Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Puisi Esai: Kritik Feminisme oleh ReO Fiksiwan

„Di kampungku, menstruasi masih

dianggap tabu, yang mengalaminya

dianggap sudah mulai "besar" atau

remaja. Jika yang mengalaminya

adalah anak kecil, apalagi mash SD,

itu di luar kewajaran, katanya. Mereka

akan dianggap "centil, kegatelan, dan

aneh". Itulah yang aku alami, juga

dialami banyak perempuan di

berbagai belahan dunia.“ — Mila Muzzakar, Pengantar Buku Puisi Esai, Karena Perempuan Aku Dicancel.

Pada 1994, Tineke Hellwig, menerbitkan buku, In The Shadow of Change: Images of Women in Indonesian Literature.

Nanti 2003, Women Research Institute dan penerbit Desantara menerjemahkannya dan dikatapengantarai Prof. Dr. Melani Budianta MA, dosen FIB UI.

Buku fokalisasi, teori sudut pandang(naratologi) Gerard Gennete(1930-2018), dan fabula sastra Indonesia dari feminisme ini telah mengkaji 25 novel dan tiga cerita panjang selama lima dekade(1937-1986).

Dalam pengantar Melani Budianta menekankan, In the Shadow of Change, merupakan pelopor yang menerapkan kritik sastra feminis sebagai pendekatan untuk membaca satu persatu teks secara sinkronis, kemudian memetakannya secara diakronis untuk menjawab permasalahan pokok(v).

Sebagai gerakan sosial, politik dan budaya, sejak awal abad-20, feminisme telah memainkan peran penting dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan menantang struktur patriarkis yang telah lama bersemai. 

Namun, dalam perjalanan sejarahnya, feminisme tak kebal pada kritik dan tantangan dari berbagai arah, terutama terkait feminisme yang merefleksikan kompleksitas isu-isu di balik hegemoni patriakis.

Salah satu kritik terhadap feminisme berurusan dengan gerakannya yang terlampau fokus pada kepentingan perempuan kelas menengah dan mengabaikan pengalaman perempuan dari kelas sosial yang lebih rendah(1). 

Kritik ini menunjukkan bahwa feminisme perlu lebih inklusif dan memperhatikan keberagaman pengalaman perempuan di pelbagai wilayah dan budaya.

Selain itu, beberapa kritikus berpendapat bahwa feminisme terlalu kental oleh nilai-nilai Barat(western values) hingga mengabaikan konteks budaya dan agama yang berbeda(2). 

Kritik ini hendak menunjukkan, feminisme perlu lebih sensitif terhadap keberagaman budaya dan tidak sepenuhnya berkutat pada nilai-nilai Barat seperti liberalisme pada masyarakat dari lain kebudayaan.

Demikian halnya, feminisme pun ikut memainkan peran penting dalam menantang struktur patriarkis dan memperjuangkan hak-hak perempuan dari dominasi subordinat.

Dengan kata lain, feminisme telah ambil peran signifikan untuk meningkatkan kesadaran tentang isu-isu kekerasan terhadap perempuan(KDRT), kesetaraan ekonomi, dan hak reproduksi(3).

Sebagai gerakan yang kompleks dan beragam kritik feminisme, khusus dalam puisu esai perlu diacu dari konteks yang lebih luas. 

Untuk itu, perlu disambut karya puisi esai Mila Muzzakar, Karena Perempuan Aku Dicancel, sebagai fokalisasi feminis.

Karena feminisme sebagai kritik sastra perlu terus berevolusi dan memperhatikan keberagaman pengalaman perempuan, serta lebih sensitif terhadap konteks akar budaya dan agama yang berbeda.

#RUJUKAN:

(1) Hooks, B. (2000). Feminist Theory: From Margin to Center. London: Pluto Press.

(2) Mohanty, C. T. (1988). Under Western Eyes:

Feminist Scholarship and Colonial Discourses.

Feminist Review, 30, 61-88.

(3) Butler, J. (1990). Gender Trouble: Feminism and the Subversion of Identity. New York: Routledge.

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies