![]() |
Oleh: Asfar Tanjung
Menyebut kata guru, tentunya terbayang bagi kita sosok pribadi yang berada di depan kelas bersama murid-murid, bercengkrama, berdialog, melakukan pembimbingan dan pengajaran. Sosok yang sangat mulia, tanpa lelah dan tak kenal waktu. Sosok itulah yang sangat berjasa untuk anak bangsa, tapi tak mengenal tanda jasa.
Adanya ungkapan lirik lagu , “Kita bisa pandai membaca dan menulis karena siapa, kita jadi tahu beraneka ilmu dari siapa, kita jadi pintar dibimbing guru, kita jadi pandai karena guru, guru bak pelita penerang dalam gulita, jasamu tiada tara”. Itulah sepenggal lirik lagu tentang guru yang selalu dilagukan banyak orang untuk menghormati dan mengenang jasa guru yang tiada tara.
Untuk itu coba kita merenung sejenak, bagaimana kalau guru itu tidak ada, atau kita tidak mau berguru dan tak mau belajar. Tidak mungkin kita mendapatkan kehidupan yang layak seperti sekarang ini, yang diawali dari bisa pandai membaca dan menulis. Dengan membaca kita bisa mendapatkan ilmu dan informasi yang semuanya mengantarkan kita kepada sebuah kesuksesan yang diperoleh sekarang ini.
Adanya ungkapan, guru bak pelita, penerang dalam gelap gulita. Hal tersebut adalah sebuah pembenaran yang tidak bisa dipungkiri. Inilah warisan yang sangat berharga yang ditinggalkan untuk generasi berikutnya, agar tidak menemukan kegelapan dalam mengarungi bahtera kehidupan yang penuh lika-liku.
Guru sebagai pendidik merupakan pelita dalam kegelapan semua zaman. Coba bayangkan kehidupan tanpa guru. Guru sebagai pendidikan adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat yang tidak manusiawi. Keberadaan guru sangatlah diperlukan dan penting dalam kehidupan di bidang pendidikan. Bagaimana nasib seseorang bila tidak ada guru, tentu saja tidak ada proses kehidupan yang layak, terarah dan sempurna.
Oleh sebab itu, berbahagia kita semua yang perah menempuh jalur pendidikan, bisa mendapatkan kehidupan yang layak, bisa berkembang dalam berbagai sendi kehidupan yang beraneka ragam, bisa hidup, mencari kehidupan di darat, di laut, di udara, di gunung dan di lembah. Jadi semua kehidupan yang layak kita rasakan dan kita lalui saat ini, semuanya adalah berkat guru.
Menurut undang undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dijelaskan, guru termasuk dalam hal ini dosen adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan, mulai anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, sampai ke perguruan tinggi.
Sosok guru menjadi hal yang utama dalam menentukan kualitas kehidupan anak manusia. Untuk itu diperlukan sosok guru betul-betul profesional, bisa memahami tugas, fungsi dan tanggungjawab. Secara umum dapat dimaknai, bahwa guru dan seorang dosen adalah pendidik dan pengajar, atau disebut dengan agen perubahan, dan setiap mereka mengajarkan suatu hal yang tidak diketahui. Beruntunglah kita bisa diajarkan oleh guru. Guru itu bisa juga dikatakan tempat orang bertanya tentang sesuatu yang mereka tidak tahu. Itulah pengertian dan pemahaman tentang guru secara umum.
Tuntutan untuk sosok pribadi mereka yang profesi sebagai guru, sekarang sangat besar. Guru masa lalu berbeda dengan sosok guru sekarang. Tuntutan yang harus dimiliki oleh seorang pribadi guru adalah profesional dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya, sesuai dengan tuntutan zaman dan keadaan masa sekarang.
Istilah guru tahu semalam dari murid, tidak masanya lagi untuk zaman milenial sekarang ini, apa lagi di zaman era Industri 4.0, dan kini sudah sampai pada era generasi Z menuju Indonesia Emas 2045. Semuanya sudah serba komputerisasi. Seorang guru mau tidak mau harus mengikuti perkembangan yang terjadi di era milenial, kalau tidak, bisa saja guru akan tertinggal karena peserta didik yang dihadapi sudah lebih dahulu memahami IT dalam kehidupannya. Untuk itu seorang sosok guru harus berbenah diri, mengajar sambil belajar, belajar sambil mengajar.
Seorang yang berprofesi sebagai guru harus profesional. Untuk profesional itu ada skema yang harus dipenuhi oleh seorang yang berprofesi sebagai guru. Pertama, guru itu beriman dan bertaqwa, kedua harus menguasai Ilmu agama, ketiga harus menguasai kompetensi pedagogik, keempat harus menguasai kompetensi profesional, memiliki kompetensi kepribadian, kelima memiliki kompetensi sosial, dan keenam harus mampu memberi motivasi.
