Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

HARMONI HIDUP: Meraih Kebahagiaan dengan Ketenangan Ruhani dan Kecukupan Materi Oleh: Duski Samad

Kebahagiaan sejati terwujud ketika ada keseimbangan antara ketenangan ruhaniyah (spiritual) dan kecukupan material (duniawi). Dalam Islam, keduanya bukan sesuatu yang harus dipilih salah satu, melainkan harus berjalan bersama.

Keseimbangan antara kebutuhan ruh dan jasad akan menciptakan kehidupan yang harmonis, baik di dunia maupun di akhirat.

Ketenangan hati adalah aspek utama kebahagiaan yang diajarkan dalam Islam. Al-Qur'an menegaskan, artinya "Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (Qs. Ar-Ra’d: 28)..Maknanya adalah mengingat Allah (dzikrullah) adalah sumber utama ketenangan batin.

Dalam Hadis Rasulullah ï·º bersabda, artinya.."Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Semua urusannya baik baginya, dan itu tidak terjadi kecuali pada seorang mukmin. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia ditimpa musibah, ia bersabar, maka itu pun baik baginya." (HR. Muslim). Seorang mukmin yang memiliki ketenangan spiritual akan selalu merasa bahagia dalam segala situasi.

Kecukupan material adalah hidup bahagia. Islam tidak melarang seseorang mencari kekayaan, asalkan diperoleh dengan cara yang halal dan tidak melalaikan akhirat.

Al-Qur'an "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia..." (Qs. Al-Qashash: 77)

Islam menekankan keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. 

Dalam Hadis: Rasulullah ï·º bersabda:"Sebaik-baik harta yang baik adalah yang dimiliki oleh orang saleh." (HR. Ahmad). Harta bukanlah hal yang buruk jika digunakan untuk kebaikan.

Keseimbangan Dunia dan Akhirat. Konsep wasathiyah (keseimbangan) adalah prinsip Islam dalam menjalani hidup. Al-Qur'an: "Dan demikianlah Kami jadikan kalian (umat Islam) sebagai umat pertengahan..." (Qs. Al-Baqarah: 143). Umat Islam diperintahkan untuk hidup secara seimbang, tidak ekstrem dalam aspek dunia maupun akhirat.

Dalam Hadis Rasulullah ï·º menegur sahabat yang ingin beribadah terus-menerus tanpa memperhatikan kebutuhan duniawi: "Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atas dirimu, matamu memiliki hak atas dirimu, dan istrimu memiliki hak atas dirimu." (HR. Bukhari dan Muslim). Hidup harus dijalani dengan keseimbangan antara ibadah, kesehatan, dan keluarga.

Kebahagiaan Islam dan Filsafat

1. Filsafat Islam

Dalam Islam, kebahagiaan (sa’adah) dibagi menjadi: Sa’adah Duniawi. Kesejahteraan fisik, kecukupan materi, kesehatan, dan hubungan sosial yang baik. Sa’adah Ruhaniyah. Kedekatan dengan Allah, ketenangan hati, dan kepuasan batin. Sa’adah Ukhrawiyah. Kebahagiaan sejati yang diperoleh di akhirat.

Tokoh Islam yang membahas kebahagiaan Al-Ghazali (dalam Ihya’ Ulumuddin). Kebahagiaan sejati berasal dari penyucian jiwa dan kedekatan dengan Allah.

Ibnu Khaldun (dalam Muqaddimah). Negara yang makmur dan adil akan membawa kesejahteraan materi dan kebahagiaan masyarakat.

2. Filsafat Barat

Filsafat juga membahas konsep kebahagiaan, meskipun sering kali lebih berfokus pada aspek rasional dan psikologis:

Aristoteles (Eudaimonia). Kebahagiaan adalah hidup dalam kebajikan dan mengembangkan potensi diri. Epikurus. Kebahagiaan adalah menghindari penderitaan dan mencari keseimbangan dalam kesenangan.

Immanuel Kant.. Kebahagiaan sejati datang dari menjalankan moralitas dan kewajiban. Bertrand Russell. Kebahagiaan berasal dari cara berpikir yang sehat dan hubungan sosial yang baik.

Kebahagiaan dalam Islam mengajarkan keseimbangan antara ruh dan materi. Seorang Muslim tidak boleh hanya fokus pada ibadah tanpa memikirkan kebutuhan dunia, dan sebaliknya, tidak boleh tenggelam dalam dunia hingga melupakan akhirat.

