Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Satu Ego Menghilangkan Satu Kehidupan Penulis: Ririe Aiko

 Puisi Esai 


(Untuk Abdillah Ramdan, Asisten Masinis yang Gugur di Jalur Jenggala)


Di langit Gresik yang mulai menautkan senja,

sebuah kereta perlahan menyusuri jalur pulang,

menggendong seratus tiga puluh nyawa,

membawa rindu yang berat di dada.


Di kursi masinis, Abdillah Ramdan duduk tegak,

menghitung waktu menuju rumahnya,

membayangkan pintu yang terbuka,

pelukan yang menunggu di ambang.


Satu detik.

Satu tarikan napas.

Satu doa kecil yang berhembus di sela-sela suara roda besi.

Satu harapan sederhana: 

"Aku ingin pulang ke rumah."


Namun jauh di sudut perlintasan kereta,

sebuah truk bermuatan kayu bergeming melawan sirine,

tak sabar menunggu satu detik yang seharusnya menjadi penyelamat sebuah nyawa. (1)

Satu detik diabaikan, satu kehidupan direnggut.


Benturan itu terjadi dalam sekejap,

mengoyak udara, membungkam semua doa,

menyisakan debu, jeritan, dan serpihan kayu berserakan.

Di tengah kekacauan itu, 

napas Abdillah terhenti,

Ia menjadi satu nyawa yang hilang di tengah jalan pulang.


Ia tak sempat mengetuk pintu,

tak sempat mencium tangan orang tua,

tak sempat mengirim pesan terakhir 

Untuk orang-orang terkasih. 

Segala yang ia janjikan pada dunia,

terputus dalam satu detik kebodohan.

Keegoisan manusia untuk sampai duluan. 


Satu detik.

Yang tampak sepele,

adalah seluruh dunia bagi seorang anak,

bagi seorang istri, 

bagi keluarga yang menunggu dia pulang. (2)


Kini hanya kursi kosong yang menatap jendela kereta,

menyaksikan senja yang berubah muram,

menghitung waktu yang tak lagi bergerak.

Hanya tangisan diam yang bergema di rumah yang kehilangan.


Di jalanan yang keras kepala,

di antara klakson yang memburu,

kita lupa:

bahwa pulang selamat lebih penting daripada tiba tergesa.

Bahwa setiap sirine yang meraung adalah isyarat untuk berhenti,

bukan tantangan untuk dilewati.


Satu detik sabar,

bisa menyelamatkan satu kehidupan.

Satu detik sadar,

bisa mengembalikan seorang ayah,

seorang anak, seorang sahabat,

ke pelukan dunia yang mencintainya.


Tapi hari itu, semua terlalu cepat.

Tak ada cukup waktu untuk berdoa,

tak ada cukup ruang untuk bertahan.

Hanya ada pengemudi arogan yang merasa waktu lebih berharga daripada nyawa, (3)


Di tanah yang mengering oleh air mata,

kami belajar:

bahwa satu detik mampu mengubah sejarah,

mengubur rindu,

menghapus masa depan yang disusun perlahan-lahan.


Dia yang berjanji pada dunia 

untuk mengantarkan semua pulang,

tapi tak pernah sampai di rumahnya sendiri.



---ooo---


CATATAN:

(1)https://www.detik.com/jatim/berita/d-7860476/kai-tempuh-jalur-hukum-usai-insiden-di-gresik-tewaskan-asisten-masinis

(2) Setiap perjalanan pulang, bagi banyak orang, lebih dari sekadar jarak: itu adalah janji tentang keutuhan keluarga.

(3) Kultur tergesa-gesa di jalan sering membuat manusia mengutamakan waktu di atas keselamatan, lupa bahwa satu kelalaian kecil bisa menumbangkan sebuah kehidupan.

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies