Type Here to Get Search Results !

Adab yang Mati di Gedung Ilmu

Oleh: Ririe Aiko

(Puisi esai ini diangkat dari kisah tragis Timothy Anugerah Saputra, mahasiswa Universitas Udayana yang diduga mengakhiri hidupnya akibat perundungan. Ironisnya, ejekan terhadapnya masih berlanjut bahkan setelah ia tiada. Kasus ini menyisakan tanya besar: mengapa manusia yang berpendidikan tinggi bisa menjadi pelaku perundungan? Di tengah dunia akademik yang seharusnya menjadi ruang tumbuh, masih ada yang mati karena olok-olok yang dibungkus kepintaran.) (1)

---000---

Pagi itu kampus belum sepenuhnya terjaga.

Di halaman FISIP, suara langkah mahasiswa bersahutan

dengan desir angin yang menyentuh genting tua.

Seseorang tergeletak di bawah bayang gedung tinggi,

mengakhiri perang yang tak pernah dimenangkan.

Namanya Timothy Anugerah.

Senyumnya kini hanya tinggal cerita

di antara pesan-pesan WhatsApp

yang entah kenapa masih bisa 

menertawakan berita kematian.


Di grup itu, tawa muncul seperti tak berdosa.

Ada yang bercanda, ada yang mengolok.

Seolah nyawa hanyalah bahan lelucon.

Seolah empati sudah lama dihapus dari kamus ilmu pengetahuan.

---000---

Ia adalah anak yang dikenal tenang,

pandai bergaul, sopan pada dosen,

namun di balik itu, hatinya disayat perlahan

oleh kalimat-kalimat yang menusuk lebih tajam dari pisau.


"Badan Gorbon.” (2)

“Mental lemah.”

kata-kata itu beterbangan seperti peluru

yang ditembakkan dari jari orang berpendidikan.


Adab, entah di mana kau disembunyikan?

Bukankah mereka belajar tentang manusia,

tentang empati, 

tentang bagaimana menolong sesama?

Tapi mengapa tangan yang harusnya menyembuhkan,

justru mendorong jiwa yang rapuh menuju tepi jurang?

---000---

Gedung kampus berdiri megah

menjanjikan masa depan yang gemilang,

namun di dalamnya,

ada lorong-lorong yang menelan air mata,

ada ruang kelas yang sunyi setelah tawa padam,

ada mahasiswa yang berpura-pura kuat

agar tidak dianggap lemah oleh lingkungannya sendiri.


Pendidikan seharusnya menumbuhkan nurani,

bukan mematikan rasa.

Ilmu seharusnya melahirkan kepekaan,

bukan keangkuhan atas nilai dan gelar.

---000---

Kini Timothy telah pergi.

Namanya menjadi headline berita,

menjadi hashtag, menjadi kesedihan yang viral.

Ketika orang-orang sibuk menulis simpati,

sekumpulan manusia dengan tega menusuk belati

pada batin yang harusnya diobati 


Apakah dunia akademik tak mengajarkan mereka empati?

Mereka yang menertawakan setiap kegugupan Timothy,

yang menjadikan keheningannya sebagai bahan olok-olok,

yang merasa gagah menindih jiwa lain dengan canda kejam

tanpa sadar bahwa setiap tawa mereka

adalah paku yang menancap di dinding jiwanya.


bahkan setelah Timothy tak bernyawa, (3)

mereka masih tertawa di grup percakapan,

menulis sindiran bernada ejekan,

seolah kematian pun hanyalah bahan gurauan.


Apakah nurani mereka

ikut terkubur bersama jenazahnya?

Ataukah empati mereka

telah lama mati di bangku kuliah,

bersanding dengan gelar dan nilai tinggi

yang tak pernah mengajarkan rasa iba?


Bisakah tangan yang kelak akan menyentuh pasien, masih mampu mengenal detak kemanusiaan,

jika hari ini saja

mereka menertawakan tubuh yang tak lagi bernyawa?

---000---

Di ruang duka, ibunya terdiam.

Tangannya gemetar meremas kain kafan,

seolah ingin memeluk anaknya sekali lagi,

menanyakan kenapa dunia sekejam itu pada anak sebaik dia.


Sementara di luar sana,

sebagian teman kembali ke rutinitas,

menyimpan rasa bersalah di dasar hati,

atau mungkin tidak sama sekali.


Timothy,

engkau bukan hanya sebuah berita.

Engkau cermin dari nurani yang retak.

Engkau tanda tanya besar bagi pendidikan kita:

apa gunanya kecerdasan,

jika hati manusia tak ikut belajar menjadi manusia?

---000---

*CATATAN*

(1)https://www.inews.id/news/nasional/viral-kisah-tragis-timothy-anugerah-mahasiswa-unud-diduga-bunuh-diri-akibat-bullying

(2)https://www.instagram.com/p/DP7yf98EpQi/?img_index=11&igsh=Zno0enVtZ2pieW0y

(3)https://www.idntimes.com/news/indonesia/kisah-tragis-mahasiswa-udayana-timothy-di-bully-hingga-akhiri-hidup-

_Turut berduka cita sedalam-dalamnya atas kepergian Timothy Anugerah Saputra._

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.