Foto bersama usai penutupan pelatihan. (ist) |
Padang, Sigi24.com--Hanya satu kata, perubahan. Ini kesimpulan dari pelatihan manajemen pondok pesantren se Sumbar dan Jambi, 13-18 Maret 2023.
Pelatihan diadakan Balai Diklat Keagamaan (BDK) Padang. Meskipun pondok pesantren sudah punya undang-undang tersendiri, bukan berarti pemerintah mengutak-atik lembaga pendidikan tertua di Indonesia itu.
Pesantren silakan tumbuh dan berkembang, sesuai kreasi pimpinan dan pengurus pesantren itu sendiri. Undang-undang hadir sebagai acuan, agar jangan ide dan kreatif pimpinan pondok keluar dari jalur yang pas.
Pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan. Tetapi juga lembaga pengkaderan, lembaga sosial, dan lulusan pesantren punya potensi ke segala arah.
Nah, kajian yang dalam, ilmu yang luas di pondok tentu menjadi pondasi dasar dalam melangkah ke depan bagi santri dan alumninya.
Potensi pesantren bisa berkembang, sangat ada dan sangat memungkinkan. Tinggal ide dan kreatif, serta mendudukkan visi misi pesantren bersangkutan. Perkembangan tak cukup hanya dibicarakan, tetapi dilaksanakan sesuai nilai-nilai yang ada di lokal tempat pesantren itu berada.
Pesantren adalah model pendidikan Indonesia. Hanya saja belakangan ini, pesantren itu hadir, sesuai tempat pengasuhnya belajar dulu. Hadir model Arab, Timur Tengah, adalah buah dari pengasuh yang belajar lama di luar negeri dulunya.
Dari pemateri Kepala BDK Padang H. Afrianto, Widyaiswara, Media Eka Putra, Dr. Saidan Lubis, dan Pimpinan Diniyyah Puteri Fauziah Fauzan El Muhammady, intinya adalah kemauan dan kesungguhan, serta visi misi yang jelas dari seorang pimpinan bersama guru dan pengurus pesantren.
Baik soal kurikulum, manajemen, dan kebersihan, adalah langkah untuk kemandirian dan kemajuan pesantren itu sendiri.
Pesantren butuh unit usaha, maka kehadiran orang yang berwirausaha sangat penting, sehingga pesantren bisa bekerjasama dalam membangun usaha.
Begitu juga pesantren butuh yang namanya orang pintar cari uang lewat otak, maka jalannya dirikan dan buat lembaga training seperti yang sudah ada di Diniyyah Puteri Padang Panjang.
Pesantren butuh orang yang ahli di keuangan, akuntan. Cari tenaga dari luar atau sekolahkan santrinya di manajemen.
Setiap keputusan pasti punya dampak positif dan negatif. Pro dan kontra jelas ada. Di sini dituntut keberanian sang pimpinan dan pengelola, dalam memajukan pesantrennya.
Kisah menarik soal ini di paparkan Fauziah Fauzan El Muhammady. Perempuan hebat ini punya kisah tersendiri dalam membangun perguruan Diniyyah Puteri.
Dari 2.000 lebih santri saat dia memulai mengurus perguruan itu, dipangkasnya separoh. Termasuk juga guru dan pengurus juga kena pangkas. Tetapi proses pemangkasan atau pengurangan itu melalui proses untuk kemajuan masa depan. Dari 2.000 santri itu, tinggal 1.000 sekian. Begitu juga guru, ada dan banyak yang dikurangi.
Imbasnya, ada. Tekanan dan intervensi dari yayasan jelas ada. Tetapi visi dan misi kita jelas, lulusan perguruan ini menjangkau dunia.
Kini, perguruan itu banyak punya unit usaha dari berbagai produk. Ada yang usaha mandiri dan ada pula unit usaha yang sifatnya kerjasama dengan perusahaan lain.
Pengembangan unit usaha ini penting. Apalagi sebagian pesantren masih diminati oleh masyarakat berekonomi lemah.
Jadi, target, tujuan, dan prosesnya mesti jelas, baru pesantren itu punya nilai tawar tersendiri. (ad)