![]() |
| Prof Duski Samad Tuanku Mudo, pakar Syekh Burhanuddin ikut melayat, bersama Ketua Majlis Tuanku Nasional Dr. Zalkhairi, Wakil Rektor UNU Sumbar Firdaus, M. Si. |
Tahun itu insiden yang cukup menggemparkan. Adek kami Baidar yang masih di atas buayan tetiba hilang dan ditemukan di kuburan. Pandam pekuburan Puncak Guguak namanya, sebuah lokasi kecil dalam Korong Lapau Ngarai, Nagari Ambung Kapur Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman.
"Ma adiak ang, Man," begitu Amak menanyakan saat Baidar tak ada di atas buayan.
Amak dan Abak meninggalkan kami berdua dalam rumah yang sedang dibangun. Amak mengangkut kapur dan alat bangunan dari Ampang Tarok ke rumah. 1978 awak masih jalan tiga tahun. Tapi insiden itu masih ingat dan terendap dalam memori sampai sekarang.
Amak panik. Abak pun demikian. Awak memang meninggalkan Baidar ini dalam buayan yang dinilai sudah tidur pulas sehabis diayun-ayunkan buayan itu. Lalu awak pergi beranjak ke rumah sebelah, main dengan paja ketek yang sama ketek tentunya dengan awak.
Heboh, sampai sekampung orang heboh dan ikut mencari adik yang hilang ini. Dicari kian kemari. Lama mencarinya. Akhirnya, bersua di kuburan. Sedang tidur nyenyak beralaskan kain di kuburan Puncak Guguak, di belakang rumah kami.
Tangis Amak pecah. Baidar dipeluknya erat. Siapa yang membawa anak sekecil itu ke kuburan? Dia belum bisa jalan. Sebuah "keajaiban". Orang kampung yang ikut mencari tentu ikut senang, anak yang hilang beberapa jam bersua kembali.
Sabtu 23 Agustus 2025, dalam usia 47 tahun anak yang pernah hilang di waktu bayi ini, hilang untuk selamanya. Dia wafat setelah berjuang keras melawan penyakit yang dideritanya. Minggu 24 Agustus 2025, hampir sekampung pula orang mengantarkannya ke kuburan Puncak Guguak.
Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tokoh masyarakat Ambung Kapur, para niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai, pemuka masyarakat. Ketek ndak basabuik namo gadang ndak baimbauan gala.
Keluarga besar bako kami di Koto Runciang, Nagari Lurah Ampalu yang tidak disebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan keikutsertaannya dalam duka ini.
Kami juga menyampaikan pesan terima kasih kepada keluarga besar PWI Padang Pariaman. Ketua PWI Ikhlas Bakri, Agamudin, Azwar Anas.
Sekretaris DPD Partai Nasdem yang sekaligus anggota DPRD Padang Pariaman, Joe Aplinanda, terima kasih doa dan kehadirannya untuk melayat.
Guru Besar UIN Imam Bonjol Padang, Prof. Duski Samad Tuanku Mudo. Kep MTsN 2 Pariaman, Dr. Zalkhairi, Wakil Rektor UNU Sumbar, Firdaus, M. Si. Meski Prof Duski Samad tahun 1970 sudah pernah ke Ambung Kapur menemani Syekh Salif Tuanku Sutan, Syaikhul Ma'ad MTI Batang Kabung, tapi kemarin itu sempat juga mutar-mutar mencari titik maps lokasi Puncak Guguak ini.
Sebuah kegembiraan bagi kami, di tengah kesibukan Prof Duski Samad dan rombongan, ikut menyelenggarakan jenazah. Tentunya, tausiyah Prof sebelum ke kuburan dan setelah shalat jenazah, menjadi hikmah tersendiri bagi keluarga dan kita yang hadir saat itu.
Ketua Syarikat Islam Sumbar Kombes Purnawirawan Mukhlis Mansyur dan rombongan, Edy Liandri, Tomi Candra, Metek Suryadi, Mus Armil. Terima kasih atas doanya.
ad tuanku mudo

