Pariaman sekaligus lawyer yang berpraktik di Padang Pariaman dan Kota Pariaman.
Dia menyampaikan keluhannya tentang kondisi jalan lintas Padang Sago menuju Pariaman yang sudah hampir satu dekade tidak kunjung diperbaiki.
Kondisi Jalan yang Memprihatinkan
Jalan yang dimaksud adalah jalan kabupaten yang menghubungkan beberapa kecamatan di wilayah Padang Pariaman. Meskipun jalan lain yang sama pentingnya di daerah ini cepat mendapatkan perhatian ketika mengalami kerusakan, jalan ini seolah diabaikan.
Lubang-lubang besar menghiasi permukaannya, menjadikannya rintangan bagi setiap pengendara yang melintas. Ironisnya, kondisi ini sudah cukup parah hingga masuk ke dalam berita TV nasional, namun perbaikan tak kunjung datang.
Perlakuan yang Tak Adil
Yang lebih memilukan, beredar pula kabar bahwa kepala daerah setempat sengaja menghindari jalan tersebut saat hendak ke Padang Sago. Seperti anak kandung yang di-anak tirikan, jalan ini tak mendapatkan perhatian yang seharusnya.
Padahal, jalan ini adalah rute alternatif yang aman dari titik longsor, berbeda dengan jalan nasional Malalak - Balingka yang sering kali berisiko longsor.
Jeritan Masyarakat yang Tak Didengar
Masyarakat setempat, termasuk para tokoh rantau, sudah berulangkali menyampaikan keluhan mereka kepada dinas terkait. Mereka berharap agar setidaknya, area-area yang mengalami kerusakan paling parah dapat segera diperbaiki.
Seorang tokoh masyarakat Padang Sago, yang memilih untuk tidak disebutkan namanya, mengungkapkan rasa frustrasinya. "Kalau tidak bisa diperbaiki secara keseluruhan, perbaiki saja area-area yang mengalami kerusakan paling parah," harapnya.
Ketidakpedulian yang Menyakitkan
Jalan Padang Sago - Pariaman ini bukan hanya sekadar jalur penghubung, adalah nadi yang mengalirkan kehidupan bagi banyak penduduk di sekitarnya.
Setiap hari, anak-anak sekolah, para pedagang, petani, dan banyak lagi warga yang bergantung pada kondisi jalan ini. Ketidakpedulian yang diperlihatkan oleh pihak berwenang terasa seperti pengkhianatan bagi mereka yang selama ini setia menggunakan jalan ini.
Harapan di Ujung Jalan
Namun, harapan tetap ada. Masyarakat masih terus berjuang, mengirimkan surat dan petisi, berharap suara mereka akhirnya didengar. Mereka tahu bahwa perubahan takkan datang dengan mudah, namun dengan tekad dan semangat kebersamaan, mereka yakin bahwa suatu hari nanti, jalan ini akan kembali menjadi jalur yang layak dilalui, memberikan kenyamanan dan keamanan bagi semua penggunanya.
Cerita ini adalah sebuah gambaran tentang betapa pentingnya perhatian dan tindakan nyata dari pemerintah terhadap kebutuhan infrastruktur yang vital bagi masyarakat.
Jalan Padang Sago - Pariaman adalah simbol dari harapan yang belum padam, menunggu untuk disulut oleh kepedulian dan aksi nyata dari mereka yang berwenang. (te/red)