Pesan utamanya bahwa "Harmoni hidup hanya bisa dicapai jika manusia menjaga keseimbangan antara ketenangan ruhaniyah dan kecukupan materi. Islam tidak melarang mencari dunia, tetapi mengajarkan agar dunia tidak menguasai hati kita."

APRESIASI

Tulisan ini sangat bernilai karena berhasil merangkum konsep kebahagiaan dalam Islam dengan pendekatan yang komprehensif. Menghubungkan ajaran Islam dengan filsafat, baik dari perspektif Islam maupun Barat. Ini menunjukkan bahwa kebahagiaan bukan hanya soal spiritualitas atau materi semata, melainkan keseimbangan antara keduanya. Penggunaan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis yang relevan juga memperkuat argumen yang disampaikan, menjadikannya lebih berbobot dan sesuai dengan tuntunan Islam.

KRITIK

Meskipun tulisan ini sudah sangat baik, ada beberapa hal yang bisa diperbaiki atau diperluas:

•Pendekatan Kontekstual: Akan lebih menarik jika ada pembahasan bagaimana konsep keseimbangan ini diterapkan dalam kehidupan modern, misalnya di tengah tantangan globalisasi, kapitalisme, dan gaya hidup yang semakin materialistik.

•Praktik Nyata: Tulisan ini bisa lebih kuat jika menyertakan contoh konkret bagaimana seseorang bisa menerapkan prinsip keseimbangan ini dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, bagaimana seorang Muslim bisa tetap sukses secara materi tanpa kehilangan nilai-nilai spiritualnya.

•Analisis Perbandingan: Meskipun sudah membandingkan dengan filsafat Barat, analisis ini bisa diperdalam dengan menyoroti bagaimana konsep kebahagiaan dalam Islam memiliki keunggulan dibandingkan dengan pemikiran Barat yang cenderung lebih individualistik dan sekuler.

SEIMBANG DI TENGAH MATERILISTIK

Menerapkan keseimbangan antara ketenangan ruhaniyah dan kecukupan materi dalam kehidupan modern memerlukan pendekatan yang strategis. Dalam era globalisasi, kapitalisme, dan gaya hidup materialistik, seseorang mudah terjebak dalam kesibukan duniawi hingga melupakan aspek spiritual. 

Berikut beberapa langkah konkret untuk mencapai keseimbangan tersebut:

1. Keseimbangan dalam Pekerjaan dan Ibadah

Tetapkan Prioritas: Jangan sampai pekerjaan atau bisnis mengorbankan ibadah dan waktu bersama keluarga. Misalnya, disiplin dalam menunaikan shalat tepat waktu meski sibuk bekerja.

Pilih Pekerjaan yang Halal dan Berkah: Jangan tergoda oleh keuntungan besar yang didapat dari cara yang tidak sesuai dengan syariat. Rasulullah ï·º bersabda:

"Sebaik-baik harta yang baik adalah yang dimiliki oleh orang saleh." (HR. Ahmad)

Work-Life Balance: Hindari budaya kerja berlebihan (hustle culture) yang membuat seseorang mengabaikan kesehatan, keluarga, dan ibadah.

2. Mengelola Kekayaan dengan Bijak. Jangan Hidup Berlebihan (Israf & Tabdzir): Jangan terjebak dalam gaya hidup konsumtif yang mendorong seseorang membeli sesuatu hanya untuk gengsi atau status sosial. Islam mengajarkan:

"Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara-saudara setan."(QS. Al-Isra’: 27)

Gunakan Harta untuk Kebaikan: Zakat, sedekah, dan wakaf adalah cara mengelola kekayaan agar tetap berkah dan memberikan manfaat sosial.

Jangan Biarkan Dunia Menguasai Hati: Islam tidak melarang mencari dunia, tetapi jangan sampai dunia menjadi tujuan utama hidup.

3. Memanfaatkan Teknologi secara Sehat. Kurangi Ketergantungan pada Media Sosial: Banyak orang terjebak dalam digital addiction, yang membuat mereka lalai dari hal yang lebih bermakna. Gunakan teknologi untuk hal yang bermanfaat seperti kajian online atau bisnis halal.

