Hasnan Nafis menyerahkan bukunya ke Ketua KAN Tandikek Ali Idris disaksikan penulisnya Armaidi Tanjung. (ist) |
Padang Pariaman, Sigi24.com--Dr. Hasnan Nafis, Visioner dari Tandikek judul bukunya. Buku itu dilaunching, Sabtu 30 Desember 2023 di aula STIKIP Nasional Pauh Kambar, Kabupaten Padang Pariaman.
Dilaunching dalam sebuah acara serimonial yang berkesan. Buku yang ditulis Armaidi Tanjung ini dapat sambutan luas oleh tamu undangan yang hadir memenuhi aula kampus tersebut.
Bagi Hasnan Nafis, tokoh dalam buku itu yang dibincangkan saat launching, setidaknya memberikan kesan tersendiri.
Tokoh pendidikan, peduli terhadap dunia pendidikan dan sosial keagamaan ini, terharu. Suara Hasnan Nafis tertahan saat memberikan sambutan, saking terharu melihat sambutan antusias keluarga dan tokoh masyarakat Tandikek yang hadir.
Dia berkisah ketika menolak bantuan. Bantuan pemerintah untuk pengembangan kampus yang didirikannya itu, ditolaknya secara halus dan santun.
Tapi, kampung STIKIP Nasional menjadi kesan tersendiri. Sedang diminati mahasiswa saat ini. Ribuan mahasiswa kuliah di situ.
Hebatnya, kampus maju dan berkembang tanpa publikasi yang banyak.
Hasnan Nafis memang visioner. Plang merek kampus saja, seolah tak menggambarkan adanya kampus yang lumayan rancak di Pauh Kambar itu.
Itulah sosok Hasnan Nafis. Punya empat gelar S-1, empat pula gelar S-2, dan sudah lama jadi doktor, juga berhasil mengaji di surau, diberi gelar Tuanku Sulaiman.
Mau pula jadi labai. Peluncuran bukunya, Sabtu itu menjadi tonggak silaturahmi yang amat sangat, khusus dengan keluarga besarnya sendiri.
Kenapa! Ada salah seorang saudaranya yang sudah tiga tahun tak pulang kampung, peluncuran buku itu dia pulang, dan Hasnan Nafis sendiri yang menjemput ke bandara.
Kedepan, Hasnan Nafis menyarankan untuk tetap pada prinsip dalam pengembangan kampus itu.
Sementara, tokoh masyarakat yang juga Ketua KAN Tandikek Ali Idris memberikan apresiasi yang amat luar biasa.
"Satu-satunya tokoh Tandikek yang gigih menuntut ilmu, peduli terhadap pendidikan, sukses di kampung orang, ada buku biografinya, ya Hasnan Nafis," kata Ali Idris.
Sepertinya, kontak dan komunikasi Hasnan Nafis dengan Ali Idris sudah sejak kecil. Soal pendidikan ini, hadirnya madrasah dan SMA di Tandikek adalah peran besar Ali Idris dan Hasnan Nafis.
"Sampai soal pengembangan ekonomi masyarakat, lewat KUD yang kala itu Hasnan Nafis mengelola. Dari KUD ini Hasnan Nafis mulai kuliah, karena waktu itu dia masih tamat SMA Lubuk Alung. Saya yang menyuruh dia kuliah ," ulas Ali Idris.
Sempat terkendala kuliah, Ali Idris tokoh spritual agaknya, memberikan motivasi, agar jangan berhenti kuliah.
Sebab, yang namanya kuliah, tak ada yang mulus. Banyak suka duka, yang kadang-kadang menjadi ancaman untuk berhenti.
Akhirnya, dari kuliah yang satu itu, Hasnan Nafis sepertinya menikmati belajar sepanjang hayat. Kuliah terus, terus dan terus, sampai mengantongi banyak ijazah.
Pada launching buku yang dibuka secara resmi oleh Ketua STIKIP Nasional Dr. Sepni Wita dan dimoderatori Dr. Japerman, panelis Tuanku Damanhuri ini adalah buku terakhir Armaidi Tanjung tahun ini yang diluncurkan.
Sebelumnya, Sekretaris DPD SatuPena Sumbar ini telah banyak melaunching dan menggelar bedah buku, baik di dalam maupun luar negeri.
Bagi Armaidi Tanjung, buku ini termasuk sering diedit berdua dengan tokoh di dalamnya, Hasnan Nafis.
Dalam menanggapi launching buku itu, Aliyus dan Alfadilla Hasan menyebutkan, buku ini butuh editing, lalu menyesuaikan bahasanya dengan ejaan yang disempurnakan.
Termasuk cover yang sepertinya kurang menarik. Namun, buku Hasnan Nafis telah memberikan arti penting terhadap sebuah dokumentasi keabadian.
Menulis dan ditulis adalah sesuatu keabadian. Banyak kisah dan cerita inspiratif dari sosok Hasnan Nafis yang sepertinya patut didalami untuk edisi berikutnya. (ad/red)