Dakwah politik dan politik dakwah dua terma yang tak mudah memisahkannya. Kenyataannya tidak mudah membuat garis pemisah yang tegas bila narasi itu disampaikan khatib dan mubaligh di masa-masa kampanye ini.
Jelas tidak mudah masyarakat membedakan antara memberikan pencerahan politik Islam, dakwah politik ataupun politik dakwah, lebih sulit lagi bila menyebut karakter tokoh yang akan berlaga melekat padanya identitas ulama secara kultural, seperti ustad dan buya.
Sulitnya membedakan antara pencerahan politik dan kampanye adalah titik pemicu kehebohan medsos sejak 16 oktober 2024 sampai saat ini. Akibat tipisnya beda dakwah politik, pencerahan dan kampanye, maka hiruk pikuk medsos penolakan tabligh UAS di Payakumbuh tidak dapat dielakkan bahkan sudah viral di medsos.
Tidak sedikit tokoh masyarakat yang prihatin dan merisaukan perang medsos antar sesama ulama. Sulit menyebut entah pihak mana yang disalahkan. Tetapi langsung bersurat resmi itu harus diakui tidak elok dan seperti tak ada ruang dialog.
Sejatinya esensi dakwah politik dan politik dakwah adalah dua hal yang saling terkait erat, namun memiliki fokus yang berbeda.
Dakwah politik fokus menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan politik dan pemerintahan. Tujuannya membangun sistem politik yang adil, berakhlak mulia, dan berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Metodenya melalui pendidikan politik, advokasi, dan partisipasi aktif dalam proses politik. Contohnya mengajak masyarakat untuk memilih pemimpin yang amanah dan berintegritas, mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan, serta memperjuangkan kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Politik dakwah fokus pada memanfaatkan politik sebagai alat untuk menyebarkan pesan Islam dan membangun masyarakat yang Islami. Tujuannya memperkuat pengaruh Islam dalam masyarakat dan membangun negara yang berlandaskan syariat Islam. Metodenya melalui partai politik, organisasi masyarakat, dan gerakan sosial. Contohnya membentuk partai politik berbasis Islam, mengadvokasi kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, dan membangun lembaga-lembaga sosial yang berlandaskan Islam.
Perbedaan utama dakwah politik lebih fokus pada penerapan nilai-nilai Islam dalam sistem politik. Politik dakwah lebih fokus pada penggunaan politik sebagai alat untuk menyebarkan Islam.
Hubungan dakwah politik dan politik dakwah saling melengkapi dan mendukung satu sama lain. Dakwah politik dapat menjadi landasan bagi politik dakwah, sementara politik dakwah dapat menjadi wadah bagi dakwah politik.
Tantangan dakwah politik menghadapi tantangan dalam membangun sistem politik yang adil dan berakhlak mulia. Politik dakwah menghadapi tantangan dalam menjaga integritas dan menghindari penyimpangan dalam penggunaan politik.
Dakwah politik dan politik dakwah adalah dua sisi mata uang yang sama. Keduanya penting untuk membangun masyarakat yang adil, sejahtera, dan berakhlak mulia. Namun, penting untuk menjaga keseimbangan dan menghindari penyimpangan dalam penerapannya.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa bagi umat Islam dakwah dan politik dua entitas yang tak perlu dipertentangkan, justru disinergikan dan saling melengkapi. Berkaitan "perang" medsos pengagum UAS dengan MUI Kota Payakumbuh semestinya kembali ke pangkal masalah, sasek di ujuang jalan, baliak ka pangka jalan.
Perbedaan pandangan tentang dugaan ada muatan politik praktis pada kegiatan tabligh akbar UAS tidak kurang juga ada muatan politik praktis untuk calon tertentu. Apapun kemasan, dialog, wacana, diksi dan narasi dua belah pihak sulit menyebutnya tidak ada makna politiknya.
POLITIK PRAKTIS
Indikasi mubaligh terpapar politik praktis bisa terlihat dari beberapa hal, seperti:
Ceramah bermuatan politik menyerang atau mendukung calon tertentu. Mubaligh yang terpapar politik praktis cenderung menggunakan ceramahnya untuk menyerang calon lawan atau mendukung calon tertentu.
Membuat pernyataan yang bersifat provokatif, mereka mungkin menggunakan bahasa yang provokatif atau mengadu domba antar kelompok untuk meraih simpati dan dukungan.
Menggunakan agama sebagai alat politik mereka mungkin menggunakan ayat-ayat suci atau ajaran agama untuk membenarkan tindakan politik tertentu.
Mubaligh terpapar politik praktis dapat juga dilihat dari aktivitas politik terbuka. Berkampanye untuk calon tertentu. Mubaligh yang terpapar politik praktis mungkin terlibat langsung dalam kampanye politik, seperti membagikan leaflet, mengumpulkan suara, atau berbicara di acara kampanye.
Indikasi lainnya adalah mubaligh menjadi anggota partai politik. Mereka mungkin bergabung dengan partai politik dan aktif dalam kegiatan partai. Memanfaatkan platform keagamaan untuk kepentingan politik. Mereka mungkin menggunakan masjid, musholla, atau lembaga keagamaan lainnya untuk kegiatan politik.
Mubaligh politik dapat juga dicermati dari perilaku yang mencurigakan. Mubaligh yang terpapar politik praktis mungkin lebih fokus pada isu-isu politik dan menghindari topik keagamaan yang tidak berhubungan dengan politik. Meminta sumbangan untuk kepentingan politik. Mereka mungkin meminta sumbangan dari jamaah untuk kegiatan politik, bukan untuk kegiatan keagamaan. Membuat pernyataan yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Mereka mungkin membuat pernyataan yang tidak sesuai dengan ajaran agama untuk meraih simpati politik.
Memang tidak semua mubaligh yang membahas isu politik terpapar politik praktis. Ada mubaligh yang membahas isu politik dengan tujuan untuk memberikan pencerahan dan mengajak umat untuk berpartisipasi dalam politik secara bertanggung jawab. Mubaligh yang terpapar politik praktis dapat merugikan umat karena mereka dapat memanipulasi agama untuk kepentingan politik dan memecah belah umat.
Saran yang harus diperhatikan meliti dan mengkritisi terhadap ceramah mubaligh. Perhatikan isi ceramah, bahasa yang digunakan, dan tujuan dari ceramah tersebut. Cari informasi dari berbagai sumber. Jangan hanya mengandalkan satu sumber informasi, terutama dari sumber yang tidak kredibel. Berdiskusi dengan orang yang lebih berpengalaman. Diskusikan dengan orang yang lebih berpengalaman tentang isu politik dan agama.
Prinsip yang hendaknya diperhatikan dengan hati-hati dan menempatkan diri, narasi dan pilihan diksi ketika berdakwah di musim kampanye. Namun perlu diyakini bila hati mubaligh jernih, bersih dan memahami adab mubaligh maka potensi gaduh dan pandangan negatif sebagai tim sukses silent dapat di cegah.#ds211024.
*Ketua Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia (PW DMI) Provinsi Sumatera Barat