Tentu timbul pertanyaan, kenapa semua itu harus dimiliki guru, karena sosok guru itu adalah sosok yang harus dicontoh dan disuri teladani, digugu dan ditiru oleh siswa, baik dalam perkataan, perbuatan, tingkah laku dan tindak tanduk dalam keseharian. Makanya kalau kita sudah menyatakan diri menjadi guru, harus minimal memiliki dan menguasai skema profesi guru di atas.
Secara umum, keprofesionalan seorang guru adalah memahami kompetensi. Menurut undang-undang guru dan dosen sesuai UU No.19 tahun 2005, kompetensi guru ada 4, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional. Keberadaan seorang guru di ukur dari kompetensi yang dimilikinya. Guru yang memahami kompetensi bisa disebut guru profesional.
Saat ini timbul pertanyaan apakah guru kita sudah profesional?, Untuk menentukan jawabannya tidak mudah. Menjawabnya perlu indikator yang jelas, salah satu indikator, guru itu harus menguasai kompetensi guru, kemudian selanjutnya jawaban profesional tidaknya, berada pada guru itu sendiri. Bisa tercermin dari pelaksanaan aplikasi kinerja guru itu sendiri, dan keterampilannya dalam melaksanakan tugas profesi sebagai guru.
Saat ini tantangan yang dihadapi sosok pribadi adalah, profesional. Tugas sebagai guru tidak hanya formalitas belaka. Saatnya, pada peringatan Hari Guru Nasional tahun 2025 ini, kembali rekan-rekan yang berprofesi sebagai guru, berbenah diri menghadapi tuntutan keprofesionalan dalam bertugas, perkembangan tekhnologi informasi dan komunikasi (TIK) sudah semakin kompleks.
Dunia sudah dalam genggaman melalui alat komunikasi, jarak dan waktu tidak lagi diperhitungkan, hanya hitungan detik, informasi yang sifatnya positif dan negatif bisa diperoleh. Sosok guru harus memiliki dan menerapkan kompetensi. Disamping itu, juga memiliki dasar agama dan keimanan yang mantap juga sangat diperlukan. Kompetensi sesuai undang-undang tersebut, karena perkembangan IT yang juga memiliki dampak negatif, perlu filter penangkal dan sosok guru harus memiliki kepribadian yang mantap yang bisa mengarahkan dan membimbing peserta didiknya untuk bisa memanfaatkan IT, sesuai peruntukkannya.
Kita merasakan semuanya, yakni saat pengalaman di masa corona beberapa tahun yang lalu, membuktikan ternyata tuntutan untuk seorang guru dalam melaksanakan tugas, menyampaikan ilmu, tidak hanya di bangku sekolah, belajar daring memakai alat teknologi sudah kita buktikan dan sama-sama dirasakan. Bagi guru yang tidak cepat menyesuaikan diri memakai dan menggunakan alat tekhnologi, akan tertinggal. Masa pandemi saat corona, adalah masa reformasi dalam pendidikan. IT berperan dalam menyukseskan program pembelajaran.
Makanya untuk keberhasilan tugas seorang guru, sukses dalam menjalankan tugas profesinya, dituntut untuk terus mengajar sambil belajar, dan belajar sambil mengajar. Sukses yang diraih itu adalah keberhasilan yang dicapai sesuai dengan apa yang direncanakan.
Dalam tugas keseharian menjalankan profesi guru, seorang guru tidak hanya sekedar mengajar dan mentransfer ilmu atau mewariskan informasi kepada peserta didik, tapi juga mendidik, merubah perilaku, tindak tanduk menjadi lebih baik dalam artian menjadikan karakter anak didik menjadi perilaku dan karakter terpuji.
Penulis dan kita semua, mengucapkan selamat buat rekan, sahabat yang berprofesi sebagai guru. Semoga pada peringatan Hari Guru Nasional (HGN) bertepatan 25 Nopember 2025, guru semakin berjaya, selalu menjadi guru yang dirindu dan diidolakan anak didiknya, untuk dicontoh dan menjadi suri tauladan di tengah masyarakat di Nusantara ini. Selamat buat para guru tanpa tanda jasa. Jasamu tak terhingga, selalu dikenang sepanjang masa. Untuk guru-guru kita yang sudah tiada, mari doakan semoga beliau itu dilapangkan kuburnya, diampuni dosa-dosanya, ilmu yang diajarkan kepada kita, menjadi amal ibadah tidak putus-putusnya. Selamat Hari Guru.
*Penulis adalah Praktisi dan Pemerhati Pendidikan, Penulis dan Wartawan

