Type Here to Get Search Results !

Melihat Geliat Islam di Matotonan, Pedalaman Kepulauan Mentawai

Oleh: Nofri Andy. N

Direktur Minka Institute & Dosen UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi 

Di tengah minimnya sarana dan prasarana menuju Desa Matotonan, menelusuri sungai dengan pompong (kapal kayu) penulis kagum dengan semangat keislaman masyarakat setempat.

Bagi masyarakat setempat, semangat Islam harus tetap dijaga meskipun masih terbatas dalam berbagai hal, seperti minimnya da'i, guru, sekolah seperti Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah.

Ustad Hendri sebagai pembina MDA Matotonan mengungkapkan, anak-anak setingkat SD kami optimalkan dalam membaca Al-Qur'an dan tahsin. 

"Setelah itu, kami fasilitasi untuk mendaftar di pesantren-pesantren yang ada di Sumatera Barat. Kami butuh berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri, agar anak-anak tersebut dapat melaksanakan pendidikan Islam di kampungnya. Banyak juga sarjana-sarjana anak negeri ini yang perlu dikembangkan ilmunya untuk mengabdi kepada negeri," ulas dia.

Kepala dusun, Ridwan mengungkapkan, masyarakat muslim masih memegang adat istiadat yang kuat sehingga diperlukan strategi agar secara perlahan mereka paham dengan nilai-nilai Islam. Beliau menambahkan, semangat Islam sangat tinggi di sini. "Namun dikhawatirkan kalau anak muda sebagai generasi penerus tidak disiapkan, maka kita akan ketinggalan," katanya.

Penulis juga melihat perlunya perhatian Pemerintah dan Kementerian Agama, terkait perkembangan Islam di pedalaman seperti di Matotonan ini, karena apabila tidak dirawat dengan baik maka semangat mereka akan pudar. Pendidikan agama melalui pengiriman da'i untuk mengajar Al-Qur'an dan pendirian sekolah seperti Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah merupakan kebutuhan utama yang perlu terwujud.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.