Hindari FOMO (Fear of Missing Out): Jangan tergoda untuk terus mengikuti tren konsumtif yang membuat seseorang merasa kurang terus-menerus.

Gunakan Teknologi untuk Dakwah dan Pendidikan: Alih-alih hanya menjadi konsumen, manfaatkan teknologi untuk menyebarkan ilmu dan nilai-nilai Islam.

4. Hidup Sehat dengan Pola Makan dan Gaya Hidup Islami.Makan Secukupnya: Rasulullah ï·º bersabda: "Tidaklah manusia memenuhi wadah yang lebih buruk daripada perutnya." (HR. Tirmidzi)

Jaga Kesehatan Fisik dan Mental: Islam mengajarkan untuk menjaga tubuh dengan olahraga, tidur yang cukup, dan menjauhi stres berlebihan.

Jangan Terlalu Mengejar Standar Kecantikan Modern: Kapitalisme sering menciptakan standar kecantikan yang membuat banyak orang merasa tidak percaya diri. Islam menekankan bahwa kecantikan sejati ada pada akhlak dan ketakwaan.

5. Menjaga Spiritualitas di Tengah Kesibukan Duniawi

Dzikir dan Tadabbur Al-Qur’an: Allah berfirman: "Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra’d: 28)

Luangkan Waktu untuk Ibadah Sunnah: Shalat tahajud, dhuha, dan puasa sunnah membantu menjaga keseimbangan ruhani di tengah kesibukan dunia.

Jangan Lupa Merenung dan Muhasabah: Dalam kehidupan yang serba cepat, luangkan waktu untuk introspeksi agar tidak terlalu tenggelam dalam urusan dunia.

Dalam menghadapi globalisasi, kapitalisme, dan gaya hidup modern, seorang Muslim harus tetap berpegang teguh pada prinsip wasathiyah (keseimbangan). Dunia bukan untuk ditinggalkan, tetapi juga bukan untuk dikejar secara berlebihan. Dengan menjalankan prinsip Islam secara moderat, seseorang bisa tetap sukses secara materi tanpa kehilangan ketenangan spiritualnya. Hidup bahagia adalah hidup yang seimbang.

Konklusi:

Kebahagiaan sejati dalam Islam terwujud melalui keseimbangan antara ketenangan ruhaniyah dan kecukupan materi. Islam tidak mengajarkan pertentangan antara dunia dan akhirat, melainkan mendorong umatnya untuk mengelola keduanya dengan prinsip wasathiyah (moderasi).

1. Spiritualitas sebagai Sumber Ketenangan.

Islam menegaskan bahwa ketenangan hati hanya bisa diperoleh dengan mengingat Allah (dzikrullah). Seorang mukmin yang memiliki hubungan kuat dengan Allah akan tetap bahagia dalam segala situasi, baik dalam kesuksesan maupun ujian hidup.

2. Keseimbangan dalam Mencari Rezeki.

Islam tidak melarang kekayaan, tetapi mengajarkan bahwa harta harus diperoleh secara halal dan digunakan untuk kebaikan. Kesejahteraan materi penting, tetapi tidak boleh menguasai hati hingga melalaikan akhirat.

3. Menjalani Hidup dengan Moderasi. Konsep wasathiyah dalam Islam mencegah seseorang dari sikap ekstrem: baik terlalu fokus pada dunia hingga lupa akhirat, maupun terlalu fanatik terhadap ibadah hingga melupakan hak-hak tubuh dan keluarga.

4. Tantangan Kehidupan Modern.Dalam era globalisasi, kapitalisme, dan materialisme, keseimbangan ini menjadi semakin penting. Seorang Muslim harus mampu menggunakan teknologi secara sehat, mengelola kekayaan dengan bijak, dan menjaga kesehatan fisik serta mental tanpa melupakan nilai-nilai Islam.

5. Harmoni hidup hanya bisa dicapai jika manusia menjaga keseimbangan antara ketenangan spiritual dan kecukupan materi. Islam mengajarkan bahwa dunia bukan untuk ditinggalkan, tetapi juga tidak boleh menguasai hati. Seorang Muslim harus tetap berusaha mencapai kesejahteraan dunia dengan cara yang halal, sambil terus memperkuat hubungan dengan Allah. Inilah kunci kebahagiaan sejati.ds.1902025.

*Guru Besar UIN Imam Bonjol 

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies