Type Here to Get Search Results !

Bangku Besi Perampas Kehidupan

Oleh: Ririe Aiko

(Puisi esai ini diangkat dari kisah nyata Muhammad Hisyam, siswa kelas 7 SMPN 19 Tangerang Selatan yang menjadi korban perundungan sejak Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Puncak kekerasan terjadi pada 20 Oktober 2025, ketika kepalanya dipukul menggunakan bangku besi oleh teman sekelasnya. Ia sempat mengalami tubuh lemas, kehilangan penglihatan, dan akhirnya meninggal dunia pada 16 November 2025 di RS Fatmawati, Jakarta.) (1)


---000---


Di sebuah ruang kelas yang mestinya menjadi rumah bagi ilmu,

suara kapur tulis tiba-tiba kalah

oleh dentum sebuah bangku besi.


Di tengah deret meja yang sunyi,

masa depan seorang anak berusia tiga belas tahun

retak dalam sekejap,

dihantam tangan-tangan sebaya

yang kehilangan nurani sebagai manusia


Hisyam, anak remaja yang menulis mimpi

indah di bangku sekolah (2)

Kini namanya tertulis dibantu nisan

Sejarah mencatatnya bukan sebagai pahlawan

Tapi sebagai korban perundungan yang kejam


Lorong-lorong sekolah menjadi saksi

luka penindasan yang berkerak dalam diam,

menggores hati yang masih rangu

untuk menanggung cemooh

yang menghujam hari-harinya.


---000---


Oktober 2025,

Bulan ketika para pemuda-pemudi Indonesia mengucap sumpah bersatu

Nyatanya ada generasi muda bangsa yang berakhir dalam duka pilu

Hari yang seharusnya penuh semangat

berbuah menjadi palung gelap.


Sebuah bangku besi,

yang harusnya menopang tubuh belajar,

diangkat menjadi senjata

Oleh tangan sebaya

Yang tega merampas satu nyawa


Pukulan itu bukan hanya dering besi di kepala,

melainkan rekahnya sebuah sistem

yang terlalu jinak pada dosa usia belia.


Meski tubuh mereka kecil,

dan umur mereka masih remaja

Nyatanya kejahatan tak pandang usia tangan-tangan itu memegang senjata

Tega...

mengakhiri hidup manusia


---000---


Di mana anak-anak

yang dulu berebut layangan di lapangan?

Ke mana perginya tawa yang meloncat

lebih tinggi daripada benang yang putus oleh angin?

Mengapa mereka yang lugu

kini hilang dari dirinya sendiri?


Apakah sekolah hanya sibuk menghitung angka

hingga lupa mengenalkan rasa kemanusiaan?


Bagaimana empati bisa tumbuh

jika rasa tak pernah diajarkan,

jika hati dibiarkan kosong

sementara kepala dijejali rumus dan hafalan?


Ke mana peran keluarga?

yang mestinya jadi rumah pertama

tempat anak belajar memeluk dunia.


Ke mana peran pendidikan?

yang mestinya jadi ladang

tempat karakter tumbuh seperti padi

merunduk ketika matang.


Mengapa satu anak bisa berlaku begitu kejam,

seolah di dalam dirinya

ada ruang gelap yang tak pernah disapa,

ada luka yang tak pernah disembuhkan,

ada teladan yang tak pernah hadir?


Atau…

kita kah yang membuat mereka membatu?

Kita kah yang lebih memilih gawai

daripada percakapan?

Lebih sibuk mengejar ranking

daripada kepekaan?

Lebih suka memberi hukuman

daripada mendengarkan?


Barangkali, kekejaman itu

adalah bayangan panjang

dari dunia orang dewasa

yang menetes ke jiwa mereka.


---000---


Seorang anak tumbuh

di bawah bayangan buruk

bisa menjadi pelaku,

atau menjadi korban.


Bullying seakan menjadi trend (3)

Pelaku tak jera dan masalah terus menggurita,

hukum hanya sebatas poster di mading,

sementara nyawa anak manusia terus melayang


Viral

kata yang lebih ditakuti sekolah

daripada luka di tubuh muridnya.

Selama kasus tak sampai ke media,

mereka menganggap semuanya baik-baik saja.

Selama laporan bisa disapu

maka tragedi hanya akan dianggap “kekhilafan remaja.”


Hisyam terkubur dalam diam

Tubuhnya sudah terbungkus kafan,

tapi pekik deritanya memantul

di tiap bangku kosong,

tiap papan tulis yang menunggu huruf baru,

tiap langkah murid yang melintas

tanpa tahu mereka berjalan

di atas sejarah yang berdarah.


Jika hari ini seorang anak mati

karena tangan pembully

maka besok siapa lagi?

CATATAN:

(1)https://news.detik.com/berita/d-8213993/7-fakta-siswa-smpn-di-tangsel-di-bully-hingga-meninggal-usai-dirawat

(2)https://www.beritasatu.com/banten/2942206/kisah-pilu-hisyam-takut-sekolah-dan-sembunyikan-bullying-dari-ibu

(3)https://bphn.go.id/berita-utama/kasus-perundungan-meningkat-tajam-bphn-dorong-sinergi-lintas-sektor-jadi-kunci-pencegahan

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.