![]() |
Ketika pendapat dan saran tak hendak didengarkan, sungguh tak perlu ngotot untuk memaksakan kehendak agar mereka mau mendengar dan menyimak pendapat dan usulan yang kita sampaikan, karena yang harus lebih dimengerti adalah bahwa mereka memang hanya ingin didengarkan pendapat maupun gagasannya, ketimbang menghargai pendapat dan saran yang diberikan dengan tulus agar segala sesuatu yang dimaksudkan dapat lebih baik dan maksimal untuk ditampilkan atau dihasilkan.
Jadi yang lebih penting dari semua itu mereka sesungguhnya tidak memerlukan pendapat dan saran dari kita, sehingga cukup diketahui saja bahwa kita masih perlu lebih banyak bersabar untuk menjadi pendengar yang memang mereka posisikan untuk menjadi pendengar semata. Kecuali itu, bisa saja penyebabnya mereka tak ingin sedikitpun menjadikan kita sebagai pesaing mereka untuk tampil dan menjadi perhatian utama yang tidak suka dengan peran dan kontribusi kita, sekalipun sesungguhnya dari akal sehat bisa mereka terima. Tapi masalah pokoknya, yaitu tadi -- tak hendak memiliki semacam pesaing -- kendati maksud kita yang sebenarnya hanyalah ingin memberikan pendapat dan saran semata yang tidak terlalu penting bagi kita untuk diterima atau tidak. Lantaran rasa terima kasih dari mereka tak akan pernah kita peroleh sedikitpun.
Dalam konteks serupa inilah, sikap diam itu dapat dimengerti semacam emas. Agar tak sampai mengusik keasyikan mereka untuk tampil serta ingin selalu berdiri paling depan serta senantiasa dianggap wah dan gagah. Padahal itulah sikap yang paling pandir dan bodoh dalam interaksi sosial yang paling beradab ketika hendak didudukkan pada tatanan etika dan moral uang sepatutnya dimiliki oleh para cerdik cendekia maupun kaum intelektual yang berkualitas dan berkelas.
Yang tidak kalah penting bahwa saran dan pendapat kita yang selalu terjaga dan terawat kualitas mutunya, masih lebih banyak dibutuhkan oleh orang lain yang lebih bijak dan rendah hati untuk mengakui kekurangan yang pasti dimiliki oleh setiap diri manusia yang tak pernah bersikap pongah. Begitulah sikap Pongah dan bijak yang selalu ada dalam kualitas dari perseteruan nilai Spiritualitas dan Intelektualitas. Sehingga mata hati harus lebih cerdas dari pendengaran otak.
Banten, 20 Juni 2025