![]() |
Rohana Kudus merupakan salah satu tokoh perempuan awal abad ke-20 yang aktif dalam bidang pendidikan dan jurnalistik di Indonesia. Ia lahir di Koto Gadang, Sumatera Barat, pada tahun 1884. Dalam lingkungan masyarakat Minangkabau yang menganut sistem adat matrilineal, peran perempuan sangat penting dalam struktur sosial, tetapi akses terhadap pendidikan formal masih sangat terbatas.
Pada usia muda, Rohana sudah menunjukkan minat terhadap pengetahuan dan kemampuan membaca. Ia mempelajari berbagai hal secara autodidak melalui bacaan yang tersedia di rumah. Kemandiriannya dalam belajar menjadi dasar dari aktivitas-aktivitas yang kemudian ia kembangkan, terutama dalam bidang pendidikan perempuan dan penulisan.
Tahun 1911, Rohana mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia di Koto Gadang. Sekolah ini ditujukan untuk anak-anak perempuan agar memperoleh kemampuan baca tulis serta keterampilan rumah tangga seperti menjahit dan menyulam. Sekolah tersebut berkembang menjadi wadah penguatan peran perempuan di bidang sosial dan ekonomi.
Selain di bidang pendidikan, Rohana aktif menulis di berbagai surat kabar. Ia mendirikan dan menjadi redaktur surat kabar Sunting Melayu, yang isinya banyak membahas isu perempuan, pendidikan, serta kebudayaan. Dalam konteks waktu itu, keterlibatan perempuan dalam jurnalistik masih sangat langka. Tulisan-tulisan Rohana menampilkan ketajaman berpikir dan keberpihakan pada isu-isu sosial yang sedang berkembang di masyarakat Minangkabau dan Hindia Belanda secara umum.
Rohana Kudus juga tercatat sebagai jurnalis perempuan pertama di Indonesia yang aktif secara profesional. Ia tidak hanya menulis artikel, tetapi juga melakukan pengelolaan redaksi dan penyebaran wacana melalui media massa. Kiprahnya di bidang pers menjadikannya sebagai salah satu pelopor jurnalistik perempuan di Nusantara.
Selama masa hidupnya, Rohana mengalami berbagai tantangan sosial dan budaya. Kegiatannya sempat menuai penolakan dari tokoh-tokoh adat yang masih memegang pandangan konservatif terhadap peran perempuan. Namun, ia tetap menjalankan aktivitas pendidikannya dengan dukungan dari keluarga dan sejumlah masyarakat setempat.
Rohana wafat pada tahun 1972. Namanya telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 2019. Pengakuan ini mengukuhkan perannya dalam sejarah bangsa, terutama dalam bidang pendidikan dan jurnalistik.