Type Here to Get Search Results !

Maskumambang: Seni Perjalanan Hidup dalam Gerak dan Rupa di Obah Nggedruk Bumi ke-6 Oleh: Akaha Taufan Aminudin

SATUPENA JAWA TIMUR , Dalam gelaran OBAH NGGEDRUK BUMI ke-6 yang penuh energi seni dan budaya, penampilan Syamsu Soeid dengan karya Performance Art berjudul MASKUMAMBANG tampil sebagai keindahan reflektif. 

Karyanya mengajak kita menelusuri perjalanan manusia dari titik pertemuan paling awal—mani bapak dan sel telur ibu—hingga lahir menjadi bayi, dibalut dalam bahasa dan filosofi Jawa yang kaya makna. 

Selain menyajikan keindahan visual dan gerak, MASKUMAMBANG menjadi panggung untuk menggugah kesadaran akan mukjizat kehidupan yang sering terlewatkan oleh pandangan sehari-hari.

Ketika bicara tentang seni performance, yang kita saksikan bukan sekadar gerakan atau rupa. Sebuah performance art yang berhasil adalah yang mampu menyentuh hati dan pikiran—memicu dialog dalam jiwa penontonnya. 

Di OBAH NGGEDRUK BUMI ke-6, yang diselenggarakan oleh Malang Dance, penampilan Syamsu Soeid pada ketiga kalinya menghadirkan persembahan istimewa berjudul MASKUMAMBANG. 

Sebuah karya yang tak sekadar menghibur, melainkan juga mendalamkan pemaknaan kita tentang misteri awal mula kehidupan.

Sebuah Kehormatan dan Warisan Budaya

Syamsu Soeid, Kutua Humas SATUPENA Jawa Timur, bukan baru kali ini terlibat. Tiga kali berturut-turut tampil dalam event yang dinakhodai Winarto Ekram ini, menjadikan keterlibatannya sebagai “seniman sahabat” acara. 

Dengan latar belakang kental seni rupa dan tari, Syamsu selalu mampu memadukan keduanya dalam manifestasi performance art yang unik dan kuat.

Pertunjukan yang dihelat pada tanggal 4-6 Juli 2025, di Kampung Sumber Sekar, Kota Malang, ini menjanjikan rangkaian spirit yang kaya akan simbol dan filosofi. 

Judul MASKUMAMBANG sendiri mengandung makna dalam filosofi Jawa berkaitan dengan proses kehidupan manusia di alam rahim—sebuah jiwa kecil yang tengah bertumbuh menuju kehidupan.

Philosophical Journey: Dari Mani hingga Kelahiran

Apakah Anda pernah merenungkan sepenuhnya bagaimana kehidupan dimulai? 

Dalam budaya Jawa, ini bukan sekadar proses biologis, melainkan perjalanan spiritual dan kosmis yang sarat simbolisme. Syamsu mengangkat ini dalam kurun waktu tertentu, membagi proses di dalam rahim menjadi sembilan tahap bermakna:

Eko Kamandanu — sperma diarahkan seperti memanah, penuh arah dan tujuan.

Dwi Panunggal — pertemuan sakral antara sperma dan sel telur, awal dari keberadaan

Tri Loka Maya — masa ambigu antara ‘ada’ dan ‘tidak’, titik di mana kehidupan mulai bergelora.

Catur Hangga Jati — janin mulai terbentuk, ruh mulai hadir dari Yang Maha Kuasa.

Panca Rahsa Jati — janin mulai ‘merasakan’ sesuatu di luar dimensi fisik.

Sat Kaloka Jati — persepsi semakin meluas ke luar rahim.

Sapta Kawasa Jati — hadirnya pengalaman emosional seperti sedih dan bahagia.

Hasta Sabda Jati — gerakan janin semakin aktif, lambang kehidupan yang dinamis.

Nawa Purna Jati — kesempurnaan pembentukan dan kelahiran ke dunia.

Masing-masing tahap bukan hanya biologis; melainkan juga perjalanan batin yang secara filosofis mengingatkan kita pada esensi kehidupan dan ketidakpastian yang menyertainya.

Seni sebagai Cermin Kehidupan

Performance art MASKUMAMBANG ini tidak hanya ingin membuat penonton terpukau oleh gerak dan visual. Lebih dari itu, potongan kisah ini membuka ruang untuk refleksi—tentang keberlangsungan, harapan, kebingungan, dan keajaiban yang terselubung dalam setiap makhluk yang terlahir. 

Seperti lukisan hidup yang bergerak, karya ini merayakan kehidupan dan menunjukkan betapa setiap momen perjalanan janin adalah secuil keajaiban kosmis.

Kita semua adalah bagian dari perjalanan ini, terhubung tanpa terputus dengan proses yang tak terlihat namun nyata ini. Ditambah dengan sentuhan seni rupa dan tarian, pertunjukan ini seolah menulis ulang puisi kehidupan dalam bahasa yang universal.

Ajak Tetangga, Sahabat, dan Keluarga

Kalender seni Juli ini patut dicatat: 4 Juli 2025, pukul 19.00 WIB di Kampung Sumber Sekar, Malang. 

Di sini, kita bisa merayakan karya seni yang bukan hanya indah, tetapi juga pencerah dan pengingat makna terdalam hidup. 

Jangan lupa ajak tetangga dan keluarga, karena pengalaman ini layak untuk dibagi dan direnungkan bersama.

Mengapa Artikel Ini Patut Dibagikan?

MASKUMAMBANG adalah seni, filosofi, dan cerita kehidupan yang menyatu dalam tarian dan rupa—membuka mata kita pada keajaiban yang sering terlewatkan. 

Dalam era cepat dan dangkal, menyelami kisah ini dapat memberi kedalaman baru pada makna kita tentang “kehidupan,” sekaligus menggugah diskusi penting tentang budaya, seni, dan spiritualitas.

Mari berbagi kisah ini, bukan hanya sebagai apresiasi pada seni, tapi juga sebagai wujud cinta dan rasa syukur pada kehidupan itu sendiri.

Sumber Referensi

Malang Dance Official, Event OBAH NGGEDRUK BUMI ke-6, Juli 2025

Wicaksono, T., Filosofi dan Simbolisme dalam Kebudayaan Jawa, 2023

Suara Budaya, Performance Art: Antara Seni dan Kisah Hidup, Edisi April 2025

Selamat menyaksikan, dan semoga gerak-gerik kecil ini membuka cakrawala besar dalam hati Anda.

Kota Batu Wisata Sastra Budaya 

Senin 23 Juni 2025

Akaha Taufan Aminudin 

SATUPENA JAWA TIMUR

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.