![]() |
Oleh : Ririe Aiko
Seekor pipit menari di dahan senja,
sayapnya patah,
tapi hatinya masih menyimpan langit
Ia menatap jauh,
ke arah gunung yang menjulang tinggi
tempat ia bermimpi,
menjejakkan kaki kecilnya di puncak keberanian.
Burung-burung lain menertawakannya,
“Pipit kecil, berhentilah bermimpi terlalu tinggi.”
Namun, meski dipandang remeh,
jiwanya tetap membubung
Ia terus mengepak, meski angin kerap menghempas tubuh mungilnya
Di antara bayang elang yang gagah di udara,
Pipit selalu tak terlihat
ia bukan bersembunyi
Hanya saja ia sadar,
setiap keberanian kadang butuh tempat untuk menangis.
Meski hanya dengan tubuh dua puluh senti
Semangatnya melesat menembus pagi
meski seringkali sayapnya patah
Tercabik ratusan kali
Pipit tetap tangguh menanam mimpi
Sambil bernyanyi dengan merdu
Berharap irama itu menembus doa
Hingga langit ketujuh
Pipit si burung kecil hebat
Ia dikenal bukan karena terbang paling tinggi
tapi karena ia tetap tangguh Bertahan
Meski sayapnya tak lagi sanggup mengepak.

