![]() |
(Kajian Iman, Ilmu, dan Keadaban ABS-SBK- Syarak Mangato Adat Mamakai; Raso Di Bao Naik, Pareso di Bao Turun)
Oleh: Prof. Dr. Duski Samad, M.Ag
Wirid PKDP Kota Tangerang 7 November 2025
Artikel ini membahas makna “memuliakan kemuliaan” manusia sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an, bahwa manusia diciptakan dengan kemuliaan yang paripurna secara fisik, psikis, dan spiritual. Dalam konteks psikologis dan bimbingan konseling Islami, kemuliaan ini harus dijaga dan dikembangkan melalui keseimbangan antara iman, ilmu, dan adab. Tulisan ini menawarkan pendekatan integratif yang menautkan teologi kemuliaan manusia (takrīm al-insān) dengan teori kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization) dalam psikologi humanistik serta prinsip tazkiyatun nafs dalam konseling Islami.
Allah SWT berfirman:
> وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ...
“Sungguh Kami telah memuliakan anak-anak Adam…”
(QS. Al-Isra’ [17]: 70)
Kemuliaan (karāmah) manusia bukan hasil pencapaian sosial, melainkan anugerah ilahi. Namun, menjaga dan mengembangkan kemuliaan itu memerlukan kesadaran spiritual dan bimbingan moral. Dalam konteks modern yang sarat krisis moral, stres psikologis, dan hilangnya adab, konsep “memuliakan kemuliaan” menjadi jalan rekonstruksi manusia beriman, berilmu, dan beradab.
1️⃣ Kemuliaan Fisik: Psikologi Kesehatan dan Tanggung Jawab Tubuh
Firman Allah:
> لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (QS. At-Tin [95]: 4)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Dalam psikologi kesehatan, tubuh adalah sistem biologis yang berpengaruh terhadap keseimbangan psikis (mind-body connection). Islam menegaskan bahwa menjaga tubuh berarti menjaga instrumen spiritualitas. Rasulullah SAW bersabda:
> “Inna li badanika ‘alaika haqqan” – tubuhmu memiliki hak atasmu. (HR. Bukhari).
Dalam konteks bimbingan konseling Islami, kesadaran menjaga tubuh termasuk self-care dan body-respect. Konselor Islam menuntun klien untuk menghargai tubuh sebagai amanah Allah, menyeimbangkan istirahat, ibadah, dan aktivitas, serta menyadari bahwa kebersihan dan kesehatan fisik memperkuat kestabilan mental-spiritual.
2️⃣ Kemuliaan Akal dan Ilmu: Psikologi Kognitif dan Self-Awareness
Manusia diberi anugerah akal dan kesadaran diri (self-awareness). Firman Allah:
> يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
(QS. Al-Mujadilah [58]: 11)
Dalam teori psikologi kognitif (Beck, Ellis), pikiran adalah pusat interpretasi pengalaman; berpikir positif, rasional, dan beriman akan menciptakan perilaku adaptif. Islam mendorong tafakkur dan tadabbur sebagai bentuk kognisi spiritual.
> رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا (QS. Ali Imran [3]: 191)
Konseling Islami melihat ilmu sebagai terapi kognitif spiritual: membantu klien memahami hakikat dirinya, memperbaiki pola pikir negatif (waswas, putus asa, rendah diri), dan menumbuhkan hikmah dalam setiap ujian hidup.
> “Barangsiapa Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memahamkannya tentang agama.”
(HR. Bukhari)
Ilmu menjadi energi penyembuhan bagi krisis makna dan arah hidup. Konselor berperan menuntun klien menuju insan ulul albab—yang berpikir dengan akal, hati, dan iman secara sinergis.
3️⃣ Kemuliaan Ruhani: Psikologi Spiritual dan Tazkiyatun Nafs
Manusia mulia karena memiliki fitrah ilahiyah:
> فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا (QS. Ar-Rum [30]: 30)
Dan telah bersaksi di alam ruh:
> أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى (QS. Al-A‘raf [7]: 172)
Dalam psikologi transpersonal (Maslow, Frankl), dimensi spiritual adalah puncak aktualisasi diri. Namun dalam Islam, puncak ini disebut tazkiyah — penyucian jiwa agar tetap sesuai fitrah.
Virus spiritual yang mengaburkan kemuliaan jiwa antara lain:
1. Dhuribat ‘alaihimudz dzillah — hilangnya harga diri karena maksiat dan kesombongan.
2. Aqfalul qulub — hati yang terkunci dari tadabbur.
3. Fasih tanpa nilai — kemampuan verbal tanpa kejujuran moral.
Konseling Islami mengajarkan metode muhasabah, dzikir, dan taubat sebagai proses terapi ruhani untuk membuka kembali pintu hati yang terkunci.
Seorang konselor menjadi murabbi jiwa, yang menuntun klien dari kegelisahan menuju ithmi’nan (ketenangan).
4️⃣ Integrasi Iman, Ilmu, dan Adab: Kerangka Bimbingan Konseling Islami
Kemuliaan manusia utuh bila tiga unsur berikut berjalan harmonis:
Unsur Dimensi Psikologis Pendekatan Konseling Islami
Iman Spiritualitas dan makna hidup Dzikir, tazkiyah, refleksi nilai-nilai tauhid
Ilmu Kesadaran rasional dan pemecahan masalah Psikoedukasi, tadabbur, cognitive restructuring islami
Adab Keseimbangan sosial dan emosional Pembinaan akhlak, empati, komunikasi rahmah.
Konselor Islam bukan hanya membantu mengatasi masalah, tetapi mengarahkan klien untuk kembali mengenali kemuliaan dirinya sebagai hamba Allah.
Dengan demikian, bimbingan Islami berfungsi sebagai rehabilitasi moral, spiritual, dan psikologis.
Penutup
Memuliakan kemuliaan berarti:
Menyadari fitrah mulia yang dianugerahkan Allah,
Mengembangkan akal dan ilmu untuk kemaslahatan,
Menjaga adab sebagai cermin iman yang hidup.
Dalam perspektif psikologi dan bimbingan konseling Islami, kemuliaan manusia terwujud saat ia mampu menata pikiran (akal), menenangkan hati (iman), dan menyeimbangkan perilaku (adab).
Inilah jalan menuju manusia paripurna: insan kamil — sehat jasmani, cerdas akal, dan suci jiwa.
Daftar Rujukan
1. Al-Qur’an al-Karim.
2. Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Beirut: Dar al-Fikr.
3. Al-Attas, S.M.N. (1999). The Concept of Adab in Islam.
4. Corey, G. (2017). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy.
5. Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2015). Psikoterapi dan Konseling Islam.
6. Frankl, Viktor (1959). Man’s Search for Meaning.

