Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Sejarah Kuno Tuhan oleh ReO Fiksiwan

„Tuhan adalah nama yang kita berikan kepada sesuatu yang berada di luar pemahaman dan kendali kita.“ — Karen Armstrong(80), A History of God(1993).

Sejak terbit terjemahan Sejarah Tuhan(Mizan 2001) dari Karen Armstrong — filsafat ketuhanan yang sejak abad-19 wafat di pikiran Nietzsche(Got ist tot) — memicu lagi ide Tuhan dalam arus sejarah 4000 tahun silam.

Tuhan milik sejarah, tentu muncul dari sejarah komunitas agama-agama. Dari agama-agama ini, menurut Armstrong, ide Tuhan berkembang dan memuai dalam realitas alam semesta.

Setelah Armstrong bisa memancing lagi gairah orang atas sejarah Tuhan, Reza Aslan(52), sejarawan agama Irano-Amerika, memulai debutnya lewat No God but God: The Origins, Evolution, and Future of Islam(2005) — punya dua terjemahan, Rahasia Syahadat(2007) dan Benturan Monoteisme(2017) — sebagai sejarah evolusi Tuhan dalam Islam.

Kelak, melalui God: A Human History(2017), kembali Reza Aslan menawarkan kajian sejarah yang menarik dan provokatif tentang konsep Tuhan dalam agama-agama monoteistik. 

Sebagai seorang sejarawan agama dan penulis terkenal — dengan bolak-balik konversi Islam Kristen-Islam dan menulis, Zealot: The Life and Times of Jesus of Nazareth(2013) — Aslan mencoba menelusuri bagaimana konsep Tuhan telah berkembang sepanjang sejarah manusia.

Dengan penekanan pada aspek manusiawi dan historis dari kepercayaan agama, konsep Tuhan dalam sejarah, menurut Aslan, tidak dapat dipatok dalam abstraksi pikiran dan faktual-empirik di tengah arus sejarah antropologis belaka.

Dengan Tuhan: Satu Sejarah Manusia, Aslan memulai dengan membahas bagaimana konsep Tuhan telah berkembang dalam agama-agama kuno, termasuk agama Mesopotamia, Mesir, dan Yunani. 

Ia menunjukkan bagaimana konsep Tuhan dalam agama-agama ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, politik, dan budaya.

Dalam bagian tentang agama Yahudi, Kristen, dan Islam, Aslan membahas bagaimana konsep Tuhan telah berkembang dan berubah sepanjang sejarah. 

Sebagai „sejarah manusia“ ihwal Tuhan, konsep Tuhan dalam agama-agama ini dipengaruhi — dalam tilikan Aslan — oleh pengalaman manusia secara spiritual, moral, dan historis.

Tak terhindarkan, dalam labirin sejarah, Aslan membahas bagaimana konsep Tuhan telah digunakan sebagai alat untuk membenarkan kekerasan, penindasan, dan diskriminasi sepanjang sejarah. 

Dengan kata lain, konsep Tuhan dapat digunakan untuk membangkitkan perasaan takut, hormat, dan patuh. Tapi, juga efektif digunakan untuk melegitimasi kekerasan dan penindasan. 

Sebagai contoh historis, Tuhan Firaun dan Nimrod — dalam Taurat-Injil-Quran — telah mengalami dinamika dan distorsi konsep korporeal empirik maupun abstraksi ritual-spiritual.

Demikian pula, Tuhan piramida korban di Mexico, Quetzalcoatl maupun Ea(Enuma Elish) dari Sumeria.

Entah bagaimana, Ea, Tuhan Sumeria, di Gorontalo berevolusi jadi Eato(Eyato) dan merupakan cikal-bakal Eli, Elya, Elohim hingga Illah sebagai evolusi sejarah nama-nama Tuhan. Secara linguistik punya sinonim: Deus, Theos, Deva, Dieu, Thian dan Tuhan?

Akhir kata, God: A Human History bisa dirujuk sebagai konsep Tuhan yang telah berkembang sepanjang sejarah manusia dan bagaimana konsep ini terus berubah dan berkembang hingga saat ini. 

Selain itu, analisis dalam buku ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada pemahaman kita tentang konsep Tuhan dan perannya dalam sejarah manusia.

Juga, telah menunjukkan bagaimana konsep Tuhan dapat dipahami dalam konteks historis dan manusiawi. Bukan hanya sebagai konsep yang abstrak dan ilahi. 

Dengan demikian, ulasan Aslan, terlepas apa yang sudah diyakini oleh berbagai umat beragama, membantu pembaca untuk memahami kompleksitas dan nuansa dari sejarah konsep Tuhan dalam agama-agama monoteistik.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies