Type Here to Get Search Results !

"Ulama Wafat: Langit Menangis, Umat Kehilangan Penuntun", Oleh: Duski Samad

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Innalhamdalillah, nahmaduhu wanasta'inuhu wanastaghfiruh, wa na'udzu billahi min syururi anfusina wa min sayyi'ati a'malina. Mayyahdihillahu fala mudillalah, wa mayyudlilhu fala hadiyalah. Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu la syarikalah, wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh. Allahumma shalli wa sallim wa barik 'ala sayyidina Muhammadin wa 'ala alihi wa shahbihi ajma'in. Amma ba'du.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, serta seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Pada kesempatan yang mulia ini, mari kita merenungi sebuah peristiwa yang begitu mendalam maknanya bagi umat Islam, yaitu wafatnya seorang ulama. Ketika seorang ulama berpulang ke rahmatullah, seakan-akan langit pun turut menangis, dan umat merasa kehilangan penuntun yang selama ini membimbing dalam kegelapan.

Kehilangan Ilmu dan Cahaya.

Wafatnya seorang ulama bukanlah sekadar meninggalnya seorang individu biasa. Ia adalah kehilangan besar bagi umat. Mengapa demikian? Karena ulama adalah pewaris para nabi, pembawa cahaya ilmu, dan penjaga syariat Allah di muka bumi. Nabi Muhammad SAW bersabda:

Dalil Naqli (Nash)> Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah SAW bersabda. "Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari dada manusia, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga apabila tidak tersisa seorang ulama pun, maka manusia akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Lalu mereka ditanya, kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini secara tegas menunjukkan bahwa wafatnya ulama adalah penanda dicabutnya ilmu dari muka bumi. Bukan ilmu dalam artian pengetahuan umum semata, melainkan ilmu agama yang hakiki, yang membimbing manusia menuju kebenaran dan ketakwaan. Ketika ulama wafat, yang hilang bukan hanya jasadnya, tetapi juga sumber mata air hikmah, kearifan, dan petunjuk.

Ulama sebagai Penuntun Umat

Para ulama adalah mercusuar di tengah samudra kehidupan yang penuh gelombang. Mereka adalah pewaris risalah kenabian, yang tugasnya menjelaskan hukum-hukum Allah, mengajarkan Al-Qur'an dan Sunnah, serta membimbing umat agar tidak tersesat dalam bid'ah dan kemaksiatan.

Fatwa-fatwa mereka, yang bersumber dari pemahaman mendalam terhadap dalil-dalil syar'i, menjadi rujukan bagi kita dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Tinjauan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam berbagai kesempatan, selalu menekankan pentingnya peran ulama sebagai rujukan utama dalam masalah keagamaan. Fatwa-fatwa yang dikeluarkan MUI, misalnya, merupakan hasil ijtihad kolektif para ulama yang mendalam ilmunya, dengan mempertimbangkan Al-Qur'an, Sunnah, Ijma', dan Qiyas. Ini menunjukkan betapa strategisnya posisi ulama dalam menjaga kemurnian agama dan membimbing umat.

Ketiadaan ulama yang kompeten akan membuka pintu bagi munculnya fatwa-fatwa serampangan yang menyesatkan.

Dampak Ilmiah dan Sosiologis

Secara ilmiah dan sosiologis, keberadaan ulama dalam suatu masyarakat sangat krusial. Mereka bukan hanya tokoh agama, tetapi juga perekat sosial yang menjaga moral dan etika.

Tinjauan Ilmiah (Aqli). Stabilitas Sosial: Ulama berperan penting dalam menjaga stabilitas sosial melalui dakwah, pendidikan, dan nasihat. Mereka mengajarkan nilai-nilai persatuan, kasih sayang, keadilan, dan menjauhi perpecahan. 

Ketika ulama berpulang, potensi instabilitas dan perpecahan bisa meningkat karena hilangnya figur penyejuk dan penengah.

Pendidikan Karakter dan Moral: Ulama adalah pendidik sejati yang tidak hanya mengajarkan tentang fikih atau tauhid, tetapi juga membentuk karakter dan moral umat.

Mereka adalah teladan akhlak mulia. Hilangnya ulama berarti hilangnya salah satu pilar utama pendidikan karakter berbasis agama.

Pengembangan Intelektual Islam: Sepanjang sejarah Islam, para ulama adalah motor penggerak peradaban dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Mereka yang meneliti, menulis, dan mengembang kan khazanah keilmuan Islam.

Wafatnya ulama bisa berarti terhentinya atau melambatnya proses pengembangan intelektual keislaman.

Mencegah Radikalisme dan Ekstremisme: Ulama yang lurus dan moderat adalah benteng terdepan dalam menangkal paham-paham radikal dan ekstrem yang kerap mengatasnamakan agama. Dengan pemahaman yang mendalam, mereka mampu meluruskan pemahaman yang keliru.

Jika ulama sejati berkurang, risiko penyebaran paham sesat dan radikal akan semakin besar.

Fenomena ini adalah fakta yang bisa kita amati. Masyarakat yang jauh dari bimbingan ulama cenderung mudah terombang-ambing oleh berbagai ideologi dan paham yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang benar.

Apa yang Harus Kita Lakukan?

Menyadari betapa besar kehilangan ketika seorang ulama wafat, lantas apa yang harus kita lakukan?

Mendoakan Para Ulama: Senantiasa mendoakan para ulama yang masih hidup agar diberikan kesehatan, kekuatan, dan keberkahan dalam dakwahnya. Dan mendoakan ulama yang telah wafat agar diterima di sisi Allah SWT dan diangkat derajatnya.

Menghargai dan Memuliakan Ulama: Selama mereka masih ada, mari kita muliakan, hormati, dan ambil ilmu dari mereka sebanyak-banyaknya. Jangan sampai kita menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar dan berinteraksi dengan para ulama.

Mewariskan Ilmu kepada Generasi Penerus: Ini adalah tugas kita bersama. Kita harus berupaya keras melahirkan generasi ulama yang baru. Mendukung pondok pesantren, madrasah, dan lembaga pendidikan Islam lainnya yang mencetak calon-calon ulama.

Mendorong anak-anak kita untuk mendalami ilmu agama. Menjaga dan Mengamalkan Ilmu: Ilmu yang telah diajarkan oleh para ulama harus kita jaga dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah bentuk penghormatan terbaik kita kepada mereka.

Maka benarlah sabda Nabi SAW, bahwa wafatnya ulama adalah sebuah musibah. Sebuah musibah yang tidak hanya dirasakan oleh manusia, tetapi bahkan seakan-akan membuat langit pun ikut menangis karena kehilangan mereka yang menjadi penerang di muka bumi. 

Mari kita jadikan momen ini sebagai pengingat untuk senantiasa mendekat kepada Allah, mencintai ilmu, dan memuliakan para ulama. Semoga kita semua selalu dalam bimbingan Allah SWT.

Akhirul kalam, wabillahi taufiq wal hidayah, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.ds.29062025.

*Ketua Yayasan Islamic Centre Syekh Burhanuddin.

Disampai sebagai Tazkirah dan Tahli Wafatnya Buya Drs.H. Moh. Letter Tk. Bagindo

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.