![]() |
Syahdan, nilai-nilai spiritual bagi manusia mulai ada sejak manusia pertama kali menyadari eksistensi dirinya dan mulai bertanya tentang makna hidup, kematian, cinta kasih serta adanya hubungan dirinya dengan kekuatan yang lebih tinggi di jagat raya ini.
Artinya, nilai-nilai spiritual muncul bersamaan dengan tumbuhnya kesadaran manusia, sejak jaman prasejarah. Buktinya yang nyata dapat ditelusuri dari upacara ritual pemakaman manusia pada jaman prasejarah, seperti manusia Neanderthal yang mengubur jenazah dengan peralatan dan bunga.
Dalam.kelompok manusia Neanderthal (purba) yang hidup sekitar 400.000 tahun lalu di Eropa dan Asia Barat -- sebagai kerabat manusia modern -- berbeda secara fisik dan genetik. Mereka yang sudah menggunakan peralatan dari batu, membuat api, jelas menunjukkan tanda-tanda budaya melalui ritual pemakaman sebagai bentuk dari kesadaran spiritual dan sosial.
Dalam perkembangan nilai spiritual diri manusia berlangsung melalui tahapan dan sangat dipengaruhi oleh pengalaman hidup, lingkungan dan kesadaran diri dengan proses tahapan kesadaran dasar -- insting dan emosi -- sejak masa anak-anak-anak, ketika mulai merasakan kasih sayang, rasa takut atau rasa aman. Begitulah nilai-nilai spiritual terbentuk secara emosional dan intuitif. Adapun peran emosional dalam pengembangan potensi spiritual bagi manusia, sangat penting karena emosi sebagai jembatan penghubung antara pengalaman batin dan kesadaran spiritual. Sedangkan emosi -- yang meliputi kasih sayang, empati, rasa takut serta perasaan yang damai -- akan sangat membantu untuk merasakan dan memahami nilai-nilai spiritual secara lebih mendalam.
Energi emosi dapat mendorong upaya meresapi makna hidup yang beraliran dengan diri sendiri, orang lain dan kekuatan di jagat raya yang lebih tinggi dan agung. Pengalaman spiritual yang semakin nyata terolah melalui emosi, maka pengalaman spiritual akan semakin menyala dan menerangi hati. Jadi, potensi emosi yang terolah dengan baik, dapat dijadikan alat dalam menumbuhkan kesadaran dan pemahaman spiritual untuk kemudian melengkapi pikiran dan emosi untuk menyerap inti dari pengalaman spiritual menjadi lebih bermakna bagi hidup dan kehidupan di dunia ini.
Relasi antara emosi dengan intuisi ternyata sangat erat kaitannya untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman spiritual seseorang. Karena masing-masing saling menopang dan memperdalam proses kesadaran batiniah. Karena emosi dapat diberdayakan sebagai pemicu dan pendorong untuk mendalami dan menghayati spiritual sebagai bekal hidup yang indah dan membahagiakan. Sedangkan intuisi dapat memandu batin memberi bisikan untuk lebih jauh memasuki wilayah spiritual yang maha luas. Dan intuisi bisa memperkuat kesadaran dan pemahaman spiritual dalam cakrawala pandang yang lebih luas, tiada batas. Sehingga, penjelajahan spiritual tiada titik ujung, kecuali terminal atau semacam halte pemberhentian untuk sekedar menghimpun energi agar dapat terus melanjutkan perjalanan yang jauh itu.
Begitulah, emosi dan intuisi berperan yang terkendali untuk ikut beroeran dalam memompa sangat perjalan spiritual dengan resonansi yang harmoni untuk memahami makna serta hakikat dari spiritualitas yang sesungguhnya dibutuhkan oleh setiap manusia untuk kesempurnaan hidup bersama dan berada dekat di dalam lingkaran Tuhan. Sehingga segenap jiwa dan raga manusia dapat selalu terjaga dari segenap niat maupun perbuatan yang jahat.
Banten, 11 Juni 2025

