Type Here to Get Search Results !

Surat dari Darah yang Tumpah Oleh: Yoss Prabu

(Untuk Elang, Hafidh, Heri, dan Arief. Dan semua yang pernah percaya pada kata ‘Reformasi’)

Kami bukan pahlawan

Hanya anak-anak muda

Yang terlalu percaya pada kalimat

“Negara ini masih bisa diselamatkan.”

Langit siang itu

tak menyangka akan memungut nama kami

Dari aspal yang penuh gas air mata

Darah kami jadi tinta terakhir

untuk menulis ulang konstitusi yang retak

Ibu

Maaf, aku tak pulang membawa ijazah

Tapi semoga kemerdekaan itu kini

Sedikit lebih dekat dari mimpi

Yang pernah kita kunyah

Di antara nasi dan air mata

Namaku Elang

Tapi aku jatuh sebelum sempat terbang tinggi

Bukan karena takut ketinggian

Tapi karena peluru lebih cepat dari cita-cita

Kampus kami bukan medan perang

Tapi negara rupanya salah membaca peta

Dikira kami pasukan musuh

Padahal, hanya barisan mimpi

Dengan tangan kosong

Dan suara lantang

Aku ingin kau tahu

Langit tidak pernah lupa

Siapa yang berdarah di bawahnya

Kami bertanya

Bukan untuk mengganggu

Tapi untuk menyembuhkan luka bangsa

Kami bersuara

Bukan untuk mengacaukan negeri

Tapi agar yang tuli

Mendengar juga tangisan rakyat kecil

Kami tak ingin jadi foto di atas lilin

Tapi jika itu harus

Biarlah api itu jadi cahaya

Untuk kalian yang berjalan

Di lorong gelap demokrasi

Langkah terakhirku bukan menuju rumah

Melainkan menuju sunyi

Yang menyimpan nama-nama teman

Di atas batu nisan

Tapi lihatlah

Suatu hari nanti

Kalian akan duduk di warung kopi

Membicarakan cinta

Politik, dan harga bahan pokok

Dan sesekali – mungkin – mengingat bahwa kalian bisa tertawa

Karena kami dulu memilih

Untuk tidak diam

Kami tak menuntut monumen

Hanya ingatan

Kami tak minta patung berdiri

Hanya suara kalian terus hidup

Jika suatu hari kalian lupa

Siapa yang membuka pintu bagi reformasi

Lihatlah bunga di bawah tiang bendera

Yang mekar bukan karena musim

Tapi karena darah yang jatuh

Di tanah kampus

Jangan biarkan kami mati dua kali

Pertama oleh peluru

Kedua oleh lupa

Cinta kami bukan dari puisi

Tapi dari aksi

Bukan dari pelukan

Tapi dari keberanian menolak diam

Kami jatuh

Agar kalian bisa bangkit

Kami pergi

Agar kalian bisa pulang

Dengan lebih banyak keadilan

Di dalam saku dan senyum

Kami menutup mata

Agar kalian bisa membuka mata lebih lebar

Melihat negeri ini

Bukan dengan sinis

Tapi dengan harapan

Ingat kami, bukan sebagai korban

Ingat kami, sebagai cinta yang paling jujur untuk Indonesia lebih

Jakarta, 13 Mei 2025

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.