![]() |
Oleh : Ririe Aiko
Beberapa waktu terakhir, saya sempat berada di salah satu titik terberat dalam hidup. Saya harus menerima kenyataan pahit untuk menutup usaha yang telah saya rintis dengan penuh kerja keras selama bertahun-tahun. Tak dapat dipungkiri, dampak inflasi begitu terasa, terutama bagi para pelaku usaha kecil. Daya beli masyarakat yang menurun tajam membuat banyak UKM terpaksa menutup usahanya.
Bagi saya, keputusan itu bukan hal mudah. Rasanya seperti mimpi buruk, menyaksikan usaha yang dulu dibangun dengan sepenuh hati perlahan harus berakhir menjadi sebuah kenangan. Satu per satu harapan yang dulu saya genggam erat seakan runtuh di depan mata, menyisakan perasaan kehilangan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Hari-hari yang terasa begitu berat, membuat napas terasa sesak dan langkah terasa kehilangan arah. Namun di tengah keterpurukan itu, saya teringat sesuatu, bahwa ini bukan kali pertama saya berhadapan dengan hal-hal besar yang menguji keteguhan hati.
Ada yang jauh lebih berat dari saat ini.
Dulu, saya pernah berhadapan dengan rasa sakit yang jauh lebih menakutkan. Di usia remaja, hidup membawa saya pada ruang operasi lebih dari sekali. Dokter pernah menyampaikan kalimat yang masih membekas dalam ingatan saya: “Kesempatan untuk sembuh sangat kecil.” Saat itu, dunia seolah berhenti. Masa depan tampak kabur, dan harapan terasa seperti benda yang terlalu jauh untuk digapai.
Tiga tahun penuh saya hidup berdampingan dengan rasa sakit, belajar menerima bahwa setiap hari bisa menjadi hari terakhir. Namun ternyata, Tuhan punya cara lain. Ketika semua orang mulai kehilangan harapan, justru di sanalah saya menemukan kekuatan untuk melawan. Saya belajar percaya bahwa mukjizat bukan hanya tentang kesembuhan yang datang tiba-tiba, tapi tentang keberanian untuk tetap berjuang meski peluangnya hanya nol persen.
Dan benar, saya selamat. Bukan sekali, tapi dua kali saya melewati garis tipis antara hidup dan mati. Dua kali pula saya mendengar vonis yang sama, dan dua kali saya membuktikan bahwa keyakinan bisa melampaui batas logika.
Maka ketika hari ini saya kembali dihadapkan pada kenyataan pahit, saya memilih untuk menengok kembali ke masa lalu. Dari sana, saya belajar bahwa seberat apa pun ujian yang datang, semuanya akan berlalu pada waktunya.
Saat kita menoleh ke belakang, bukankah kita pernah melewati hal-hal yang jauh lebih berat dari ini? Jika dulu kita bisa bertahan, maka kali ini pun kita pasti mampu melaluinya.
Kuncinya adalah percaya, selalu percaya, bahwa sebesar apa pun ujian yang Tuhan berikan, di dalamnya tersimpan kekuatan untuk membuat kita lebih tangguh. Tidak apa-apa merasa sedih, tidak apa-apa merasa lelah, asal setelahnya kita mau bangkit lagi. Karena hidup memang tidak selalu mudah, tapi setiap kali kita mampu berdiri kembali, di sanalah kekuatan kita tumbuh. Pada akhirnya, akan selalu ada hal-hal baik yang menunggu di balik setiap masa sulit bagi mereka yang tetap percaya dan tidak menyerah.
Jika saat ini kita sedang berada di posisi tersulit dalam hidup, sesekali menengoklah ke belakang. Ingatlah seberapa banyak jalan terjal yang sudah pernah kita lalui, dan betapa kuatnya diri kita saat berhasil melewatinya. Dengan cara itu, kita akan kembali menyadari bahwa ini bukan kali pertama kita diuji. Kita pernah bertahan sebelumnya, dan kali ini pun, kita pasti bisa melaluinya lagi, bahkan dengan hati yang lebih kuat.

