![]() |
Oleh: Duski Samad
Judul di atas adalah tema Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 80 yang hari ini diperingati oleh seluruh bangsa Indonesia.
Secara umum, tema berarti gagasan pokok, ide sentral, atau inti persoalan yang mendasari sebuah karya atau kegiatan. Tema menjadi benang merah yang menyatukan keseluruhan isi, memberi arah, dan memudahkan orang lain memahami maksud yang ingin disampaikan.
Dalam karya ilmiah, tema adalah topik utama penelitian atau pembahasan.
Dalam sastra, tema adalah makna mendasar atau ide besar di balik cerita, misalnya “cinta”, “perjuangan”, “ketidakadilan sosial”.
Dalam kegiatan atau acara, tema adalah rumusan singkat yang mencerminkan tujuan dan semangat acara.
Tema “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju” mencerminkan tekad kolektif bangsa. Namun, tema ini baru bermakna apabila diwujudkan dengan keberpihakan nyata kepada rakyat kecil: mereka yang miskin secara ekonomi, tertinggal dalam pendidikan, dan lemah dalam akses terhadap sumber daya.
Persatuan tanpa perhatian pada yang lemah hanya akan melahirkan solidaritas semu. Kedaulatan tanpa distribusi adil hanya akan memperkuat segelintir elit. Kesejahteraan yang tidak merangkul kaum miskin hanyalah slogan. Oleh karena itu, visi kebangsaan ini harus dibaca dengan perspektif pro-rakyat, sebagaimana amanat konstitusi: “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…”
Bersatu: Menyambung yang Retak, Merangkul yang Tertinggal
Persatuan nasional tidak boleh berhenti pada simbol-simbol, melainkan harus terwujud dalam solidaritas sosial. Persatuan sejati berarti:
Menyatukan kelas sosial: mereka yang kaya dan berpendidikan harus mengulurkan tangan untuk yang miskin dan tertinggal.
Menyatukan pusat dan pinggiran: pembangunan tidak boleh hanya terkonsentrasi di kota besar, tapi juga ke desa-desa.
Menyatukan generasi: kaum muda miskin harus diberi akses pada pendidikan dan teknologi agar tidak ketinggalan zaman.
Persatuan bangsa akan kuat bila yang lemah merasa dilindungi, bukan ditinggalkan.
Berdaulat: Kekuatan untuk Membela yang Tak Berdaya
Kedaulatan sejati bukan hanya berdiri tegak di hadapan bangsa lain, melainkan juga berani membela rakyat sendiri.
Politik berdaulat: tidak tunduk pada kepentingan oligarki yang merugikan rakyat kecil.
Ekonomi berdaulat: menguasai sumber daya alam bukan untuk korporasi besar semata, tetapi untuk petani kecil, nelayan, dan buruh yang menopang ekonomi bangsa.
Budaya berdaulat: menjaga tradisi luhur agar tidak terkikis kapitalisme budaya yang hanya menguntungkan segelintir orang.
Kedaulatan bangsa adalah ketika pemerintah berpihak kepada yang lemah, bukan membiarkan mereka kalah dalam kompetisi pasar bebas.
Rakyat Sejahtera: Mengangkat yang Miskin, Mendidik yang Bodoh, Menguatkan yang Lemah.
Sejahtera berarti tidak ada warga negara yang tertinggal. Maka keberpihakan pada miskin, bodoh, dan lemah adalah jantung kesejahteraan:
1. Mengangkat yang miskin – melalui distribusi ekonomi adil, zakat–wakaf produktif, dan kebijakan subsidi yang tepat sasaran.
2. Mendidik yang bodoh – bukan sekadar mewajibkan sekolah, tetapi menyediakan kualitas pendidikan merata hingga pelosok desa. Guru harus diperkuat, akses teknologi diperluas, agar anak-anak miskin punya kesempatan yang sama.
3. Menguatkan yang lemah – lewat jaminan sosial, layanan kesehatan gratis, dan perlindungan hukum bagi buruh, petani, nelayan, serta kelompok rentan.
Sejahtera artinya negara hadir secara nyata dalam hidup orang kecil, bukan hanya dalam pidato dan laporan resmi.
Indonesia Maju: Kemajuan yang Merangkul Semua
Kemajuan sejati bukan hanya soal gedung pencakar langit, tol, dan teknologi tinggi, tetapi juga ketika:
Anak petani dan nelayan bisa kuliah setara dengan anak pejabat.
Orang miskin tetap bisa mendapatkan layanan kesehatan terbaik.
Mereka yang lemah merasa dilindungi hukum dan dihormati martabatnya.
Indonesia maju bukan hanya kompetitif secara global, tetapi juga inklusif secara sosial. Kemajuan yang meninggalkan rakyat miskin adalah kemajuan semu; kemajuan yang merangkul semua adalah peradaban.
Kesimpulan
Tema “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju” hanya akan bermakna jika dihidupi dengan keberpihakan nyata pada yang miskin, bodoh, dan lemah.
Persatuan harus merangkul mereka yang tertinggal.
Kedaulatan harus membela mereka yang tak berdaya.
Kesejahteraan harus mengangkat martabat kaum miskin.
Kemajuan harus merangkul seluruh rakyat tanpa diskriminasi.
Keberpihakan ini sejalan dengan prinsip Islam yang menegaskan bahwa pemimpin adalah ra’in (penggembala) yang bertanggung jawab atas rakyatnya. Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad).
Maka, semboyan kebangsaan ini bukan hanya agenda politik, tetapi juga amanah moral dan spiritual untuk mewujudkan Indonesia yang adil, berdaulat, sejahtera, dan maju.ds. 17082025.

