Type Here to Get Search Results !

Satu Mangkok Soto Dan Satu Alasan untuk Bertahan Oleh : Ririe Aiko

Beberapa waktu lalu, saya tanpa sengaja membaca sebuah berita yang membuat saya terdiam cukup lama. Judulnya sederhana namun menggugah: "Pria di Bantul Tinggalkan Surat Pamit Bunuh Diri, Paginya Ditemukan Makan di Warung Soto." Saya tidak tahu harus tertawa atau menangis. Di satu sisi, berita ini terdengar seperti lelucon absurd khas ironi hidup. Di sisi lain, ada kepedihan yang lebih dalam di baliknya—tentang seorang manusia yang nyaris kehilangan seluruh harapan, namun akhirnya memilih duduk di warung soto ketimbang mengakhiri hidupnya.

Fenomena ini, sesederhana apapun terlihat dari permukaan, sebenarnya menyimpan pesan kemanusiaan yang penting. Betapa seringnya kita, sebagai manusia, merasa begitu kelelahan menghadapi hidup. Bertubi-tubi cobaan datang. Dari masalah ekonomi, relasi yang kandas, tekanan pekerjaan, hingga rasa kehilangan yang tak mampu dibendung. Hidup terasa sempit, dada serasa sesak, dan kita sampai pada titik di mana menyerah tampak seperti satu-satunya jalan keluar yang masuk akal.

Namun, berita ini mengajarkan sesuatu yang barangkali jarang kita sadari: tidak semua orang yang ingin mengakhiri hidupnya benar-benar ingin mati. Banyak dari mereka hanya ingin berhenti sejenak dari rasa sakit yang berkepanjangan. Mereka butuh didengarkan, dipeluk secara batin, atau sekadar diberikan ruang untuk bernapas tanpa dihakimi. Mereka butuh tempat untuk istirahat dari dunia yang terasa terlalu bising dan menyakitkan.

Barangkali, pria yang sempat pamit melalui surat itu akhirnya duduk di warung soto bukan karena dia sekadar lapar. Mungkin ia sedang mencari alasan. Mencoba mengisi kekosongan. Mencari makna dari sesuatu yang paling sederhana: semangkuk soto hangat, aroma kuah yang menguap, dan hiruk-pikuk warung yang membuatnya merasa kembali menjadi bagian dari dunia.

Dari situ kita bisa belajar, bahwa bertahan hidup tidak selalu harus karena mimpi besar. Kadang, alasan untuk hidup kembali bisa datang dari hal-hal yang terlihat remeh. Seperti keinginan untuk menikmati secangkir kopi hangat di pagi hari. Seperti rindu pada nasi goreng buatan ibu. Seperti bahagianya bermain bersama kucing kesayangan. Dan hal-hal kecil lain yang selama ini kita abaikan. 

_Hal-hal yang terlihat kecil itu, ternyata bisa menjadi jangkar yang menahan kita agar tidak larut dalam keputusasaan_

Jika hari ini kamu merasa lelah, merasa hampa, merasa ingin menyerah—maka izinkan dirimu istirahat. Tidak apa-apa menangis. Tidak apa-apa merasa gagal. Tapi jangan berhenti sepenuhnya. Carilah satu alasan kecil, sekecil apapun, untuk bertahan. Hidup ini kadang memang tak seindah ekspektasi. Tapi selama kita masih bisa merasakan kehangatan dari sesuatu—sekecil apapun itu—kita masih punya kesempatan. Kita masih punya harapan. Dan siapa tahu, soto pagi itu bukan sekadar makanan... tapi penanda bahwa hari masih bisa dimulai lagi dengan semangat yang baru.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.