Diskusi dengan Ali Mukhni di Pariaman. (ist) |
Padang Pariaman, Sigi24.com--Kala itu saya dalam perjalanan pulang ke rumah, tiba-tiba masuk telpon dari Masrudi Suryanto.
Ajudan Bupati Ali Mukhni ini mengabarkan, bapak ingin bicara, nku. Begitu Masrudi Suryanto menyebut ke saya saat bicara lewat sambungan telpon itu.
Dengan sigap sepertinya Masrudi langsung memberikan handphone dia ke Ali Mukhni. "Dima, nku. Sobok awak di Kayu Tanam, kami acara lomba PKK di situ kini," kata dia.
"Insya Allah, Pak," jawab saya. Rupanya Ali Mukhni bersama Rudi lebih duluan tibanya di acara itu. Tapi, lomba PKK sedang tidak serimonial pembukaan.
Acaranya sudah berlangsung sejak dua hari sebelumnya. Kehadiran Ali Mukhni di situ tentu ingin melihat tampilan kontingen dibawah pimpinan Hj. Rena Ali Mukhni yang saat itu Ketua TP PKK Padang Pariaman.
Lombanya se Sumbar. Hadir seluruh produk PKK kabupaten dan kota di 19 daerah di Sumbar.
Bersua dan bertemu dengan Ali Mukhni, tak banyak bicara. Hanya bertanya kemana saja sudah lama tak bersua.
Momen lomba PKK itu berbarengan pula dengan momen pilkada 2015. Padang Pariaman termasuk yang ikut di dalam Pilkada tersebut.
Wacana Pilkada masih tahap awal, sehingga belum ada berbunyi saat itu, Ali Mukhni akan berpasangan dengan Suhatri Bur.
Malah saat itu anggota DPRD Sumbar Darmon terkesan ingin merapat. Saat itu para tokoh sibuk mencari partai pengusung.
Tak lama di Kayu Tanam, Ali Mukhni mengajak saya naik mobil dia. "Ikut ke Jakarta, nku," kata dia saat di atas mobil dinasnya yang berjalan arah ke Padang dari Kayu Tanam.
Saya tak bisa mengelak. Sehabis mengajak ke Jakarta itu, Ali Mukhni langsung menelpon almarhum Budi Utama, minta diambilkan tiket ke Jakarta atas nama saya satu.
Berangkat senja, tiba di Jakarta sudah malam. Bertiga rupanya. Ali Mukhni, Budi Utama dan saya. Tujuan ke DPP PKB, hendak bertemu Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar.
Saya tak membawa persiapan pakaian. Hanya sehelai yang dipakai. Ada membawa tas, tapi isinya laptop. Laptop kecil itu sering saya bawa kemana pun saya berjalan.
Dari Bandara Soekarno Hatta kami langsung ke salah satu hotel di dekat DPP PKB. Di sana Febby Datuak Bangso menunggu. Rupanya Ali Mukhni sudah janjian dengan Ketua DPW PKB Sumbar itu, untuk bersua Muhaimin tentunya.
Di hotel itu kami makam malam, diskusi bersama. Lalu beralih ke DPP PKB. Jalan kaki saja. Lokasinya dekat sekali.
Lama kami menunggu, tapi sang Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar rupanya ada agenda lain, dan tak bisa ke PKB malam itu.
Akhirnya, kami menemui Bendahara Umum DPP PKB Bambang Susanto. Lama bicara dan diskusi, sampai foto bersama, Ali Mukhni dan kami minta izin meninggalkan PKB.
Malam sudah mulai larut. Ali Mukhni memilih sendiri. Dia ingin nginap di dekat bandara, saya disuruhnya tinggal bersama Febby Datuak Bangso, dan Budi Utama memilih nginap di tempat lain.
Saya masih bingung. Karena sudah disuruh tinggal, ya saya sampai dua malam di ibukota negara itu. Ali Mukhni pulang paginya sendiri.
