Type Here to Get Search Results !

Negarakertagama Bagi Bangsa dan Negara Indonesia Oleh: Jacob Ereste

Negarakertagama itu tertulis dalam karya sastra sejarah pada jaman kerajaan Majapahit yang disusun oleh Empu Prapanca pada tahun 1365 Masehi dalam bentuk puisi Jawa kuno yang disebut Kakawin. Intinya menggambarkan masa kejayaan Raja Hayam Wuruk serta wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit yang sangat luas.

Kecuali itu, di dalam Negarakertagama juga mengurai perjalanan spiritual dan politik Raja Hayam Wuruk, sehingga kandungan nilainya mendedah ajaran moral, tata pemerintahan dan kehidupan religius raja maupun kebijakan kerajaan yang patut menjadi teladan dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia hari ini, yang gamang menatap masa depan untuk memasuki era Indonesia emas setelah satu abad kemerdekaan.

Negarakertagama memang bukan sekedar dokumen sejarah, tapi juga sebagai kesaksian adanya harus sastra yang sarat memuat nilai-nilai spiritual dan politik yang tidak terpisahkan. Sehingga nuansa politik cukup memiliki warna spiritual yang berpihak pada etika, moral dan akhlak mulia manusia. Begitulah integritas kearifan lokal yang sesungguhnya banyak terdapat pada semua suku bangsa Nusantara untuk bisa dijadikan landasan pijak nasionalisme kebangsaan dari segenap suku bangsa Nusantara yang telah sepakat bersatu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, setidaknya sejak tahun 1945.

Negarakertagama menggambarkan kejayaan politik, wilayah kekuasaan, hingga kehidupan religius dan spiritual suku bangsa Nusantara yang dapat dijadikan acuan bagi bangsa dan negara Indonesia dalam membangun peradaban baru dalam satu wadah republik yang sepatutnya dapat lebih jauh melampaui masa kejayaan kerajaan Majapahit maupun Kerajaan Sriwijaya yang pernah berjaya dan berkibar-kibar pada masa lampau. Dan sebagai Kakawin historiografis yang sarat nilal budaya dan spiritual dan politik -- tata negara -- dapat diadopsi tanpa perlu merasa malu atau rendah diri untuk disebut sebagai bangsa yang surut kembali ke masa lampau. Sebab hakikat dari makna agar tidak melupakan sejarah itu adalah kerendahan hati untuk belajar dari masa silam yang lebih baik dari Mada kini untuk semua hal, sehingga tidak perlu minder wardeg untuk disebut oleh siapapun sebagai yang dianggap ditinggal oleh jaman.

Sebagai kakawin historiografis Negarakertagama jelas dapat memberi pijakan filosofis dan etis dalam memaknai kekuasaan, karena kepemimpinan yang sejati itu harus dan mutlak berpihak pada etika, moral dan akhlak mulia manusia yang harus dan wajib merepresentasikan khalifatullah -- wakil Tuhan -- di bumi. Sehingga kepemimpinan yang sejati ajan selalu berpihak pada nilai moral dan mencerminkan akhlak mulia untuk tatanan yang harmoni bersama alam dalam suasana kesucian batin, tidak sekedar mengedepankan kepentingan serta dominasi politik kekuasaan.

Inilah relevansi dari Negarakertagama dengan hasrat bangsa Indonesia untuk memasuki era Indonesia Emas pada tahun 2045 yang tinggal satu generasi lagi untuk dicapai, atau harus gagal seperti hajat yang telah diikrarkan saat kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamirkan. Sikap minder wardeg perlu dikoreksi agar sikap inferior terhadap budaya sendiri -- yang acap dianggap kolot, ketinggalan jaman, seolah tak memiliki nilai, justru dapat menjadi keunggulan nilai yang tak mungkin ditandingi bangsa-bang dari benua manapun.

Masjid Luar Batang, 13 Juni 2025

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.