Type Here to Get Search Results !

Salam Terakhir

oleh ReO Fiksiwan

„Mereka yang memiliki kekuatan dan cinta untuk duduk bersama pasien yang sekarat dalam keheningan yang tak terlukiskan kata-kata akan tahu bahwa momen ini bukanlah momen yang menakutkan atau menyakitkan, melainkan momen penghentian fungsi tubuh secara damai.“ — Elisabeth Kübler-Ross(1926-2004), On Death and Dying(1969).

Bak lagu Rollies, Salam Terakhir, Linda Salam telah berpulang. Putri dari Prof. Salam, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi, meninggalkan dunia ini dalam keheningan yang menyentuh banyak hati. 

Kematian, dalam segala misterinya, selalu datang sebagai tamu yang tak diundang, namun tak pernah salah alamat. Ia mengetuk pintu kehidupan dengan tenang, kadang tergesa, kadang perlahan, dan kali ini, ia datang membawa Linda kembali ke asalnya.

Dalam refleksi Kübler-Ross, psikiater asal Swiss-Amerika, kematian bukan sekadar akhir, melainkan proses batin yang dalam. 

Lima tahap yang ia rumuskan—penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan—bukan hanya milik mereka yang menghadapi ajal, tetapi juga milik kita yang ditinggalkan. 

Mungkin Linda telah melalui semuanya dalam diam, dalam doa, dalam tatapan yang tak lagi mencari jawaban. 

Dan kini, kita yang tinggal, bergulat dengan tahap-tahap itu, mencoba memahami kehilangan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Al Ghazali, dalam "Menjemput Maut", mengajak kita melihat kematian bukan sebagai kehampaan, melainkan sebagai kepulangan. Ia menulis bahwa maut adalah jembatan menuju kekasih sejati. 

Maka, dalam kepergian Linda, kita tidak hanya meratapi yang hilang, tetapi juga merenungi makna hidup yang fana. Kematian bukan musuh, melainkan guru yang paling jujur. 

Ia mengingatkan bahwa segala yang kita genggam akan lepas, dan bahwa cinta sejati adalah yang tak terikat oleh waktu dan tubuh.

Linda Salam, dalam hidupnya yang singkat namun bermakna, telah menjadi bagian dari cerita banyak orang. Ia adalah anak, sahabat, mungkin guru, mungkin murid, dan kini ia menjadi kenangan. 

Dalam doa-doa yang lirih, dalam air mata yang jatuh diam-diam, kita mengucapkan salam terakhir. Bukan sebagai perpisahan, tetapi sebagai pengantar menuju keabadian.

Semoga Linda diterima di sisi-Nya dengan kasih yang tak terhingga. Dan semoga kita yang tinggal, belajar dari kematiannya untuk hidup lebih dalam, lebih jujur, dan lebih siap menyambut saat kita sendiri dijemput.

#coverlagu: „Salam Terakhir" adalah salah satu lagu legendaris dari grup musik The Rollies yang dirilis pada tahun 1971 dalam album Let’s Start Again.

Lagu ini diciptakan oleh Iwan Krisnawan, drummer sekaligus vokalis The Rollies. Liriknya menggambarkan patah hati seorang pria yang harus mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang dicintainya. 

Lagu ini dikenal memiliki nuansa emosional yang kuat dan menyentuh, sehingga sangat membekas di hati para penggemarnya.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.