Pengurus dan anggota PWI foto selfie dengan Armaidi Tanjung usai mengikuti pemakaman ayahnya Armaidi di Kaluaik Sungai Rotan. (ist) |
Ketika membuka facebook siang menjelang Zuhur, Ahad 8 Desember 2024, pertama mencogok status Bagindo Armaidi yang mengabarkan ayahnya Abu Zahar (79) tahun) menghadap sang Khalik. "Innalillahi wa innailaihi rajiun," spontan saja status itu saya komentari dengan kalimat tersebut.
Saya kontak Ketua PWI Pariaman Ikhlas Bakri, dan minta menelpon Armaidi, agar kita dari PWI menjenguknya kemana. Ayahnya Armaidi meninggal pukul 11.45 di kediamannya di Siteba, Padang.
Akhirnya dapat kabar, kalau jenazah diselenggarakan di Padang, tapi dimakamkan di Kaluaik Sungai Rotan, Kota Pariaman, kampung kelahiran almarhum.
Rupanya seluruh rangkaian fardu kifayah almarhum, sangat cepat dilakukan oleh keluarganya. Dari pukul 11.45 hingga pukul 15.45 wib, empat fardu kifayah bagi orang yang masih hidup, selesai.
Empat fardu kifayah itu; memandikan, mengafani, menyalatkan, dan menguburkan, sempurna dilakukan sesuai syari'at. Saya terkesima, menyaksikan itu.
Almarhum meninggalkan seorang istri, 11 orang anak, 25 orang cucu. Laporan itu utuh dan lengkap disampaikan Dr. H. Muhammad Nur Tuanku Bagindo saat melepas almarhum ke peristirahatan terakhirnya.
Kami tiba di Kaluaik itu, pas saat mantan Kepala Kemenag Kota Bukittinggi ini sedang ceramah pelepasan almarhum. Dia didampingi Armaidi Tanjung, anak sulung almarhum, teman dan sahabat kami di dunia wartawan dan kepenulisan.
Di kampung, hanya satu lagi fardu kifayahnya, yakni menguburkan. Itu pun tak jauh dari rumah. Hanya beberapa langkah, sudah tersedia kuburan yang sudah digali oleh keluarga dan masyarakat sejak siang tentunya.
Rupanya pengerjaan fardu kifayah almarhum, secepat Armaidi Tanjung menulis buku. Baru akhir tahun 2023 Armaidi menulis buku sebagai kado untuk ulang tahun putri sulungnya, Sabtu 7 Desember 2024, buku kado ulang tahun anak bujangnya terbit dan dibedah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Imam Bonjol Padang.
Hingga sekarang, sudah lebih 45 judul buku ditulis Armaidi. Sebuah capaian dan lumayan kencang jari jemarinya menari di atas laptop. Dari berbagai judul dan tema. Maklum, Armaidi adalah wartawan.
Wartawan itu tahu sedikit dalam banyak hal, sedangkan profesor tahu banyak dalam sedikit hal.
Penyelenggaraan almarhum harus cepat. Tak perlu menunggu ini dan itu. Baru meninggal, Armaidi dan keluarga langsung berpikir dan bertindak untuk segera memandikan.
Semoga almarhum husnul khatimah, dan keluarga diberikan ketabahan dan kesabaran dalam menerima cobaan ini, Alfatihah...
Muhammad Nur pun memimpin dan mengimami pembacaan umul Quran tiga kali surang untuk almarhum, dan selanjutnya, sebelum almarhum diangkut ke kuburan, masyarakat dan pelayat yang hadir diminta hadir takziah di rumah itu sehabis shalat Isya.