Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Atasi Pencemaran Danau Maninjau dengan Penuangan ECO Enzim Skala Besar

Dokumentasi terkait 

AGAM, Sigi24.com--Pencemaran air di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh aktifitas manusia yang meninggalkan limbah pemukiman, limbah pertanian, dan limbah industri termasuk pertambangan. Limbah pemukiman mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan oleh daerah pemukiman atau rumah tangga.

Berdasarkan data peta Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat terletak di ketinggian kurang lebih 461 meter di atas permukaan laut (mdpl). Danau ini membentang sekitar 100 km persegi dengan kedalaman rata-rata 105 meter.

Sebagaimana diketahui, Danau Maninjau sudah ditetapkan sebagai danau prioritas nasional. Hal ini berdasarkan Perpres Nomor 60 Tahun 2021 dan termasuk dalam 15 danau prioritas nasional untuk diselamatkan melalui kegiatan revitalisasi secara terencana.

Dari hasil penelitian Indra Noferi; Agung Pramono Priyo Wibowo, supervisor ([Publisher not identified] 2003) menunjukkan bahwa pengelolaan Danau Maninjau selama ini belum memperhatikan aspek keberlanjutan dari sumber daya alam. Pencemaran ini menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi masyarakat pemanfaatannya dan penurunan aktivitas perekonomian serta memperberat kehidupan masyarakat.

Berdasarkan data dari Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam 1 Oktober 2022 mencatat, total Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau Maninjau mencapai 23.359 unit dengan pemilik 1.678 orang.

Dampak Pencemaran Air

Sebagaimana diketahui pada umumnya di negara kita Indonesia tercinta ini, pencemaran air sebagian besar diakibatkan oleh aktifitas manusia yang meninggalkan limbah pemukiman, limbah pertanian, dan limbah industri termasuk pertambangan. Limbah pemukiman mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan oleh daerah pemukiman atau rumah tangga.

Pada Danau Maninjau tambah pencemaran dari sisa pakan ikan itu sendiri. Jika terlalu banyak zat pencemaran pada air limbah akan menurunkan kadar oksigen yang terlarut dalam air. Akibatnya kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen menjadi terganggu dan mengurangi perkembangannya.

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan yang dilakukan telah dikemukakan dalam rapat koordinasi Tata Kelola Danau Maninjau sebagai destinasi pariwisata secara virtual bersama Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan pada Mei 2021 lalu. Di rapat ini disebutkan estimasi kebutuhan biaya pengerukan danau Maninjau mencapai Rp237 miliar.

Berangkat dari keresahan yang sama Direktur IPDN Sumatra Barat Dr. Tun Huseno bersama seluruh jajaran di IPDN menggandeng dan kerjasama dengan Relawan Dunia Eco Enzim ( RDEE ) Sumatera Barat siap membantu untuk ikut dalam upaya menetralisir danau maninjau dari berbagai pencemaran yang terjadi dengan metode penuangan ECO ENZIM dengan biaya tidak terlalu banyak.

Untuk menjawab keresahan bersama ini Direktur IPDN Dr. Tun Huseno bersama seluruh jajaran di IPDN bersepakat untuk menggandeng Relawan Dunia Eco Enzim (RDEE) Sumatera Barat untuk memberikan pembekalan dan praktek pembuatan eco enzim kepada seluruh prajanya, yaitu dengan menggunakan sampah bermacam kulit buah yang di permentasi selama 3 bulan/100 hari mampu mendatangkan berbagai manfaat baik terhadap manusia dan termasuk lingkungan.

Sebanyak 429 praja sudah di bekali bagaimana membuat eco enzim dari kulit buah yang akan menjadi sampah tersebut dan Tim RDEE Sumbar telah melatih dan menjelaskan serta para praja tersebut langsung praktek cara pembuatannya selama 3 kali pertemuan bertempat di kampus IPDN Baso, Kabupaten Agam yang dipandu oleh tim RDEE Sumbar yang dipimpin langsung ketua oleh Durain, Ana Susanti Yusman (Sekretaris) Winbaktianur, (wakil ketua), Liesma Maywarni Siregar, (bendahara) dan Ali Nurdin (humas/publikasi).

