Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Menuju Masa Depan Pesantren, Pendidikan Kesetaraan di Madrasatul 'Ulum Diterapkan--Catatan Tuanku Kampung

Pelan tapi pasti. Tak perlu cepat dan tergesa-gesa. Ini barangkali yang menjadi tekad dan kemauan bersama dari segenap pengelola dan pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan dalam menatap masa depannya.

Pendidikan kesetaraan. Impian yang telah lama tercetusnya, namun belum bisa diwujudkan. Sementara, pesantren lain di Kabupaten Padang Pariaman yang datang belakangan, sudah lebih dari itu. Bahkan sudah mampu menghadirkan perguruan tinggi pesantren. Madrasatul 'Ulum, pesantren yang berdiri sejak 1940 M masih berkutat dengan metode lama.

Metode lama, yang dibuat oleh sang pendiri pesantren ini. Mendiang Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah. Yakni dengan sistim pendidikan surau. Meskipun seorang Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah (1908-1996), ulama lulusan Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Jaho.

Tentu amat pantas dan patut pola dan sistim Madrasatul 'Ulum sekarang kita perbaiki, menuju masa depan pesantren yang kian diminati oleh orangtua anak. 

Mengacu pada pola yang diatur Kemenag, adalah dengan kesetaraan, yang di dalamnya melahirkan tingkatan Ula, Wustha, dan 'Ulya yang setara dengan SD, SMP, dan SMA. Lalu, untuk perguruan tinggi adalah Ma'ad Aly.

Minggu (12/9/2021), rapat bersama pimpinan dan pengelola pesantren diputuskan untuk mewujudkan langkah kesetaraan itu. Paling tidak, tahun ajaran baru di depan sudah bisa dimulai pola demikian.

Di samping memutuskan kesepakan itu, dalam rapat juga diputuskan tugas dan wewenang dalam struktur organisasi kerja yang menjadi prasyarat berdirinya pendidikan kesetaraan di sebuah pesantren.

Mulai dari pimpinan, kepala kesetaraan, waka kurikulum, waka kesantrian, waka sarana prasarana, serta wali asrama hingga ke tugas atau pengajar yang akan menjalankan tugasnya membimbing para santri di pondok itu.

Kasmir, seorang alumni yang kini menjabat Kepala KUA Kecamatan Patamuan mau mewakafkan dirinya untuk jadi tenaga administrasi alias tata usaha, demi untuk kemajuan tersebut. Alhamdulillah, tentu sebuah peluang yang bagus untuk langkah maju di masa yang akan datang.

Kasmir terkenal orang yang punya kemampuan luar biasa. Punya banyak ide dan kreatifitas. Tak heran, dimana pun dia bertugas selalu punya tempat di hati masyarakat. Dia juga punya banyak jejaring, dan pernah mengukir prestasi di tingkat nasional.

Sekarang, perangkat untuk arah kemajuan itu telah dimulai. Sarana pendukung di sediakan dengan sangat sederhana. Ruangan sekretariat, ruangan pustaka, dan ruangan pimpinan serta ruangan tamu tersedia dengan sangat lumayan bagus di lantai dasar aula utama pesantren yang terletak di Korong Kampung Guci tersebut.

Kasmir dibantu oleh Ranti Silvia Daren, cucu Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah yang aktif bekerja di Kantor Nagari Lubuk Pandan. Dia juga seorang sarjana cekatan, tak diragukan lagi kemampuan tekhnologi komputernya.

Konsepnya sangat sederhana sekali. Kita ingin, para santri yang tamat di sini merasa terakomodir. Mereka tak ragu lagi mau melanjutkan studinya kemana. Sekarang dan belakangan, kenapa pesantren itu kurang dimintai, adalah status pendidikan atau pola yang dipakai tidak jelas kemana arahnya.

Dengan kesetaraan, para santri yang sudah tamat 'Ulya, bisa kuliah di berbagai perguruan tinggi yang diinginkannya. Selama ini mentok, karena sistim tadi. Hanya perguruan tinggi agama. Itu pun yang tingkat sekolah tinggi yang mau menerima santri di sini kalau kuliah.

Buya Marulis Tuanku Mudo yang sekarang memimpin jalannya pesantren itu bersama Ketua Yayasan Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah Masrizal luar biasa pula bersemangat, mendukung kehadiran kesetaraan itu.

Soal pro dan kontra di kalangan alumni, adalah dinamika yang harus kita hormati. "Pasti ada yang tidak menginginkan perubahan itu. Namun, setiap kebijakan yang dilakukan, pasti ada yang setuju dan yang tidak setuju," kata Buya Marulis menimpali rapat bersama itu.

"Seandainya Buya masih ada, saya yakin dia akan sangat setuju," sebutnya lagi. Sebab, Buya dulunya lulusan sekolah Tarbiyah yang tak diragukan lagi kemajuan pola pikirnya di tengah santrinya yang banyak.

Malah, kalau ada santri dan keluarga besar Madrasatul 'Ulum yang kuliah di luar, itu jadi buah bibir dan perbincangan yang sering diungkapkannya saat mengaji bersama santri.

Setelah semua perangkat dan prosedur dilakukan dengan baik, pendidikan kesetaraan itu didaftarkan ke Kemenag Sumbar melalui Kemenag Padang Pariaman. Minggu depan dilakukan rapat bersama dan tentunya diperluas dengan melibatkan Cabang Madrasatul 'Ulum yang di luar Lubuk Pandan.

Sebab, kalau cabang belum membuat kesetaraan, santrinya boleh gabung ke Lubuk Pandan. Dan tentunya, ini juga sosialisasi betapa pentingnya pendidikan kesetaraan ini diterapkan di pesantren di kalangan keluarga besar Madrasatul 'Ulum itu sendiri yang masih berkutat dengan pola lama.


Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies