Afrianto sedang memberikan materi, terkait pelatihan manajemen pondok pesantren di BDK Padang. (ist) |
Padang, Sigi24.com---Pendekatan persuasif, agaknya menjadi penting diterapkan oleh pimpinan dan pengelola pondok pesantren, dalam membangun dunia pendidikan pesantren.
Dan hebatnya, tidak sekedar teori tentang itu yang dilakukan Media Eka Putra, narasumber yang memberikan motivasi kepada peserta pelatihan manajemen pondok pesantren se Sumbar dan Jambi.
Pelatihan itu diadakan Balai Diklat Keagamaan (BDK) Padang selama sepekan, sejak Senin hingga Sabtu (13-18/3/2023).
Di hari kedua pelatihan, Media Eka Putra lebih banyak bicara dan diskusi soal kepemimpinan, dan publik relation di pondok pesantren.
Banyak senyum dan sering bersahabat, Media Eka Putra lebih banyak menggali potensi yang ada di peserta.
Ya, disertai dengan contoh seorang yang sedang atau mantau pemimpin, sebagai pembangkit animo peserta tentunya.
Peserta yang ditanyai diminta menjawab apa ada dalam pikiran. Misal, ketika dia melontarkan nama Megawati Soekarnoputri, apa terlintas dalam benak peserta yang dimintai keterangan.
Sopasti tidak ada yang sama jawaban dari masing-masing peserta yang ditanyai itu. Sesuai apa yang ada dalam mindset peserta itu sendiri.
Boleh jadi seorang Soesilo Bambang Yudhoyono, selama jadi Presiden terkesan dia seorang lider dan sekaligus manager.
Tapi yang jelas, seorang pemimpin termasuk pimpinan pondok pesantren harus rule of model, pemimpin yang diterima semua kalangan.
Ketika dia datang disambut antusias, dan ketika dia pergi ditangisi. Nah, demikian itu juga disebut sebagai pemimpin yang kharismatik.
Pondok Pesantren terkenal unggul dalam akhlakul kharimah. Tata krama, sopan santun, menjadi sebuah model tersendiri, yang tidak dipunyai oleh lembaga pendidikan lain.
Pesantren adalah sistem pendidikan yang dipunyai oleh negara ini. Kalau ada pesantren atau sistem pesantren di luar sana, dipastikan itu hasil adopsi dari Indonesia.
Belajar dari beberapa kasus yang terjadi di berbagai lembaga negara saat ini, baik kasus pembunuhan maupun kasus lain yang berhubungan dengan aspek moral, setidaknya orang lain mulai melihat arti penting hasil didikan pesantren.
Agaknya, calon tentara dan polisi harus orang yang tamat pesantren, atau setidaknya harus mondok dulu baru diangkat jadi alat negara.
Kenapa demikian, karena banyaknya moral dan mental akhir-akhir ini yang rusak, dan ikut merusak dinamika yang sedang berjalan di negara ini. (ad)