Type Here to Get Search Results !

Hening, Diam, dan Sunyi

Oleh Anto Narasoma

*PENYAIR Jalaluddin Rummi menyatakan, dalam ruang paling luas di dalam jiwa manusia, ada titik keheningan yang mampu menyejukkan hati dan pikiran kita*.

----

Sebab, hening mempunyai konotasi diam, atau sunyi yang tidak menghadirkan suara. Tentu saja, suasana hening yang tidak memiliki desahan suara akan mampu menelisik kondisi jiwa kita sendiri.

Suasana ini dapat kita telaah ketika kita membaca dan mendalami puisi penyair Joko Pranoto bertajuk *Dini Hari tak Selalu Hening*....

_*ada saja imaji yang mengganggu. ratapanku padaMu. selalu saja bising duniawi. menyelinap dalam istigfar. dini hari ini. seperti juga dinihari lalu. hatiku beku. namun tetap saja kupunguti bulir-bulir dingin. hatiku mendua. namun tetap saja aku berdiri. begitu angkuh. di antara fana dan abadi. ya Rabb. dalam ratapan dan linangan air mata ini. jangan hadirkan lagi biadab. yang telah kutanam begitu dalam*_..

Puisi ini sangat erat dengan nilai-nilai kejiwaan sang penyair yang berusaha keras untuk membersihkan sanubarinya dari berbagai penyakit hati yang begitu busuk.

Seperti dengki, benci, iri, sombong, angkuh, merasa hebat sendiri, serta meremehkan eksistensi orang lain. Kesadaran moral seperti ini memang mahal untuk ditanam ke dalam diri sendiri. 

Sebab, dari seratus persen manusia, hanya berapa persen saja yang mampu menetapkan sistem kehidupan yang bersih dari berbagai kebusukan penyakit hati, serta menerapka nilai-nilai kerendahan hati yang indah.

Memang, nilai kesadaran moral yang dibutuhkan untuk menghadirkan kebijakan moral dan akhlak yang baik, sangat dibutuhkan untuk memahami suasana hening sehingga bisa menghadirkan sunyi bagi pendalaman arti *hening* sesungguhnya.

Ketika memasuki ruang hening penyair Joko Pranoto, saya dapat merasakan nilai-nilai kedekatan jiwanya dengan Rabb --yang selalu ia sembah dalam salat lima waktu.

Coba kita perhatikan pada baris pertama puisi ini, _*ada saja imaji yang mengganggu ratapanku padaMu*_. Jika dicermati, ada perasaan kesal atas gangguan ketentraman (hening) yang dirasakan Joko Pranoto. Maka dalam dzikir yang ia lafalkan setiap habis salat, ia berusaha melawan dengan membekukan segala rasa,..._*dini hari ini, seperti juga dini hari lalu, hatiku beku. namun tetap saja kupunguti bulir-bulir dingin*.._..

Bagi penyair, keheningan itu tetap ia kelola dengan hati bersih, sehingga kebusukan penyakit yang kerap merongrong eksistensi kehidupannya dapat ia pertahankan.

Penyair berusaha keras untuk membangun kekuatan batinnya dengan cara memusatkan pikiran secara jernih, sehingga ia mampu meraih gagasan-gagasan positif untuk menghadirkan puncak penghayatan diri.

Coba kita amati larik-larik berikutnya, ..._*hatiku mendua, namun tetap saja aku berdiri, begitu angkuh*_... Dari perjalanan penyair untuk memelihara kebersihan hatinya (rendah hati) dalam menghadapi segala bentuk keangkuhan dunia, memang sangat berat untuk dihindarinya (_*hatiku mendua. namun tetap saja aku berdiri begitu angkuh*_..).

Namun penyair Joko Pranoto tak henti-hentinya berjuang untuk menghadirkan kebersihan hati, meskipun rintangan-rintangan dunia selalu hadir untuk menawarkan berbagai corak yang kesannya sangat membahagiakan.

Menurut sastrawan Arab Abdul Atiyah Ismail Ibnu Qasim, konteks perasaan yang menampung kesan keduniaan terparah adalah menelan mentah-mentah tawaran kesenenangan dunia tersebut. Padahal hal-hal yang bersifat keduniaan adalah tawaran yang menipu serta menyesatkan.

Tampaknya penyair berjuang keras untuk menepis tawaran-tawaran dunia, sebab sebagai seorang muslim, Joko Pranoto merupakan penyair yang sudah meraih gelar haji di Tanah Suci. 

Karena itu hingga saat ini wajar bagi Joko untuk selalu berjuang untuk membersihkan dirinya dari hal-hal dunia yang dipercaya sangat menyesatkan.

Dalam kaitan antara hati sanubari dan perasaan dunia luar dari dirinya, Joko Pranoto tetap komitmen untuk berjuang menepiskan hal-hal yang merugikan jiwanya.

Dalam hubungan ini, pendekatan kejiwaan dan falsafah yang berkaitan dengan intrinsik-ekstrinsik, begitu kuat membelit.

Karena itu, pada lapis ingin membersihkan hati nuraninya dengan lapisan godaan dunia memang begitu berat. Dikotomi semacam ini membuat perasaan penyair untuk berkutat lebih keras berjuang membebaskan diri dari godaan-godaan dunia yang penuh kebohongan dan sangat menyesatkan.

Menangkap ide dan gagasan dalam kondisi perjuangan psikologis semacam itu tentu dilakukan penyair melalui pendekatan hakikat dan metode sastra.

Dari konteks perjuangan spiritual Joko Pranoto untuk menepiskan kesenangan-kesenangan duniawi tersebut, menurut penyair Ralph Waldo Emerson, hakikat yang dilakukannya merupakan corak emosi dan rasa.

Sebab perasaan-perasaan penuh daya itu bentuk hakikat perjuangan dalam menetapkan "kesucian hatinya" untuk menjaga marwah "kehajian" yang disandangnya secara spiritual.

Memang, untuk menjelaskan rumusan puisi, hakikatnya harus diketahui dan diselidiki unsur-unsur kaidah yang membangunnya.

Format semacam itu merupakan bentuk teori dikotomi yang memandang karya sastra (puisi) dari sudut pandangan bentuk dan isi.

Dari tindak lanjut untuk menjernihkan hatinya, penyair Joko Pranoto tetap berkukuh untuk melepaskan diri dari belenggu kesenangan duniawi.

Dari metode sastra yang ia tulis, dapat kita pahami --sejauh apa kekuatan moral keagamaan penyair tanamkan ke dalam hidupnya.

_*ya Rabb, dalam ratapan dan linangan air mata ini, jangan hadirkan lagi biadab*(godaan dunia, maksudnya), *yang telah kutanam begitu dalam..*_

Terkait dengan upaya psikologis yang dilakukan penyair Joko Pranoto, dorongan imajinasinya begitu kuat untuk memagari kepentingan religiusitas (intrinsik) dengan tawaran-tawaran kebutuhan dunia yang menyesatkan (ekstrinsik).

Dari upaya penyair untuk menegakkan kekuatan imajinasi spiritualnya tampak begitu kokoh. Dari dua kalimat terakhirnya, dengan tegas penyair menutup pintu hatinya agar godaan-godaan dunia tak akan mampu memasuki ruang hakikat kepercayaan agamis yang telah ia bersihkan selama berhaji. (*)

* Penulis adalah sastrawan dan jurnalis profesional.

Palembang

11 November 2025

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.