![]() |
(Untuk Elang, Hafidh, Heri, dan Arief. Dan semua yang pernah percaya pada kata ‘Reformasi’)
Kami bukan pahlawan
Hanya anak-anak muda
Yang terlalu percaya pada kalimat
“Negara ini masih bisa diselamatkan.”
Langit siang itu
tak menyangka akan memungut nama kami
Dari aspal yang penuh gas air mata
Darah kami jadi tinta terakhir
untuk menulis ulang konstitusi yang retak
Ibu
Maaf, aku tak pulang membawa ijazah
Tapi semoga kemerdekaan itu kini
Sedikit lebih dekat dari mimpi
Yang pernah kita kunyah
Di antara nasi dan air mata
Namaku Elang
Tapi aku jatuh sebelum sempat terbang tinggi
Bukan karena takut ketinggian
Tapi karena peluru lebih cepat dari cita-cita
Kampus kami bukan medan perang
Tapi negara rupanya salah membaca peta
Dikira kami pasukan musuh
Padahal, hanya barisan mimpi
Dengan tangan kosong
Dan suara lantang
Aku ingin kau tahu
Langit tidak pernah lupa
Siapa yang berdarah di bawahnya
Kami bertanya
Bukan untuk mengganggu
Tapi untuk menyembuhkan luka bangsa
Kami bersuara
Bukan untuk mengacaukan negeri
Tapi agar yang tuli
Mendengar juga tangisan rakyat kecil
Kami tak ingin jadi foto di atas lilin
Tapi jika itu harus
Biarlah api itu jadi cahaya
Untuk kalian yang berjalan
Di lorong gelap demokrasi
Langkah terakhirku bukan menuju rumah
Melainkan menuju sunyi
Yang menyimpan nama-nama teman
Di atas batu nisan
Tapi lihatlah
Suatu hari nanti
Kalian akan duduk di warung kopi
Membicarakan cinta
Politik, dan harga bahan pokok
Dan sesekali – mungkin – mengingat bahwa kalian bisa tertawa
Karena kami dulu memilih
Untuk tidak diam
Kami tak menuntut monumen
Hanya ingatan
Kami tak minta patung berdiri
Hanya suara kalian terus hidup
Jika suatu hari kalian lupa
Siapa yang membuka pintu bagi reformasi
Lihatlah bunga di bawah tiang bendera
Yang mekar bukan karena musim
Tapi karena darah yang jatuh
Di tanah kampus
Jangan biarkan kami mati dua kali
Pertama oleh peluru
Kedua oleh lupa
Cinta kami bukan dari puisi
Tapi dari aksi
Bukan dari pelukan
Tapi dari keberanian menolak diam
Kami jatuh
Agar kalian bisa bangkit
Kami pergi
Agar kalian bisa pulang
Dengan lebih banyak keadilan
Di dalam saku dan senyum
Kami menutup mata
Agar kalian bisa membuka mata lebih lebar
Melihat negeri ini
Bukan dengan sinis
Tapi dengan harapan
Ingat kami, bukan sebagai korban
Ingat kami, sebagai cinta yang paling jujur untuk Indonesia lebih
Jakarta, 13 Mei 2025