Type Here to Get Search Results !

Rumah Ibadah, Rumah untuk Kemanusiaan

 


Oleh: Duski Samad

Judul tulisan di angkat dari sambutan Menteri Agama sebagai shahibul hajat Imam Masjid Istiqlal.

Dalam kunjungan peserta Silaturahmi Nasional (Silatnas) Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) pada 5 Agustus 2025, berbagai pesan penting disampaikan terkait peran strategis FKUB dalam menjaga dan menguatkan kerukunan umat beragama di Indonesia. Salah satu sorotan utama datang dari pernyataan Prof. Philip yang menyebut bahwa salah satu alasan Paus Fransiskus berkenan mengunjungi Indonesia adalah karena kerukunan umat beragama di negeri ini yang luar biasa dan menjadi contoh bagi dunia.

Istiqlal, Simbol Rumah Kemanusiaan dan Kebangsaan

Menteri Agama menegaskan bahwa rumah ibadah seharusnya menjadi rumah kemanusiaan. Masjid Istiqlal menjadi simbol nyata bagaimana ruang-ruang keagamaan dapat menjadi pusat pembinaan kebangsaan. Di masjid ini, tidak hanya dilakukan ibadah, tetapi juga dialog antariman (interfaith dialogue), kegiatan olahraga, kursus bahasa Mandarin, hingga pelatihan kader ulama. Istiqlal adalah rumah kemerdekaan, tempat nilai-nilai kemanusiaan dikembangkan untuk memperkuat harmoni bangsa.

Refleksi atas Peristiwa Intoleransi

Dalam kesempatan tersebut, Menteri Agama juga menyampaikan permohonan maaf atas peristiwa intoleransi yang terjadi di beberapa wilayah seperti Sumatera Barat dan Jawa Barat. Ia menekankan pentingnya penyelesaian yang menyeluruh dan mendasar. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah melalui kurikulum cinta, yakni pendidikan yang menanamkan nilai-nilai kasih sayang, toleransi, dan penghormatan terhadap perbedaan sejak dini.

Mengajarkan agama dengan menumbuhkan kebencian bukanlah wujud beragama yang sejati. Agama seharusnya menjadi kekuatan sentrifugal — kekuatan yang mendorong keluar untuk menjalin relasi dengan sesama, bukan kekuatan sentripetal yang menarik dan memusatkan hanya pada diri sendiri.

Pentingnya Pendalaman Pemahaman Agama

Kedalaman pemahaman terhadap ajaran agama membuat seseorang lebih terbuka dan mudah menerima keberadaan agama lain. Sebaliknya, pemahaman agama yang dangkal sering kali melahirkan sikap eksklusif dan kebencian. Oleh karena itu, penguatan moderasi beragama menjadi penting dalam setiap aspek pendidikan dan pembinaan masyarakat.

Generasi Indonesia Tanpa Sekat Keagamaan

Generasi masa depan Indonesia perlu dibentuk dengan perspektif kebangsaan yang kuat, tanpa terhalang oleh sekat-sekat keagamaan. Identitas keagamaan seharusnya memperkaya dan memperkuat rasa kemanusiaan serta tanggung jawab sosial, bukan menjadi tembok pemisah antarwarga bangsa.

Tuhan dalam Perspektif Rahmah

Dalam konteks keagamaan, penting untuk menekankan bahwa sifat Tuhan yang dominan adalah kasih sayang. Kata “Ar-Rahim” disebut 114 kali dalam Al-Qur’an, sementara “Al-Jabbar” hanya disebut satu kali. Ini menegaskan bahwa rububiyah Tuhan lebih menekankan cinta, bukan kekuasaan semata.

Tantangan Global: Krisis Iklim dan Kemanusiaan

Di tengah isu kemanusiaan global seperti perubahan iklim, yang telah menyebabkan jutaan orang meninggal dunia, solidaritas antarmanusia lintas agama menjadi sangat penting. FKUB harus menjadi garda depan dalam mengajak umat beragama untuk bersatu menghadapi tantangan bersama sebagai sesama penghuni bumi.

Penutup

FKUB harus dioptimalisasi dan dimaksimalkan perannya sebagai wadah strategis dalam merawat, memperkuat, dan memperluas kerukunan umat beragama di Indonesia. Melalui pendekatan kasih, pendidikan yang inklusif, dan pemahaman agama yang mendalam, bangsa ini dapat terus menjadi teladan kerukunan dunia. Mari bersatu sebagai sesama umat manusia, menjadikan perbedaan sebagai kekuatan, dan cinta kasih sebagai dasar dalam berbangsa dan beragama. Istiqlal05082025.

*Kunjungan Peserta Silatnas FKUB, 5 Agustus 2025

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.