Tak ditemani Budi Utama, yang kala itu sedang Kadis Perhubungan Padang Pariaman. Di sini, semakin tahu saya, kalau Ali Mukhni bertindak tepat, bergerak cepat.
Dia lebih memilih pulang ke daerah, karena ada agenda penting yang mesti dia hadiri besok siangnya di Padang Pariaman.
Padahal, bersua dengan Muhaimin Iskandar belum sempat. Bergerak cepat, adalah salah satu tindakan keberhasilan Ali Mukhni membangun di Padang Pariaman.
Dia tak pernah ragu dalam mengambil keputusan. Meskipun keputusan itu kurang populer, yang penting langkahnya tepat dan cepat.
Buktinya, dalam Pilkada berjalan tahun itu juga, Ali Mukhni berhasil memenangi persaingan. Keputusan ke Jakarta pun mendadak hari itu juga, dan dia pun bergerak cepat.
Meskipun pertemuan gagal, itu urusan lain. Termasuk takdir dari Yang Maha Kuasa tentunya yang dia ketahui. Namun, komunikasi via telpon antara Ali Mukhni dan Muhaimin Iskandar tentu ada, dan terus berlanjut.
Muhaimin Iskandar tahu kalau Ali Mukhni sudah menunggu dia di DPP PKB, tapi agenda yang tak bisa ditinggalkannya, membuat malam itu tak jadi bersua.
Belakangan, Ali Mukhni sengaja menemui Anies Baswedan. Itu dalam gerak cepat dan tepat pula. Saat Ali Mukhni memutuskan pindah partai dan Caleg dari Perindo ke NasDem.
Saya memang tidak diajak oleh Ali Mukhni ketemu Anies Baswedan di rumahnya itu. Tetapi saya tahu dan diberitahu oleh Idham Fadhil, Sekretaris PWI Padang Pariaman yang sangat dekat dengan Ali Mukhni.
Fadhil mengasih tahu sekalian memberikan rilis berita, dan berita itu harus disebarkan.
Saya ulas beritanya. Sehingga tampilan berita merubah ulasan Fadhil, tapi substansinya sama. Tak jadi bersua dengan Muhaimin Iskandar tahun 2015, tapi Muhaimin Iskandar digandeng oleh Anies Baswedan dalam Pilpres mendatang.
Apakah ini hikmah salah satunya? Tentu tidak ada hubungannya. Tapi yang jelas, Ali Mukhni, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar menurut saya tipe pemimpin bergerak cepat, bertindak tepat.
"Perjodohan" Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar sangat cepat sekali. Secepat PKB keluar dari Prabowo Subianto.
Begitu pula Anies Baswedan lewat Ketua Umum DPP NasDem Surya Paloh sangat bertindak tepat dan bergerak cepat, memutuskan untuk menggandeng Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar untuk Cawapresnya.
Memang, dunia digitalisasi menuntut pemimpin harus bergerak cepat bertindak tepat. Pemimpin sekarang menghadapi milenial progresif, sangat menuntut ketegasan dan kelihaian pemimpinnya.
Ali Mukhni mulai melangkah jadi Bupati Padang Pariaman, dihadapkan oleh situasi daerah yang porak-poranda. Perekonomian rusak, masyarakat masih trauma oleh gempa besar 2009.
Tapi, seni kepemimpinan bergerak cepat dan bertindak tepat, tangan dingin Ali Mukhni membuat Padang Pariaman bangkit. Satu persatu sarana umum yang rusak, dibangun kembali.
Dan akhirnya, jalan terjal Ali Mukhni untuk periode kedua jadi Bupati Padang Pariaman pun mulus tanpa hambatan yang berarti.
Pembangun nasional dan provinsi banyak ditemukan di Padang Pariaman. Kecepatan Ali Mukhni mengambil tindakan dengan pergerakan yang cepat, membuat masyarakat menyebut Ali Mukhni sebagai "Bapak Pembangunan Padang Pariaman". (ad/red)