Adapun pembekalan semua praja IPDN ini dengan pengetahuan eco enzim dan mampu membuat sendiri serta diharapkan di lapangan nanti bisa mengembangkan di tengah-tengah masyarakat nanti dan akan di mulai oleh semua praja ini nanti bulan Juni 2024 ini pada 4 kecamatan di Kabupaten Agam saat mereka Praktek Lapangan (PL). 

Disamping itu mereka juga di bekali dengan menggunakan kompor yang terbuat dari limbah dan bahan bakarnya juga menggunakan limbah dan sampah plastik.

Adapun untuk menetralisir pencemaran danau Maninjau, Direktur IPDN Sumatera Barat Dr. Tun Huseno yang akrab disapa Pak Tun ini akan mengajak pemerintah provinsi dan Kabupaten Agam untuk bersama dapat menuangkan eco enzim ke dalam danau Maninjau dalam jumlah cukup, untuk pembuatan eco enzim dengan jumlah yang banyak tentu perlu melibatkan banyak orang, tentu perlu melibatkan unsur pemerintahan Agam sampai kepada pemerintahan nagari yang ada di Agam, agar bisa bersama-sama dapat membuat dan menghasilkan eco enzim dalam jumlah puluhan ton yang dibutuhkan seperti yang pernah di lakukan pada danau Toba, Pak Tun menambahkan.

Keseriusan dari pak Tun semakin terlihat dan telah melaksanakan zoom meeting dengan Pendiri Relawan ECo Enzim Indonesia yang sekarang menjadi Relawan Dunia Eco Enzim Indonesia HM. Surya Yusuf, yang juga menjabat sebagai Senior Exsecutif UNEP (United Nations Enviroment Programme) Asia Fasific Rabu (8/5/2024) lalu bersama jajaran IPDN lainnya dan tim RDEE Sumbar.

HM. Surya Yusuf yang akrab disapa Bang Batara ini pada rapat online tersebut meyakinkan kepada semua peserta rapat online malam itu, bahwa untuk mengatasi pencemaran danau Maninjau tersebut tidak jalan lain yang lebih baik kecuali dengan penuangan eco enzim dalam skala besar, seperti yang sudah dilakukan pada Danau Toba, yang pada awalnya di ketawakan masyarakat, tapi setelah melihat hasilnya sekarang masyarakat malah sudah mau membuat eco enzim untuk pembersihan danau Toba tersebut, jelas Bang Batara.

Pendiri RDEE yang menetap di Kota Medan ini menyatakan, siap untuk turun membantu dan menjelaskan kepada pihak Pemerintah Sumbar dan Kabupaten Agam, khususnya betapa dahsyatnya manfaat eco enzim untuk pemulihan lingkungan dan pencemaran, termasuk untuk pemulihan danau Maninjau dari pencemaran yang telah banyak merugikan masyarakat budi daya ikan keramba di sana, karena ikannya gagal panen/ mati semua, tegas Bang Batara waktu zoom meeting tersebut.

Sebetulnya, Direktur IPDN Tun Huseno setelah mendengar banyak hal yang di paparkan oleh Bang Batara pada waktu rapat tersebut, Pak Tun bersama staf yang hadir langsung buat jadwal rencana pertemuan dengan Pemda Agam, dan sudah menjadwalkan kehadiran Bang Batara pendiri RDEE ini di datangkan ke Padang, untuk pertemuan dan sosialisasi kepada pemerintah Agam pada bulan Juni depan, namun karena ada musibah galodo ini, sampai sekarang belum bisa dipastikan jadwalnya oleh pihak IPDN. (nd/red)

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies