Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Bahasa Tuhan? oleh ReO Fiksiwan

"Keheningan adalah bahasa Tuhan. Yang lainnya adalah terjemahan yang buruk." -- Rumi(1207-1273).

Francis Sellers Collins(74), seorang dokter-ahli genetika Amerika, yang terkenal karena penemuannya tentang gen penyakit, dan memimpin Proyek Genom Manusia (HGP) sembari menjabat direktur Institut Kesehatan Nasional AS(2009-2021). Juga, penasehat Presiden Joe Biden hingga Oktober 2022 silam.

Setelah mengalami pertobatan, ia menuliskan kesaksiannya dalam evolusi teistik dan menuangkannya dalam The Language of God: A Scientist Presents Evidence for Belief(2006).

Berawal dari argumen Collins tentang keberadaan Tuhan — yang diambil dari sains dan filsafat — terutama dikutip dari banyak pemikir terkenal dan paling menonjol seperti C. S. Lewis, Augustinus dari Hippo, Stephen Hawking, Charles Darwin, Theodosius Dobzhansky, dan lain-lain. Setahun kemudian, The Language of God terpilih sebagai Penghargaan Buku dari Christianity Today. 

Bagian dari The Language of God berfokus pada argumen dari moralitas. Hukum moral(moral laws) sangat penting bagi Collins: 

"Setelah dua puluh delapan tahun menjadi orang percaya, hukum moral menonjol bagi saya sebagai penunjuk jalan Tuhan yang terkuat"(hlm. 218). 

Hukum moral jadi dasar argumen untuk petunjuk keberadaan Tuhan. Mengutip C. S. Lewis untuk menggambarkan hal itu, Collins menyeru: "Kecaman terhadap penindasan, pembunuhan, pengkhianatan, kepalsuan dan perintah untuk berbuat baik kepada yang tua, yang muda, dan yang lemah, sedekah, ketidakberpihakan, dan kejujuran." 

Menurut Collins, semua budaya dan agama di dunia mendukung Hukum Moral yang universal, absolut, dan abadi serta telah didokumentasikan dalam Encyclopedia of Religion and Ethics(1901) dari James Hastings(1852-1922) sebagai kaidah dan sifat unik yang memisahkan manusia dari hewan. 

Hukum moral mencakup altruisme, yang lebih dari sekadar timbal balik; „Anda menggaruk punggung saya, dan saya akan menggaruk punggung Anda.“ Argumen keduanya: "Altruisme tanpa pamrih menghadirkan tantangan besar bagi evolusionis"

Collins meyakini, sains dan iman dapat saling kompatibel. Dalam sebuah wawancara di podcast Point of Inquiry, ia mengatakan kepada D. J. Grothe bahwa "metode ilmiah dan pandangan dunia ilmiah tidak boleh dibiarkan terdistorsi oleh perspektif agama.“

Akan tetapi, ia menolak bahwa "menjadi orang yang beriman atau tidak beriman memengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sains."

Katanya, "iman yang digambarkan Dawkins dalam The God Delusion bukanlah iman yang saya kenali.“ Seperti dirinya, "kebanyakan orang mencari kemungkinan harmoni antara pandangan dunia ini, iman dan sains.“

Selain itu, istilah baru untuk evolusi teistik meliputi Biologos. Bios serapan kata Yunani untuk "hidup." Sedang Logos untuk "firman" dengan makna yang lebih luas dari adopsi filsafat Heracleitean dan Stoisisme sebagai prinsip rasional yang mengatur alam semesta. 

Konsep ini diadopsi dari teologi Kristen, yang mengatakab "Firman"(Logos) adalah prinsip pengaturan sekaligus agen kreatif untuk semua yang ada. 

Lebih jauh, dalam beberapa pemikiran Kristen, Logos yang kekal dan ilahi bergabung dan disintesis dengan sifat manusia untuk menjelma dalam Inkarnasi Yesus Kristus.

Konsep BioLogos Collins mengungkapkan kepercayaan bahwa Tuhan adalah sumber dari semua kehidupan dan bahwa kehidupan mengungkapkan kehendak Tuhan. 

BioLogos mewakili pandangan bahwa sains dan iman hidup berdampingan secara harmonis dan tidak bertentangan. Apalagi, saling meniadakan melalui evolusi teistik-kreatif.

Namun, ini tidak menjadi definisi teologis „bahasa Tuhan“ yang paling banyak digunakan dari nama tersebut. Sebaliknya, BioLogos malah menjadi nama organisasi sains dan agama yang didirikan Collins pada bulan November 2007.

Organisasi BioLogos sekarang lebih memilih istilah "penciptaan evolusioner" untuk menggambarkan posisinya mengenai evolusi dan kitab Kejadian(Genesis) sebagai „firman yang hidup“(Biologos).

Bukan tanpa kritik, Bahasa Tuhan Collins mendapat kritik dari neurosaintis dan fisikawan.

Sam Harris(57), neurosainstis dan penulis populer The End of Faith(2004) dan The Moral Landscape(2010) menggambarkan membaca buku „Bahasa Tuhan“ Collins sebagai kesaksian "bunuh diri intelektual".

Harris melihat "pengalaman air terjun" Collins —tiga aliran beku yang mengingatkannya pada Trinitas — tidak lebih valid daripada menjadi pengingat baginya(Harris) tentang tiga pendiri Roma yang mistis; Romulus, Remus, Titus Tatius.

Ia berpendapat bahwa perlakuan Collins terhadap evolusi altruisme seharusnya mempertimbangkan seleksi kerabat dan eksaptasi.

Dengan menentang teodisi Collins, Harris, pada 2020 menulis Making Sense: Conversations on Consciousness, Morality, and the Future of Humanity, berpendapat bahwa kaum rasionalis harus bertanya apakah bukti menunjukkan keberadaan Tuhan yang mahakuasa, mahatahu, dan mahabaik, daripada apakah bukti tersebut sesuai dengannya.

Berbeda dengan kritik Harris, fisikawan Stephen M. Barr(71) menulis untuk jurnal First Things atau buku, Modern Physics and Ancient Faith(2006), mengungkap, buku Collins dimaksudkan sebagai "kisah tentang bagaimana dan mengapa ia percaya kepada Tuhan.“

Ada banyak kisah pertobatan dan banyak otobiografi ilmiah. Tapi, sedikit buku yang menceritakan bagaimana ilmuwan terkemuka sampai pada iman.

Barr menyimpulkan bahwa sementara "begitu banyak orang di kedua belah pihak mencoba untuk memicu konflik antara sains dan agama, Collins adalah suara akal sehat yang sangat dibutuhkan.“

Bukunya, Bahasa Tuhan, „mungkin lebih bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman yang lebih baik antara dunia iman dan sains timbang buku-buku lain yang pernah ditulis sejauh ini?“

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies